Secara teknis, Vibrio vulnicus tidak tepat disebut sebagai “bakteri pemakan daging” karena bakteri ini sebenarnya tidak memakan daging atau otot, tetapi melepaskan racun di sekitar tempat infeksi.
Oleh. Muthiah Al Fath
(Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, pemanasan global membuat pantai yang semula menjadi destinasi impian berubah menjadi mimpi buruk. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan setiap tahunnya sekitar 80 ribu orang di Amerika sakit karena vibriosis, dan 100 orang di antaranya meninggal karena infeksi tersebut. CDC juga mengungkapkan bahwa satu dari lima orang yang terinfeksi biasanya akan meninggal dalam satu atau dua hari setelah terpapar Vibrio vulnificus.
Dilansir dari CNNIndonesia.com (18/8/2023), tiga orang meninggal dunia akibat terinfeksi Vibrio vulnificus di Connecticut, New York, Amerika Serikat. Kasus dua orang tersebut bermula saat mereka berenang dengan luka terbuka di air payau, Long Islandia Sound. Sedangkan satu orangnya lagi terinfeksi akibat mengonsumsi tiram mentah.
Kejadian nahas tersebut juga terjadi di Teluk Tampa, Florida, Amerika Serikat. Di antara 26 kasus yang terjadi sepanjang tahun 2023, lima orang di antaranya meninggal akibat terinfeksi bakteri pemakan daging. Tahun lalu, daerah itu juga pernah melaporkan 74 kasus dan 17 kematian dengan kasus yang sama. (Viva.co.id, 22/8/2023)
Seputar Bakteri Vibrio vulnificus
Vibrio vulnificus merupakan bakteri pemakan daging dari anggota famili Vibrionaceae. Vibrio vulnicus berasal dari bahasa Latin, Vibrio yang berarti bergetar dan vulnificus yang berarti melukai. Bakteri ini merupakan patogen, sama halnya dengan Vibrio cholera dan Vibrio parahaemolyticus. Secara teknis, Vibrio vulnicus tidak tepat disebut sebagai “bakteri pemakan daging” karena bakteri ini sebenarnya tidak memakan daging atau otot, tetapi melepaskan racun di sekitar tempat infeksi. ( National Library of Medicine, 12/6/2023)
Vibrio vulnificus tergolong halofili (menyukai garam) sehingga ia biasanya hidup di lingkungan laut, seperti muara sungai, garis pantai, permukaan laut yang dalam, dalam perut tiram, dan dalam usus ikan. Bakteri ini kemudian menginfeksi inangnya (manusia) melalui konsumsi makanan laut atau melalui kontak luka langsung yang telah terkontaminasi.https://narasipost.com/opini/07/2023/antraks-mengancam-jiwa-bagaimana-solusinya/
Meskipun ditemukan di seluruh dunia, kasus Vibrio vulnificus sebagian besar ditemukan di laut yang lebih hangat. Daerah dengan iklim subtropis seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan Meksiko sangat rentan terhadap perkembangbiakan Vibrio vulnificus. Meskipun kasus akibat infeksi bakteri ini masih terbilang rendah, namun Vibrio vulnificus memiliki jumlah kematian tertinggi di Amerika Serikat.
Pengaruh pemanasan global juga berkorelasi terhadap meningkatnya suhu laut yang menyebabkan meningkatnya sanitasi udara, dan diduga semakin meningkatkan perkembangbiakan bakteri pemakan daging. Kebanyakan kasus vibriosis terjadi antara bulan Mei dan Oktober, atau pada musim panas saat suhu air lebih hangat. Pada umumnya, bakteri ini memuncak dan menyebar di perairan dangkal yang hangat.
Gejala Infeksi
Berdasarkan banyaknya kasus yang terjadi, bakteri ini sering menyebabkan penyakit gastrointestinal (pencernaan), infeksi luka, dan septisemia (keracunan darah) yang sangat fatal. Gejala gastrointestinal umumnya mengakibatkan penderita mengalami diare, demam, mual, dan muntah, bahkan berlanjut pada gejala septisemia. Gejala ini biasanya terjadi kurang dari 24 jam setelah memakan makanan laut yang terkontaminasi Vibrio vulnificus. Sebab, masa inkubasinya begitu singkat, hanya perlu beberapa jam untuk menyebar dari usus ke darah dan organ lainnya.
Jika menginfeksi luka yang terbuka, penderita akan terkena vibriosis yang menyebabkan sepsis, demam, kulit kemerahan atau ruam yang bengkak dan nyeri, lepuh berisi cairan, detak jantung cepat, pusing, lemas, dan pingsan. Hal ini yang disebut necrotizing fasciilitis dan akan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat karena dapat membuat penderita kehilangan organ atau jaringan tubuh.
Umumnya, gejala infeksi akibat terinfeksi Vibrio vulnicus terbagi menjadi tiga tahap, antara lain:
Pertama, gejala awal. Biasanya terjadi dalam waktu 24 jam yang meliputi demam, nyeri berat pada bagian yang terinfeksi, dan rasa sakit yang melebihi area luka.
