Masoud Pezeshkian dan Masa Depan Iran

Meskipun Masoud Pezeshkian berjanji akan menentang Israel, harus diingat bahwa Iran masih berada di bawah kendali AS, sama seperti Israel.

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Masoud Pezeshkian telah dinyatakan memenangkan pemilu di Iran pada 6 Juli lalu dan akan menggantikan Ebrahim Raisi yang meninggal 19 Mei lalu. Ia berhasil mengalahkan Saeed Jalili dan menjadi Presiden Republik Iran ke-9. Kemenangan Pezeshkian adalah kemenangan kelompok reformis atas konservatif.

Sejumlah kepala negara pun memberikan ucapan selamat kepada presiden baru berusia 69 tahun tersebut. Di antara mereka adalah Vladimir Putin, Pangeran Mohammed bin Salman, dan Xi Jinping.

Masoud Pezeshkian banyak didukung oleh kalangan muda serta warga perkotaan. Para pendukungnya merayakan kemenangannya dengan turun ke jalan-jalan di Teheran serta kota-kota besar lainnya. Kemenangannya juga dirayakan oleh masyarakat Kota Urmia, kampung halaman Pezeshkian. Mereka turun ke jalan sambil membagikan permen serta kudapan khas Iran. (kompas.id, 06-07-2024)

Akankah Iran Melunak pada Israel?

Masoud Pezeshkian memiliki slogan “Baraye Iran” yang artinya “Untuk Iran”. Melalui slogan ini, Pezeshkian ingin merangkul semua kalangan. Slogan itu diambil dari lagu karya musisi Iran, Shervin Hajipour. Musisi itu mendapat hukuman tiga tahun penjara karena membuat lagu yang mendukung protes terhadap kekejaman aparat kepada Mahsa Amini pada 2022 lalu.

Dalam pidato pertamanya setelah terpilih menjadi presiden, Masoud Pezeshkian berjanji akan mengulurkan tangan persahabatan kepada semua orang. Dokter bedah jantung berusia 69 tahun itu memang dikenal sebagai tokoh moderat. Ia berjanji akan mendorong kebijakan luar negeri yang pragmatis.

Selain itu, ia akan berupaya untuk meredakan ketegangan dengan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali Pakta Nuklir 2015.  Pezeshkian juga berjanji akan meningkatkan prospek pluralisme politik serta liberalisasi sosial. Hal ini dilakukannya untuk mengeluarkan Iran dari isolasi.

Keinginan Iran agar diterima oleh negara-negara besar dikhawatirkan akan membuatnya melunak terhadap Zionis Israel. Apalagi Iran pernah memiliki hubungan baik dengan Zionis Israel pada masa kepemimpinan Reza Pahlevi. Negeri para mullah itu termasuk negara yang mengakui kedaulatan Zionis Israel.

Namun, setelah terpilih sebagai presiden, Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Iran akan tetap pada kebijakannya yang menentang tindakan kriminal Zionis Israel. Iran juga akan terus mendukung perlawanan terhadap rezim Zionis yang tidak sah.

Peran Sentral AS di Balik Gimik Iran

Meskipun Masoud Pezeshkian berjanji akan tetap menentang Zionis Israel, tetapi harus diingat bahwa Iran masih berada di bawah kendali AS, sama seperti Zionis Israel. Iran memang menjadi negara yang paling banyak mendapat sanksi dari AS. Sanksi itu mulai dijatuhkan oleh AS setelah Iran berubah menjadi Republik Islam pada 1979.

\AS menjatuhkan sanksi ke Iran agar memperbaiki penerapan HAM di negara tersebut. Sanksi itu juga diberikan untuk menghentikan program nuklir Iran serta mengakhiri dukungan Iran terhadap terorisme. Yang lebih penting dari itu, AS menghendaki digantinya rezim yang berkuasa di Iran saat ini. (voaindonesia.com, 08-05-2024)

Akan tetapi, semua itu hanyalah sandiwara. Selama ini, Iran dan AS selalu menjalin hubungan di belakang layar. AS dan Iran memang tidak memiliki hubungan diplomatik sejak 1980. Namun, mereka berkomunikasi melalui negara lain yang disebut “protecting power”  atau “kekuatan pelindung”. “Kekuatan pelindung” adalah suatu negara yang mewakili negara berdaulat lain di negara yang negara berdaulat tersebut tidak memiliki perwakilan diplomatik. (wikipedia.org)

Oleh karena itu, Iran akan selalu melakukan koordinasi dengan AS saat hendak mengambil keputusan dalam bidang militer. Koordinasi itu dapat dilakukan secara langsung atau melalui pihak lain. Misalnya, saat Iran hendak membalas serangan yang dilakukan oleh Zionis Israel beberapa waktu lalu, Iran menyampaikan rencana tersebut kepada AS melalui Turki.

