Politisi Muslim di Mimbar Parlemen Inggris

Politisi Muslim di Parlemen Inggris

Apakah banyaknya politisi muslim di parlemen akan berpengaruh pada kebijakan politik Inggris sehingga lebih ramah terhadap kaum muslim? Kita patut ingat bahwa Inggris adalah negara sekuler sekaligus kapitalis imperialis.

Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Rekor! Ada 25 politisi muslim yang terpilih menjadi anggota House of Common, majelis rendah parlemen atau DPR-nya Inggris. Ini merupakan jumlah terbesar yang memecahkan rekor sejarah. Jumlah politisi muslim di parlemen Inggris terus meningkat. Pada 2019, hanya ada 19 muslim yang terpilih. Sedangkan pada 2017 hanya 15 orang. Perang di Gaza berpengaruh besar terhadap terpilihnya caleg muslim tersebut.

Para politisi muslim tersebut mayoritas berasal dari Partai Buruh, yakni sebanyak 18 orang. Sedangkan sisanya berasal dari Partai Konservatif (2 orang), Partai Demokrat Liberal (1 orang), dan empat orang dari jalur independen (CNNIndonesia.com, 12-7-2024).

Meningkatnya jumlah politisi muslim yang masuk parlemen menunjukkan bahwa posisi umat Islam makin diperhitungkan dalam pemerintahan. Hal ini tidak terlepas dari makin banyaknya jumlah muslim di Inggris. Saat ini jumlah muslim di Inggris mencapai 3,4 juta jiwa atau 6% dari total penduduk. Hal ini berdampak pada banyaknya muslim yang menjadi anggota parlemen. Fenomena ini menarik karena peningkatan jumlah muslim di parlemen justru terjadi di tengah meningkatnya islamofobia di negara Raja Charles III tersebut.

Namun, apakah banyaknya politisi muslim di parlemen akan berpengaruh pada kebijakan politik Inggris sehingga lebih ramah terhadap Islam dan kaum muslim? Sebelum menyimpulkannya, kita patut ingat bahwa Inggris adalah negara sekuler sekaligus kapitalis imperialis.

Inggris, Negara Sekuler

Sejak dahulu, Inggris adalah negara yang tidak berdasar pada aturan agama. Meski mayoritas penduduknya beragama Kristen, berbagai sistem kehidupan di Inggris diatur dengan aturan demokrasi hasil olah pikir manusia. Oleh karenanya, meski ada muslim yang masuk ke pemerintahan, aturan negara tetap menggunakan demokrasi.

Contoh nyata atas hal ini adalah Sadiq Aman Khan, muslim keturunan Pakistan yang menjabat Wali Kota London selama tiga periode. Meski menjabat sekian lama, tidak ada perubahan signifikan dalam pemerintahannya. Hal ini karena pemerintahan Inggris secara keseluruhan adalah sekuler. Dengan demikian, seorang politisi akan terpilih untuk duduk di kekuasaan ketika sejalan dengan sekularisme dan bahkan menjaga eksistensinya. Tidak masalah bahwa ia seorang muslim, asalkan ia sekuler dan menjaga sekularisme. Sedangkan politisi muslim yang hendak menerapkan aturan Islam tidak akan mendapat tempat di panggung politik.

Tidak hanya sekuler, Sadiq Khan bahkan merupakan tokoh yang liberal. Ia mendukung praktik homoseksual. Sadiq Khan telah memerintahkan kepada seluruh kepala sekolah di London untuk mendukung penuh pendidikan inklusif LGBT di sekolah. Oleh karenanya, kita tidak bisa berharap sistem demokrasi sekuler di Inggris akan menelurkan kebijakan yang berpihak pada Islam.

Inggris, Negara Kapitalis Imperialis

Selain sekuler, Inggris juga merupakan negara penjajah. Selama berabad-abad, Inggris adalah negara imperialis. Imperium Britania atau daerah jajahan Inggris pada masa keemasannya meliputi lebih dari 90 negara yang terbentang dari Eropa, Asia, Afrika hingga Oseania. Bahkan saking luasnya wilayah jajahan Inggris, ada ungkapan yang menggambarkan bahwa matahari tidak pernah tenggelam di wilayah tersebut.

Penjajahan yang dilakukan Inggris ini merupakan metode khas negara kapitalis untuk mempertahankan eksistensi ideologinya. Dengan demikian, sebagai negara kapitalis, politik luar negeri Inggris akan selalu didominasi oleh kepentingan imperialistik atau penjajahan. Oleh karenanya, umat Islam tidak bisa berharap Inggris akan menghentikan campur tangannya terhadap negeri-negeri muslim. Ia akan selalu mengeruk kekayaan alam negeri-negeri muslim dan melakukan politik adu domba demi memuluskan aksinya.

Tidak Akan Berpihak pada Islam

Dengan memahami posisi Inggris sebagai negara sekuler dan kapitalis imperialis, kita bisa menyimpulkan bahwa arah politik Inggris tidak akan pernah berpihak pada umat Islam, baik muslim di Inggris maupun di negeri-negeri lainnya. Meskipun ada banyak politisi muslim yang menjadi anggota parlemen, kebijakan Inggris tetap akan sekuler dan kapitalistik. Bahkan seandainya ada lebih banyak lagi anggota parlemen yang muslim, Inggris akan tetap menjadi negara sekuler dan penjajah.

Begitu pula dalam kasus Palestina. Inggris selalu ada di pihak Israel. Ia merupakan pemasok senjata untuk Israel. Inggris bahkan tidak mau menangguhkan penjualan senjata ke Israel ketika Zionis memborbardir Rafah beberapa waktu lalu.

Dengan demikian, tampak jelas bahwa kehadiran muslim di parlemen maupun jabatan eksekutif seperti wali kota dan lainnya tidak memberikan kebaikan apa pun bagi umat Islam. Bahkan kemenangan mereka bukanlah kemenangan umat Islam. Sejatinya, kemenangan mereka akan berarti jika membawa agenda politik umat.

Tugas Politisi Muslim

Seorang politisi muslim seharusnya meniatkan aktivitas politiknya untuk kemaslahatan Islam dan kaum muslim, bukan untuk agenda pribadi dan partainya, apalagi menjadi penjaga sekularisme dan kapitalisme. Politik yang bermakna pengurusan urusan umat harus diarahkan untuk menolong agama Allah Swt., bukan sekadar untuk memperoleh tampuk kekuasaan atau kekayaan.

Berbeda dengan politik ala kapitalisme yang sekuler, politik dalam Islam ditujukan untuk mewujudkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Bagi seorang muslim, politik merupakan bagian dari aktivitas dakwah. Bagi politisi muslim, seharusnya gedung parlemen ia pandang sebagai panggung dakwah Islam untuk menyerukan Islam kaffah. Ia tidak boleh larut dalam agenda penguasa yang menerapkan hukum kufur.

Oleh karenanya, penerapan Islam kaffah harus menjadi agenda politik seorang muslim. Allah Swt. berfirman,

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  ١٠٤

"Hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan (Islam) serta melakukan amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran [3]: 104).

Ayat ini menegaskan bahwa agenda politik seorang muslim adalah amar makruf nahi mungkar, bukan melanggengkan kekuasaan kufur. Rasulullah saw. mencontohkan, sepanjang 23 tahun berdakwah, beliau tidak pernah masuk ke pemerintahan kufur. Beliau fokus berdakwah berdasarkan minhaj yang telah Allah Swt. perintahkan. Beliau tidak tergoda untuk menjadi bagian dari pemerintahan kufur, meski banyak tawaran harta, takhta, dan wanita.

https://narasipost.com/opini/03/2021/sadarilah-wahai-pemuda-melek-politik-islam-itu-wajib/

Rasulullah saw. fokus berdakwah untuk mewujudkan kekuasaan Islam, yaitu Daulah Islam. Beliau mendakwahkan Islam kepada individu-individu hingga terbentuk kelompok dakwah yang disebut partai rasul. Beliau lantas mendakwahkan Islam secara luas ke masyarakat umum, yaitu pada bani-bani yang ada dalam suku Quraisy. Ketika Quraisy menolak, beliau meluaskan dakwahnya ke Thaif dan kabilah-kabilah dari luar Makkah yang datang ke Ka'bah untuk berhaji. Alhamdulillah, Allah Swt. memberikan pertolongan melalui orang-orang Yatsrib atau Madinah.

Ketika masyarakat Madinah siap menegakkan kekuasaan Islam dan menerapkan Islam kaffah, Rasulullah saw. beserta kaum muslim Makkah pun hijrah ke sana. Tegaklah Daulah Islamiah di Madinah. Daulah ini menerapkan syariat Islam kaffah di dalam negeri dan melakukan dakwah serta jihad di luar negeri. Daulah ini juga membebaskan negeri-negeri sekitarnya yang tertindas dan belum menerima cahaya Islam.

Sepeninggal Rasulullah, khulafaurasyidin meneruskan kekuasaan Islam ini hingga umat Islam berhasil membebaskan Palestina pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab ra. Dengan demikian, Khilafah memberi bukti nyata berupa pembebasan Palestina, bukan tawaran solusi dua negara sebagaimana yang kukuh dipegang Inggris.

Demikianlah seharusnya sikap politisi muslim. Ia tidak boleh melenceng satu inci pun dari dakwah untuk menegakkan Islam karena kelak Allah Swt. akan meminta pertanggungjawabannya tentang kekuasaan yang ia punya, apakah untuk Islam atau selainnya.

Khatimah

Sejatinya kita semua wajib untuk berdakwah, di mana pun posisi kita, apalagi jika kita punya kekuasaan. Dakwah merupakan kewajiban yang mulia. Dakwah adalah aktivitas para rasul. Oleh karenanya, apa pun posisi kita di tengah masyarakat, pastikan kita melakukannya untuk menolong agama Allah Swt., yakni untuk mewujudkan kemuliaan Islam dan kaum muslim.

Wallahua'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ragil Rahayu (Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )
Ragil Rahayu S.E Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Industri Servis Pesawat Indonesia, Mengejar Ketertinggalan
Next
Realitas Pahit Keluarga Hari Ini
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Herna
Herna
2 months ago

Gp2 muslimah yg penting sekuler.... Jd tidak berpengaruh pada kebijakn yg tetap kapitalistik sekuleristik begitu kira2 ya...

Sartinah
Sartinah
2 months ago

Betul ya, beragama Islam belum tentu berdampak terhadap setiap kebijakannya, apalagi Inggris jelas negara penjajah. Politisi muslim di mana-mana banyak, tapi hanya segelintir yang berpihak pada Islam dan kaum muslim.

Ragil
Ragil
Reply to  Sartinah
2 months ago

Sayangnya demikian, Mbak. Andai para politisi fokus pada agenda penerapan Islam kaffah, kemenangan itu akan mewujud nyata. Ya, para politisi juga tak luput dari penyesatan politik.

Siti Komariah
Siti Komariah
2 months ago

Inilah bukti bahwa, walaupun banyak muslim masuk dalam parlemen pemerintah, tetapi sistemnya kapitalisme sekuler yah sama saja, jatuhnya mereka tetap sekuler. Bahkan semua negeri-negeri muslim pun demikian. Dan bener kata Mbak Ragil. Solusinya dakwah.

Barakallahu fiik Mbak Ragil Rahayu

Ragil
Ragil
Reply to  Siti Komariah
2 months ago

Wa fik barakallah, Mbak. Niatnya mewarnai sistem, kenyataannya justru ikut arus sistem.

Novianti
Novianti
2 months ago

Jangankan di Inggris, di Indonesia yang mayoritas para pejabatnya muslim tidak bisa berbuat banyak. Hanya jadi alat politik negara adidaya. Begitulah jika para politisi tidak bervisi ideologis.

Ragil
Ragil
Reply to  Novianti
2 months ago

Sepertinya ini kondisi yang merata di dunia Islam ya, Mbak.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram