"Umat Islam harus menyadari bahwa solusi atas Gaza, Palestina bukan lagi mengadakan pertemuan/rapat dengan dewan keamanan PBB, konferensi, pernyataan, demonstrasi sana sini ataupun gencatan senjata. Akan tetapi harus ada tindakan nyata dengan mengirim para panglima, tentara umat Islam, dan perwiranya tidak lain untuk membebaskan bumi Palestina yang diberkati."
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dunia kembali dikejutkan atas agresi militer Israel ke Jalur Gaza. Tanpa sirine peringatan serangan oleh Israel, akhirnya mengakibatkan 40 orang lebih rakyat Gaza meninggal dunia atas hantaman serangan udara Israel. Dua di antaranya adalah komandan senior Gaza, pejuang besar Taysir al-Jabari 'Abu Mahmoud' dan komandan Brigade Al-Quds di utara jalur Gaza.
Alasan Penyerangan
Dikutip dari Aljazeera, Yair Lapid, sang Perdana Menteri Israel mengungkapkan bahwa serangan itu dilakukan atas adanya informasi bahwa kelompok jihad Islam merencanakan serangan ke wilayah mereka. Sehingga dilakukanlah upaya membersihkan dan mencegah serangan kelompok jihad Islam di daerah tersebut.https://narasipost.com/2021/05/08/keteguhan-anak-anak-di-gaza-palestina/
Menurut juru bicara militer Israel, serangan udara ke Gaza akan berlangsung selama sepekan demi menjalankan operasi militer pencegahan. Serangan tersebut juga dirancang untuk melumpuhkan para pemimpin jihad Islam di Gaza, Palestina. Selain dua komandan senior Gaza yang tewas di wilayah utara, ada juga komandan senior Khaled Mansour tewas di wilayah selatan Jalur Gaza dalam serangan udara yang dilancarkan Israel.
Sebenarnya kesepakatan gencatan senjata antara zionis Israel dan milisi Jihad Islam telah berlaku. Namun tak berselang lama, sirine peringatan bergema ketika Israel kembali melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza. Hal itu dilakukan sebagai balasan atas tindakan milisi Jihad Islam yang menembakkan serangan roket ke arah Negeri Zionis tersebut. Sehingga militer Israel akan terus melancarkan aksinya menggempur Jalur Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata ini sepatutnya mengakhiri perang yang sudah berkobar sejak Jumat pekan lalu antara Israel dan milisi Jihad Islam. Namun, adanya informasi bahwa kelompok Jihad Islam tengah menyusun rencana untuk menyerang Israel, akhirnya serangan udara kembali dilancarkan.
Kecaman Negara dan Respons PBB
Aksi saling serang dan tembakan roket yang berbuntut panjang hingga disebut-sebut sebagai perang terbesar Israel dan Palestina sejak tahun lalu, membuat beberapa negara di dunia mengecam atas serangan udara yang dilancarkan di Jalur Gaza. Beberapa negara mengutuk serangan brutal Israel terhadap warga Palestina, di antaranya adalah:
Pertama, Arab Saudi. Dalam beberapa hari terakhir Arab Saudi mengecam dan mengutuk serangan Israel ke Jalur Gaza. Menurut keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, kerajaan Arab secara terbuka memihak pada warga Palestina. Kerajaan Arab juga mengimbau komunitas internasional agar berpartisipasi dalam upaya mengakhiri konflik yang terjadi, khususnya di Jalur Gaza yang menjadi wilayah rebutan kedua pihak tersebut.https://narasipost.com/2020/10/28/gaza-tanah-mulia/
Kedua, Pakistan. Pakistan mengutuk keras penyerbuan halaman Masjid Al-Aqsa oleh pemukim Israel di Timur Yerusalem. Menteri Luar Negeri Pakistan mengatakan bahwa secara terang-terangan tindakan provokatif ini telah melanggar kesucian kiblat pertama kaum muslimin dan secara keseluruhan melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Tindakan ini juga dianggap sebagai bentuk pelanggaran mencolok terhadap norma, hukum, dan praktik internasional. Sehingga upaya apa pun untuk mengubah status sejarah dan hukum Masjid Al-Aqsa harus dihentikan.
Ketiga, Qatar. Qatar juga mengutuk pembunuhan seorang jurnalis senior Al-Jazeera oleh serangan tentara Israel di Tepi Barat. Shireen Abu Akleh, ditembak wajahnya saat mengenakan rompi pers dan helm. Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam pembunuhan itu sebagai kejahatan keji, pelanggaran mencolok atas hukum internasional, dan serangan terang-terangan terhadap kebebasan media. Ia juga menekankan perlunya masyarakat internasional untuk bertindak segera menghentikan serangan berulang oleh penjajah terhadap warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak.
Selain ketiga negara tersebut, masih ada beberapa negara-negara yang mengecam agresi militer Israel di Jalur Gaza, yaitu Jordania, Kuwait, Turki, termasuk Indonesia, mendesak agar PBB mengambil langkah konkret. Namun, apakah kecaman negara-negara di dunia mampu mengetuk pintu internasional PBB untuk menghentikan serangan rudal Israel? Rupanya tidak! Ibarat peribahasa "jauh panggang dari api". Beberapa pengamat politik menilai PPB "mandul" tatkala menghadapi kasus yang menimpa dunia Islam. PBB seolah tidak sigap bergerak atas kutukan, kecaman, atau resolusi dari negara-negara muslim lainnya.