Sanksi yang diberikan oleh AS kepada Iran juga hanya sandiwara. Hal itu hanya sebuah permainan politik yang akan memperkuat Iran. Buktinya, Iran dapat terus melakukan pengayaan nuklir hingga menjadi kekuatan yang diperhitungkan di Timur Tengah.

Akibat Nasionalisme

Sikap Iran yang seperti itu merupakan akibat dari nasionalisme yang diterapkan oleh negeri-negeri Islam. Para pemimpin umat Islam hanya memikirkan kepentingan nasional mereka. Hal ini membuktikan bahwa nasionalisme telah berhasil memecah belah persatuan umat Islam.

Nasionalisme di negeri-negeri Islam merupakan buah dari imperialisme. Para penjajah yang menerapkan ideologi kapitalisme berupaya untuk menyebarkan ideologi mereka melalui penjajahan. Penjajahan itu akan lebih mudah dilakukan jika umat Islam terpecah belah.

https://narasipost.com/world-news/05/2024/bermain-minyak-dengan-iran/

Oleh karena itu, mereka embuskan ide nasionalisme ke dalam benak tokoh-tokoh Islam. Mereka yang kemudian disebut sebagai tokoh pembaharu itulah yang berusaha untuk mewujudkan nasionalisme di negeri-negeri Islam. Akibatnya, persatuan umat Islam pun hancur. Mereka kemudian tersekat-sekat dalam negara bangsa. Tidak ada lagi persatuan di antara mereka. Tidak ada lagi ukhuwah islamiah seperti yang pernah mereka miliki saat berada di bawah naungan Islam. Hal itu membuat mereka lemah. Para penjajah menguasai mereka dengan mudah. Mereka pun hidup menderita karenanya.

Posisi Negara Islam terhadap Zionis Israel

Sikap tidak tegas Iran maupun negeri Islam lainnya terhadap Zionis Israel merupakan akibat ide nasionalisme. Padahal, nasionalisme bukan ajaran Islam. Sebagai muslim, seharusnya kita senantiasa menyandarkan setiap perbuatan terhadap hukum syarak.

Salah satu hukum syarak itu adalah menolong saudaranya sesama muslim. Allah Swt. telah menyatakan hal ini dalam QS. Al-Anfal [8]: 72,

وَإِنِ اسْتَنْصُرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ

Artinya: “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama, kalian wajib menolong mereka.”

Umat Islam di Palestina telah dijajah oleh Zionis Israel selama bertahun-tahun. Sejak penjajah itu ditancapkan di bumi Palestina oleh musuh-musuh Islam, mereka mengalami penderitaan yang luar biasa. Tanah dan rumah mereka dirampas dan kehormatan mereka dilanggar. Mereka harus kehilangan harta, bahkan nyawa.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh umat Islam Palestina untuk mengusir penjajah. Namun, kemenangan belum berpihak kepada mereka. Semestinya, umat Islam di wilayah lain, terutama yang berada di sekitar Palestina harus menolong mereka. Para pemimpin muslim seharusnya bersatu mengerahkan kekuatan militer mereka untuk membantu rakyat Palestina. Jika mereka mau melakukan hal itu, Allah Swt. pasti akan memberikan pertolongan-Nya. Rakyat Palestina akan menikmati kembali kemerdekaan mereka yang telah lama hilang. Sayangnya, hal ini hanya dapat terwujud jika mereka bersatu dalam naungan sistem Islam yang kaffah.

Wallahua’lam bishawab. []

#MerakiLiterasiBatch2
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Moderasi Beragama, Upaya Mengerdilkan Islam
Next
Dokter Asing, Pro Kontra dan Urgensinya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram