Kepemimpinan Islam, Menghapus Duka di Bumi Palestina

"Untuk menghentikan penderitaan negara Palestina hanya bisa dengan bersatunya kekuatan militer negeri-negeri kaum muslim di bawah kepemimpinan Islam. Sebuah institusi yang akan menjadi pemersatu umat dengan akidah sebagai pengikatnya. Sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh para penguasa muslim saat ini akibat pengaruh sekat nasionalisme yang membatasi."

Oleh. Irma Faryanti
(Member Akademi Menulis Kreatif dan Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Lagi dan lagi, para makhluk tak punya hati ini kembali beraksi. Seolah menikmati, ulah mereka pun kian menjadi-jadi. Bangsa Yahudi ini melancarkan serangan udara pada hari Jumat, 5 Agustus 2022. Menurut catatan Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 25 warga sipil Palestina tewas di Jalur Gaza, termasuk di dalamnya 6 orang anak dan beberapa pejuang Jihad Islam. Aksi ini dimaksudkan sebagai upaya pencegahan karena adanya dugaan Israel akan diserang.

Tindakan ini menyulut reaksi balasan kelompok Jihad Islam yang menembakkan lebih dari 100 roket pada bangsa Yahudi tersebut. Gerakan ini biasanya beraliansi dengan Hamas, namun belum ada kejelasan bahwa keduanya berkolaborasi. Namun, kelompok militan terbesar Palestina ini menyiratkan akan adanya perlawanan bersatu jika korban tewas di kalangan rakyat sipil terus meningkat, dan jika itu terjadi maka pertempuran pun akan semakin intens dan berlangsung cepat. (Sindonews.com, 7 Agustus 2022)

Kondisi negara Palestina dalam seminggu terakhir ini kian mencekam. Terutama pasca Israel menutup penyebrangan ke Gaza, satu-satunya pembangkit listrik di tempat itu pun ikut ditutup karena tidak menerima pengiriman bahan bakar. Sayangnya, dari 300 roket dan mortir yang ditembakkan ke Israel, sekitar 70 buah di antaranya tidak sampai ke negara tersebut dan mendarat di Jalur Gaza. Sebagian besar di antaranya mampu dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome sehingga tidak menimbulkan korban yang jatuh.

Menyikapi hal tersebut, Aqsa Working Group (AWG) menyatakan kecamannya terhadap tindakan Israel dan menganggap mereka sebagai rezim zalim yang harus dilenyapkan dari muka bumi. Lebih lanjut, AWG meminta para pemimpin dunia serta komunitas internasional untuk memberikan responsnya. Namun, bak dua sisi mata uang, ada yang pro ada pula yang kontra. Di satu sisi murka, namun di sisi lain justru melakukan normalisasi hubungan dengan negara tersebut. Lihatlah bedanya ketika mereka satu suara dalam memboikot Rusia yang melakukan invasi ke Ukraina, sebagai bentuk tindakan. Namun, ketika bangsa Palestina diserang dengan membabi buta, mereka diam seribu bahasa.

Dengan sikap bebal dan tidak tahu malunya, Israel sering mengatasnamakan pembelaan diri di balik serangannya. Padahal sejatinya mereka hanyalah bangsa pendatang yang merampas tanah umat Islam yang tindakannya dilindungi oleh PBB dan negara Barat lainnya. Sikapnya yang tidak segan melukai kaum perempuan, anak-anak dan rakyat sipil menunjukkan sifat aslinya sebagai kaum tak bernurani.

Sayangnya, negara-negara muslim justru menjadikan PBB dan komunitas internasional sebagai penengah. Mereka meminta bantuan agar Israel menghentikan kebengisannya. Padahal sejatinya merekalah sponsor dan pendukung yang sesungguhnya. Kejahatan mereka ini tidak akan pernah berhenti hanya oleh kecaman semata. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al- Baqarah ayat 120 yang artinya:
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.."

Mereka tidak mempan dengan basa-basi politik ataupun formalitas diplomatik. Hanya bisa dilawan dengan bahasa perang. Namun, atas nama nasionalisme, sekat itu begitu kentara, alih-alih membantu saudaranya yang tengah menderita, negeri-negeri muslim seperti: Arab Saudi, Bahrain, Mesir, Uni Emirat Arab, Yordania dan Turki lebih memilih melakukan normalisasi dengan negara zalim tersebut. Tindakan mereka tidak lebih merupakan pengkhianatan yang nyata pada Islam.

Normalisasi tak ubahnya seperti sebuah pengakuan atas entitas Yahudi sebagai sebuah negara. Hal ini berbahaya karena dengan begitu Israel nantinya merasa berhak melakukan tindakan apa pun untuk melawan Palestina demi menjaga keamanan negaranya. Organisasi semacam PBB dan semacamnya hanya sebuah kamuflase yang sama sekali tidak memiliki peran. Hal ini terbukti dari tidak adanya reaksi nyata membela negara yang mengalami penderitaannya sejak adanya Deklarasi Balfour (2 November 1917) yang menyatakan dukungan untuk membentuk sebuah rumah nasional bagi bangsa Yahudi di wilayah itu.

Resolusi 181 yang dikeluarkan PBB (1947) yang membagi tanah Palestina pada Israel, membuat penderitaan semakin panjang. Karena sejak itu bangsa Yahudi terus melakukan pencaplokan wilayah. Maka terbukti, meminta bantuan pada lembaga-lembaga internasional itu sama sekali bukan solusi. Adapun bantuan sosial yang digalang untuk Palestina, sifatnya hanya sekedar meringankan beban, sementara mereka masih mengalami penjajahan tak berkesudahan.

Untuk menghentikan penderitaan negara Palestina hanya bisa dengan bersatunya kekuatan militer negeri-negeri kaum muslim di bawah kepemimpinan Islam. Sebuah institusi yang akan menjadi pemersatu umat dengan akidah sebagai pengikatnya. Sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh para penguasa muslim saat ini akibat pengaruh sekat nasionalisme yang membatasi.

Namun, keberadaan institusi itu saat ini tiada lagi. Oleh karenanya, adalah suatu hal yang mendesak untuk menegakkannya kembali di muka bumi agar seluruh permasalahan yang dihadapi kaum muslim mampu tersolusikan. Untuk itu diperlukan adanya upaya untuk menumbuhkan kesadaran umat akan urgensitas tegaknya kepemimpinan Islam di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiah.

Wallahu a'lam Bishawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Irma Faryanti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jangan Remehkan Salat, Bestie!
Next
Seni Membongkar Kesyirikan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram