Heatwave Faktor Alam atau Salah Kelola?

Heatwave Korea Selatan

Sistem kapitalisme telah menjadikan kepentingan industrialisasi di atas kepentingan manusia dan lingkungan. Tak heran jika negara-negara industri terus memproduksi CO2 yang semakin memperparah kerusakan lingkungan. Sayangnya, mereka pun enggan disalahkan.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasi)

NarasiPost.Com-Gelombang panas ekstrem masih menerjang sejumlah negara di dunia. Beberapa negara mengalami peningkatan suhu yang sangat ekstrem, bahkan hingga mencapai 40 derajat Celsius. Gelombang panas tersebut akan terus meningkat seiring meningkatnya krisis iklim. Cuaca ekstrem ini akan menghancurkan negara mana pun yang tidak siap menghadapi gelombang panas. Salah satu negara yang kini harus menerima dampak dari gelombang panas (heatwave) adalah Korea Selatan.

Gelombang panas yang menerjang Korea Selatan terjadi sejak Selasa (25/7/2023). Fenomena ini bahkan menjadi salah satu bencana terparah yang menerjang negeri Ginseng tersebut. Akibat suhu panas yang ekstrem, pemerintah setempat melaporkan setidaknya ada 25 orang meninggal dunia. Salah satu daerah vital di Korea Selatan yang terkena terjangan panas ekstrem adalah Seoul. (suara.com, 07/08/2023)

Lantas, apa itu fenomena gelombang panas? Apakah gelombang panas yang menerjang beberapa negara di dunia adalah murni peristiwa alam atau karena salah tata kelola? Bagaimana pula dunia bisa keluar dari krisis iklim yang kini mewabah? 

Heatwave di Tengah Jambore Dunia

Fenomena gelombang panas yang menerjang Korea Selatan bertepatan dengan perhelatan Jambore Pramuka Dunia ke-25. Suhu di lokasi jambore sendiri dilaporkan konsisten berada di atas 33 derajat Celsius. Perhelatan jambore yang dilaksanakan di Provinsi Jeolla Utara kali ini dihadiri oleh sekitar 43.000 peserta dari 158 negara. Sayangnya, jambore bertajuk “25th World Scout Jambore” yang digelar di tengah suhu ekstrem tersebut diwarnai berbagai insiden. Mulai dari panas yang mendidih, buruknya fasilitas umum yang tersedia, hingga dugaan pelecehan seksual.

Suhu ekstrem tersebut mengakibatkan ratusan peserta dikabarkan sakit. Kondisi ini memaksa pemerintah menerjunkan dokter militer dan bus-bus berpendingin ruangan guna membantu para peserta yang terdampak panas ekstrem. Sementara puluhan ribu lainnya akhirnya dievakuasi untuk meminimalisasi korban berikutnya. Tak hanya itu, beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura bahkan mundur dari perhelatan tersebut demi menghindari suhu ekstrem di Korsel.https://narasipost.com/opini/05/2023/gelombang-panas-ekstrem-dan-ancaman-krisis-iklim/

Pemerintah setempat awalnya bersikukuh tetap melaksanakan perhelatan tersebut selama dua minggu, yakni sejak 1–12 Agustus 2023, meski banyaknya tekanan untuk membatalkan agenda jambore. Namun, rencana tersebut akhirnya dibatalkan setelah ada peringatan datangnnya Topan Khanun yang diprediksi mendekati wilayah Saemangeum, tempat dilaksanakannya jambore. Pemerintah setempat akhirnya mengevakuasi peserta jambore dengan bus-bus yang sudah disediakan.

Heatwave Menerjang Dunia

Gelombang panas ekstrem merupakan suatu fenomena iklim yang terjadi di beberapa negara. Biasanya fenomena ini terjadi jika suhu udara mencapai level yang sangat tinggi melebihi suhu udara yang biasa terjadi sebelumnya. Mengutip World Meteorological Organization (WMO), disebut gelombang panas, jika terjadi cuaca panas ekstrem secara berkepanjangan selama lima hari atau lebih secara berturut-turut. 

Jika terjadi gelombang panas, suhu maksimum harian biasanya lebih tinggi lima derajat Celsius atau lebih dari suhu rata-rata maksimum harian. Ketika suhu maksimum masih berada pada batas normal dan hanya berlangsung sesaat, maka kondisi tersebut tidak disebut sebagai gelombang panas. Fenomena heatwave ternyata tak hanya menerjang Korsel, tetapi turut merangsek ke negara lain di Asia.

Di antaranya, Myanmar yang dilaporkan memiliki suhu udara 44 derajat Celsius pada 17 April lalu. Kemudian India yang mencatat suhu udara antara 42–44,2 derajat Celsius pada 18 April 2023 di beberapa wilayahnya. Sedangkan Thailand yang juga tak luput dari dampak gelombang panas dilaporkan suhu udaranya mencapai 43 derajat Celsius pada 23 April lalu. (viva.co.id, 28/04/2023)

Masih banyak lagi negara-negara yang terimbas gelombang panas dan berdampak pada kesehatan maupun lingkungan. Dampak gelombang panas bagi tubuh sangat membahayakan, mulai dari kelelahan, pingsan, dehidrasi parah, strok, menambah risiko komplikasi penyakit, hingga penggumpalan darah. Melihat fenomena gelombang panas dan dampaknya yang mengerikan, kemudian memantik sebuah tanya, apa sebenarnya penyebab munculnya gelombang panas yang menerjang Korsel dan beberapa negara lainnya? https://narasipost.com/opini/08/2022/gelombang-panas-ekstrem-dosa-besar-iklim-negara-industri-kapitalis/

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebut bahwa penyebab terjadinya gelombang panas adalah akibat adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah tertentu. Fenomena ini merupakan dampak dari anomali dinamika atmosfer yang membuat aliran udara tidak bergerak dalam spektrum yang lebih luas. Selain itu, gelombang panas juga terjadi karena dampak perubahan iklim global. Fenomena ini menyebabkan suhu udara semakin tinggi dari tahun ke tahun. Dampaknya akan terjadi kenaikan suhu dan mengakibatkan terjadinya gelombang panas. 

Bukan Faktor Alam Semata

Jika mengamati fenomena gelombang panas yang menerjang sebagian negara-negara di dunia, sejatinya hal itu bukanlah disebabkan oleh faktor alam semata. Ada faktor lain yang membuat dunia dihantui gelombang panas ekstrem secara beruntun, yakni ulah tangan-tangan manusia. Memang benar, penyebab utama terjadinya gelombang panas adalah adanya pemanasan global atau global warming.

Pemanasan global inilah yang memicu terjadinya perubahan iklim secara drastis. Dan perubahan iklim tersebut berakibat pada munculnya berbagai bencana alam seperti banjir, badai, El Nino, hingga terjadinya gelombang panas. Sementara itu, pemanasan global sendiri disebabkan oleh emisi karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan alam, seperti pembakaran karbohidrat pada bahan bakar fosil, batu bara, minyak, gas alam, maupun deforestasi.

Aktivitas pembakaran tersebut semakin meningkat setelah terjadinya revolusi industri, tepatnya setelah abad ke-19. Fenomena ini kian meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan manusia di negara-negara maju. Jumlahnya pun bisa 200 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Walhasil, dampak krisis iklim yang terjadi secara global tidak hanya akibat ulah orang-orang di negara berkembang semata. Namun, bisa jadi hal itu dilakukan oleh orang di negara-negara maju seperti AS, Inggris, dll.

Jadi, jelaslah bahwa fenomena krisis iklim (contohnya gelombang panas) yang terjadi saat ini bersifat antropogenik (karena perilaku manusia), bukan faktor alam semata. Pasalnya jika bencana hanya disebabkan oleh faktor alam, maka kecanggihan teknologi sudah mampu mengatasinya. Contohnya, manusia sudah memiliki berbagai sensor yang dipasang di darat, laut, bahkan sampai di antariksa untuk memprediksi bencana di awal waktu. Hal ini tentu berbeda dengan ribuan tahun yang lalu, di mana krisis iklim benar-benar terjadi karena faktor alam, misalnya adanya aktivitas vulkanik yang luar biasa di muka bumi sehingga mengakibatkan krisis iklim.