Kedua, gejala lanjutan. Biasanya terjadi dalam kurun waktu antara tiga sampai empat hari setelah Vibrio vulnicus masuk ke dalam tubuh. Pada tahap ini, penderita biasanya mengalami gejala mual, muntah, diare, serta bagian tubuh yang terinfeksi tampak kemerahan, bengkak, dan melepuh berisi cairan.
Ketiga, gejala kritis. Biasanya terjadi dalam waktu empat sampai lima hari setelah penderita terinfeksi Vibrio vulnicus. Pada tahap ini, racun yang dikeluarkan bakteri dapat membuat penderita mengalami penurunan darah drastis (syok), penurunan kesadaran (koma), bahkan meninggal.
Penanganan Infeksi
Perlu diketahui bahwa penderita penyakit hati, gagal ginjal, diabetes, hemokromatosis, dan menurunnya sistem imun lebih rentan terpapar bakteri Vibrio vulnificus. Selain itu, para ahli melihat bahwa kaum laki-laki berusia lanjut lebih cenderung terkena infeksi serius daripada kaum perempuan. Oleh karena itu, bagi Anda yang berisiko dan memiliki luka terbuka disarankan agar jangan dulu berenang di sungai, laut, danau, maupun di bak air panas karena infeksi bakteri dapat menyebar dengan sangat cepat.
Bagi yang terinfeksi Vibrio vulnificus, gejalanya akan memburuk dengan cepat dan berakibat fatal jika tidak ditangani. Pengobatan segera dengan antibiotik dapat meredakan infeksinya. Penderita dapat mencegah dan mengurangi risiko infeksi dengan mengikuti pedoman keamanan, seperti menghindari air laut jika memiliki luka atau ketika mengalami penyakit kronis. Penanganan yang cepat dan tepat akan memungkinkan penderita untuk pulih dan terhindar dari komplikasi serius.
Ketika mengalami luka yang semakin parah, apalagi muncul beberapa gejala seperti gejala infeksi bakteri Vibrio vulnicus maka segeralah berobat ke dokter. Untuk mendiagnosis, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti tes darah, kultur darah, foto rontgen, dan CT scan. Jika telah dipastikan terkena infeksi, maka dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.https://narasipost.com/medical/07/2023/tbc-mengintai-nyawa-anak-butuh-solusi-tuntas/
Dalam kondisi seperti itu, biasanya pihak rumah sakit akan memberikan antibiotik dalam bentuk suntik melalui infus dan memberikan obat antinyeri. Jika gejalanya sudah cukup parah atau menyebabkan sepsis maka dokter akan memberikan obat-obatan, seperti epinephrine untuk mengatasi syok. Sering kali, untuk mencegah dan menghentikan penyebaran infeksi yang perlu dilakukan adalah tindakan operasi atau bedah untuk mengangkat jaringan yang rusak atau mati.
Adapun pada bagian tubuh yang rusak parah, dokter mungkin perlu melakukan amputasi pada bagian yang terinfeksi agar bakteri tidak menggerogoti anggota tubuh yang lain. Khususnya di Amerika, infeksi Vibrio vulnificus membutuhkan biaya yang besar untuk pengobatannya. Banyak korban yang selamat memiliki bekas amputasi di tubuh mereka.
Dalam Islam, hukum amputasi untuk pengobatan adalah boleh. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. bersabda:
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.”
Menurut Imam Abu Dawud, hadis di atas menjadi poros hukum fikih. Hal ini berarti bahwa kemudaratan harus dicegah dan dihilangkan, terutama yang menyangkut bahaya yang dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu, kaum muslim yang berada di wilayah yang berisiko terhadap infeksi bakteri berbahaya dianjurkan untuk melakukan upaya preventif, misalnya dengan menghindari berenang di laut saat musim panas, mengonsumsi tiram mentah, menjaga kebersihan makanan, menutup luka dengan perban tahan air sebelum berenang, dan lain sebagainya. Wallahu a’alam bishawwab
Allah maha kuasa ya mbak, kebanyakan binatang kecil justru berbahaya bagi manusia, jazakillah mbak atas ilmunya e
Wa fiik jazakillah Khoir Mba..
Alhamdulillah dapat tambahan ilmu. Naskah yang membuka wawasan agar berhati-hati dalam menjaga kesehatan agar tidak menimbulkan mudharat.
Keren nih, syukron Bunda Muthiah Al Fath
Wa iyyaki Mba, jazakillah sudah sempatkan baca dan komen
Wah, ngeri juga ya. Apalagi bagi yang hobi berenang di pantai. Ngomong-ngomong, di Indonesia apa ada juga ya? Jadi tahu, ternyata di laut pun banyak bakteri berbahaya
Bakteri ini ada di seluruh dunia, tetapi lebih suka tinggal di laut hangat. Alhamdulillah, Laut Indonesia adem 🙂
Iya Mba bener..
Alhamdulillah
Baca ini kok ya semakin tahu, kuasa Allah, menciptakan makhluk yang luar biasa.