Sejatinya aksi kutukan dan kecaman dari beberapa negara belum mencerminkan tindakan nyata untuk mendukung kaum muslim dan kaum yang lemah. Aksi yang terkesan mencukupkan diri dengan hanya mengecam dan mengutuk ibarat sekadar menyaksikan peristiwa pembantaian terhadap warga Palestina tanpa ada gerakan mobilisasi perlawanan dari negara-negara yang ada. Seruan pertemuan darurat kepada Dewan Keamanan PBB pun belum ada hasil. Yang ada hanya menjadi surat-surat kosong tanpa menghasilkan gerakan nyata melindungi rakyat Palestina.
Jika memang PBB berpihak pada dunia Islam, sudah pasti memberi lampu hijau kepada negara-negara yang tergabung dalam organisasi internasional dengan menjalankan semua opsi terbuka. Akan tetapi tindakan nyata dalam membebaskan rakyat Palestina, seperti memobilisasi tentara ternyata tidak dilakukan sampai detik ini.
Normalisasi dengan Israel
Lebih parahnya lagi, di tengah hantaman bom yang menghujani wilayah Gaza, justru beberapa negara di dunia Islam melakukan hubungan normalisasi dengan Israel. Dilansir dari bbc.com, beberapa negara Arab telah menormalisasi hubungan dan telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Uni Emirat Arab (UEA) adalah salah satu negara yang telah berdamai dengan Israel. Di balik perdamaian kedua negara ini, rupanya ada intervensi atau campur tangan Amerika Serikat (AS) yang saat itu berada di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.https://narasipost.com/2021/04/22/serangan-bom-israel-ke-gaza-warnai-malam-ramadan-di-palestina/
Normalisasi hubungan dengan Israel tak bisa menghilangkan sesak di dada umat Islam. Apakah dengan berhenti memusuhi Israel lantas mendapat respons positif dari PBB agar Israel berhenti melancarkan serangan udara di Jalur Gaza? Sekali-kali tidak! Normalisasi tersebut tak lebih sekadar bentuk penghianatan penguasa-penguasa negeri muslim atas rakyat Palestina. Menjalin hubungan kerja sama dengan Israel tentu tidak akan membatalkan rencana aneksasinya. Sebab, sudah menjadi komitmen Israel untuk menerapkannya dan berkoordinasi hanya dengan pemerintah Amerika saja terkait Palestina.
Secara logika, Israel adalah keturunan bangsa Yahudi yang sejak dulu tak pernah menunjukkan sikap hormat dan berdamai dengan warga muslim. Dengan menormalisasi hubungan dengan Yahudi Israel, sama saja mengakui kebiadaban Israel mencaplok wilayah suci umat Islam. Mereka tanpa rasa malu dan berdosa sedikit pun tatkala bumi kiblat pertama kaum muslimin dibombardir oleh entitas Yahudi.
Penting diketahui bahwa Palestina adalah bumi yang diberkati. Masalah yang ada di Palestina berarti masalah umat yang besar dan mengakar. Sejak dahulu, Rasulullah saw. dan para khalifah setelahnya tidak pernah menunjukkan sikap manis muka kepada Yahudi laknatullah alayhi. Sedalam apa pun hubungan normalisasi penguasa negeri muslim dengan Israel, tidak akan pernah menyurutkan langkah umat Islam mendapatkan bumi Palestina yang diberkati kembali ke pelukan umat Islam.
Kunci Pembebasan Palestina
Rasulullah saw. bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kecintaan dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam." (HR. Muslim)
Sungguh peristiwa yang terjadi di Gaza telah menyakiti tubuh kaum muslim. Tubuh kaum muslim kembali menderita akibat agresi militer Israel terhadap muslim Palestina. Diyakini atau tidak, pembentukan Israel adalah sebuah produk kebijakan kapitalisme untuk mencegah kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Barat akan senantiasa memastikan bahwa umat tetap berada di bawah dominasinya. Bahkan skenario penyerangan Israel atas Palestina sebagai salah satu jalan agar dunia Islam memiliki ketergantungan hanya kepada Amerika, PBB, Inggris, atau Prancis untuk mendapatkan solusi atas isu Palestina.
Sekali-kaki tidak! Umat Islam harus menyadari bahwa solusi atas Gaza, Palestina bukan lagi mengadakan pertemuan/rapat dengan dewan keamanan PBB, konferensi, pernyataan, demonstrasi sana sini ataupun gencatan senjata. Islam telah memberikan solusi tuntas terhadap negara kafir harbi fi'lan dengan seruan jihad. Kaum muslim harus bertindak nyata dengan mengirim para panglima, tentara umat Islam, dan perwiranya tidak lain untuk membebaskan bumi Palestina yang diberkati. Umat harus bersatu mencabut entitas Yahudi dan melawan para penguasa pengkhianat yang bersekongkol merongrong umat Islam.
Hanya dengan sistem Islam yakni Khilafah, pasukan muslim akan berjihad membebaskan Palestina. Sebab pembebasan Palestina memiliki kaitan dengan pendirian Khilafah dan berlanjutnya kehidupan Islam. Mau tidak mau, Palestina mutlak harus dibebaskan dan cara satu-satunya membebaskan bumi Palestina adalah dengan mengerahkan pasukan muslim yang ada di seluruh dunia. Wallaahu a'lam bi ash-sawab.[]