Kontribusi Kapitalisme

Fenomena kerusakan iklim yang menjadi momok dunia saat ini tentu tidak lepas dari diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme telah menjadikan kepentingan industrialisasi di atas kepentingan manusia dan lingkungan. Tak heran jika negara-negara industri terus memproduksi CO2 yang semakin memperparah kerusakan lingkungan. Sayangnya, mereka pun enggan disalahkan. 

Mereka kemudian mengampanyekan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya krisis iklim di forum-forum seperti COP26 atau Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada 2021 silam. Sayangnya konferensi yang sudah dilaksanakan hingga 26 kali demi mencegah terjadinya perubahan iklim, ternyata tidak berdampak signifikan. Forum tersebut hanyalah kamuflase semata untuk menghapus dosa negara-negara maju yang terkesan tidak mau disalahkan. 

Publik tentu tidak lupa bahwa negara-negara majulah yang menyumbang CO2 paling besar karena industrialisasi mereka. Contohnya saja AS yang menjadi penyumbang emisi karbon terbesar kedua setelah Cina alias penyumbang terbesar kerusakan lingkungan secara global. Kerusakan lingkungan saat ini adalah permasalahan sistemis yang tentu saja harus diselesaikan secara sistemis pula.

Solusi Islam

Islam adalah agama dan ideologi yang mampu menyelesaikan segala persoalan yang terjadi di dunia ini, termasuk bagaimana menjaga kelestarian bumi. Fenomena kekeringan, gelombang panas, dan sebagainya hanyalah masalah cabang yang terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut seharusnya kembali pada aturan Islam yang bersumber dari Sang Pencipta.

Islam memiliki solusi komprehensif dalam mencegah terjadinya potensi bencana alam. Dalam hal ini negara (Khilafah) akan menempuh dua strategi sekaligus, yakni kebijakan preventif dan kuratif. Satu hal yang patut diketahui, manajemen pencegahan bencana model Khilafah tegak di atas akidah Islam. Selain itu, prinsip-prinsip dalam pengaturannya pun berdasarkan pada syariat Islam yang tujuan utamanya adalah mewujudkan kemaslahatan. 

Strategi pertama adalah kebijakan preventif yang merupakan antisipasi sebelum terjadinya bencana alam. Kebijakan ini dilakukan dengan membangun berbagai sarana fisik untuk mencegah terjadinya bencana. Mulai dari membangun berbagai kanal, pemecah ombak, bendungan, tanggul, dan lain-lain. Selanjutnya reboisasi atau penanaman kembali, menjaga dan memelihara aliran sungai dari pendangkalan, tata kota yang berdasar pada kajian terhadap dampak lingkungan, relokasi, menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, serta menutup pintu bagi korporasi untuk melakukan eksploitasi SDA. Di samping itu, Khilafah juga akan membentuk tim-tim SAR yang memiliki kemampuan teknis maupun nonteknis dan dibekali dengan berbagai peralatan canggih sehingga memudahkan mereka mengevakuasi masyarakat saat terjadi bencana. 

Strategi kedua adalah kebijakan kuratif, yakni penanganan yang dilakukan saat terjadi bencana dan setelahnya. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi jumlah korban serta kerugian materi akibat bencana. Misalnya dengan melakukan evakuasi secepatnya, membuka akses jalan, pembangunan posko, serta kebutuhan lainnya.

Strategi ketiga adalah kebijakan kuratif setelah terjadi bencana. Hal ini bertujuan untuk melakukan penyembuhan mental bagi masyarakat yang terdampak agar kondisi psikis mereka pulih kembali. Negara akan memenuhi seluruh kebutuhan makanan, minuman, serta medis bagi rakyat yang sedang diberikan penyembuhan pascabencana.

Tak hanya memiliki kebijakan dalam hal penanganan bencana, Islam juga memiliki pandangan dan peraturan khusus tentang lingkungan dan perlindungan terhadapnya. Di antaranya dengan membangun kesadaran, nilai, dan rasa hormat manusia terhadap alam. Menjelaskan bahwa alam adalah bagian dari ciptaan Allah Swt. yang harus dijaga dan dilindungi dari bahaya.

Selanjutnya, memberikan pemahaman bahwa hubungan manusia dan alam merupakan hubungan yang saling membutuhkan dan melengkapi. Sejatinya keberadaan dunia memang untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia. Meski demikian, manusia juga memiliki kewajiban untuk mencegah kerusakan pada tanah, planet, dan lautan akibat konsumsi yang berlebihan, limbah yang juga berlebihan, serta semua praktik-praktik merugikan. Hal ini dilakukan demi menjaga keberlangsungan bumi dari kepunahan. 

Pasalnya, Allah Swt. sudah mewanti-wanti agar manusia tidak membuat kerusakan di muka bumi, sebagaimana firman-Nya dalam surah Ar-Rum ayat 41, yang artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka (kembali) ke jalan yang benar."

Khatimah

Fenomena krisis iklim yang terjadi secara global harusnya menjadi perhatian semua negara, tak hanya satu atau beberapa negara saja. Selain itu, manusia khususnya kaum muslim harus mulai mengubah paradigma kualitas hidup ala kapitalis yang mendewakan materi. Seorang muslim seharusnya memiliki pandangan bahwa kebahagiaan tidak sekadar terpenuhinya kebutuhan materi, tetapi kebahagiaan adalah saat melaksanakan seluruh hukum syariat dan menggapai rida Allah.

Wallahu a'lam bishawab

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Ya Allah, Maafkan Kejahiliahanku
Next
Gelar Bintang RI Adipradana untuk Ibu Iriana, Pentingkah bagi Rakyat?
4.7 3 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

13 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sherly
Sherly
1 year ago

Fenomena krisis iklim ada faktor by design ulah tangan manusia. Jika alam bisa berbicara, alam sudah lelah dengan tingkah laku manusia yang serakah saat ini. Menyelamatkan alam hanya dengan kembali pada aturan yang menciptakan alam.

sartinah828
Reply to  Sherly
1 year ago

Betul mbak Sherly, hanya itu satu-satunya solusi untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan.

firda umayah
firda umayah
1 year ago

Memang benar. Gelombang panas yang terjadi bukan karena faktor alam semesta. Ulah manusia juga berperan di dalamnya. Sudah saatnya manusia melakukan evaluasi atas semua tindakan yang dilakukan.

sartinah828
Reply to  firda umayah
1 year ago

Harusnya sih begitu ya mbak, tapi kerakusan kapitalisme membuat mereka tak peduli dengan alam.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Astaghfirullah sistem sekularisme kapitalisme selalu membuat berbagai masalah dsn menimbulkan berbagai bencana. Haruskah dipertahankan? Saatnya wajib segera beralih kepada sistem kehidupan Islam melalui penerapan aturan Allah secara sempurna yang bakan mengentaskan segala permasalahan yang ada.
Barakallah mba Sartinah tambahan wawasannya semoga umat semakin tercerahkan.

sartinah828
Reply to  Dewi Kusuma
1 year ago

Aamiin, syukran Bu dewi. Memang benar nih, solusi atas semua permasalahan adalah kembali pada Islam.

Rosmiati
Rosmiati
1 year ago

Allah swt. Sudah menitipkan banyak potensi kekayaan alam di setiap negeri. Tentu semua itu untuk dikelola. Hanya sayangnya, manusia mengadopsi pandangan dan prinsip hidup yang keliru (kapitalisme). Alhasil, alam pun terciderai. Pengelolaan hasil SDA seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara yang sejatinya bisa mensejahterakan rakyat. Eh, malah menyusahkan bahkan merusak alam. Ironi hidup di bawah sistim kehidupan yang mendewakan materi.

sartinah828
Reply to  Rosmiati
1 year ago

Betul mbak Rosmiati, itulah petaka sebuah negara yang pengelolaannya menggunakan prinsip kapitalisme. Syukran sudah mampir

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Jahatnya kapitalisme ...mengundang malapetaka

sartinah828
Reply to  Hanimatul Umah
1 year ago

Betul mbak Hanimatul Umah, kapitalisme adalah induk dari segala petaka yang terjadi di negeri ini dan dunia.

Aya Ummunajwa
Aya Ummunajwa
1 year ago

Kapitalisme memang gitu, suka mengeksploitasi sesuka hati, yang penting kenyang sendiri, terserah orang mau mati, tak peduli limbah dan emisi, apalagi mewarisi untuk generasi

sartinah828
Reply to  Aya Ummunajwa
1 year ago

Betul mbak Aya, prinsipnya yang penting untung ya, urusan rakyat mah bukan prioritas.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram