Kerusuhan Prancis Akibat Rasisme dan Sikap Hipokrit HAM

”Perlakuan yang berbeda inilah bukti bahwa HAM Barat hipokrit atau bermuka dua. Rasisme, diskriminasi, dan islamofobia membuktikan buruknya ide HAM yang diusung oleh Barat.”

Oleh. Amelia Al Izzah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Baru-baru ini terjadi lagi peristiwa kerusuhan di Prancis, kerusuhan ini terjadi akibat tewasnya seorang remaja laki-laki keturunan Aljazair yang berusia 17 tahun bernama Nahel oleh polisi Prancis. Penembakan tersebut berawal dari pengejaran polisi Prancis terhadap Nahel yang melanggar aturan lalu lintas, salah satu polisi menodongkan senjatanya ke pengemudi melalui jendela dan menembak dari jarak dekat (Detikcom, 2/6/2023).

Remaja berusia 17 tahun tersebut meninggal dunia tidak lama setelah insiden tersebut. Usai terjadi insiden penembakan tersebut terjadi kericuhan pada Selasa (27/6/2023), kericuhan semakin memanas dan meluas hingga otoritas Prancis mengerahkan puluhan ribu pasukan keamanan untuk mengatasi aksi-aksi protes yang berlangsung selama empat hari berturut-turut tersebut. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta agar Prancis menangani isu rasisme dan diskriminasi tersebut.

Paradoks HAM di Negara Barat

Ide Hak Asasi Manusia (HAM) di Barat, mulai dikenalkan sebagai ikon “kemanusiaan” terutama setelah Perang Dunia II dan bersamaan dengan pembentukan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1945. Rangkaian panjang urgensi atas penegakan HAM mulai bergulir hampir di semua negara-negara Barat, terutama yang menerapkan sistem demokrasi dengan konstitusi di dalamnya. Selain itu Revolusi Prancis juga menjadi salah satu tonggak dalam penetapan sekumpulan hak-hak individu dan hak-hak kolektif manusia yang kemudian menjadi dasar ide HAM.

Namun, terjadinya berbagai peristiwa rasisme, diskriminasi, islamofobia, serta baru-baru ini insiden penambakan remaja di Prancis, menggambarkan hal yang paradoks terkait penegakan HAM di negara tersebut. Satu sisi Prancis merupakan negara pengusung dan menjunjung tinggi kebebasan, namun di sisi lain fakta yang terjadi Prancis juga menjadi salah satu negara pelanggar HAM. Peristiwa-peristiwa tersebut sejatinya memunculkan wacana bahwa HAM hanya sebatas slogan semata bahkan HAM hanya berlaku untuk kalangan mereka saja yakni para pengusung HAM.

HAM yang dielu-elukan oleh Barat merupakan kamuflase dari kebijakan-kebijakan Barat untuk menyebarluaskan ide-ide kebebasan, karena HAM dianggap ide krusial yang berusaha ditanamkan atau bahkan berusaha agar diadopsi oleh kalangan kaum muslim terutama di negeri-negeri muslim. Ide HAM berusaha menampilkan sisi keadilan yang dibutuhkan oleh setiap individu, walaupun faktanya sisi keadilan hanya berlaku untuk mereka sendiri. Perlakuan yang berbeda inilah bukti bahwa HAM Barat hipokrit atau bermuka dua. Rasisme, diskriminasi, dan islamofobia membuktikan buruknya ide HAM yang diusung oleh Barat.

Prinsip Takwa pada Sistem Islam

Hak asasi manusia yang lahir dari sistem yang rusak yakni kapitalisme-demokrasi, tidak akan pernah berpihak utamanya kepada Islam. Konsep lahirnya HAM itu sendiri berasal dari pemikiran sekuler yang sangat bertentangan dengan Islam. Dalam syariat Islam tidak akan ada yang membedakan seseorang karena warna kulitnya, sukunya, negaranya, kedudukan atau kekuasaannya. Yang membedakan seseorang dalam Islam adalah wujud ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Rasisme atau diskriminasi dalam Islam sangat tidak dibenarkan, rasisme tentu tidak akan sesuai dengan fitrah manusia. Meremehkan, merendahkan, menghina bahkan membunuh orang lain hanya karena berbeda, suku, bangsa, warna kulit sangat diharamkan. Lihatlah bagaimana Islam dalam sistem Islam memperlakukan Bilal bin Rabbah, kisah harum Bilal yang disejajarkan sebagai sahabat Rasul yang mulia, seorang budak dan berkulit hitam legam tetapi setelah masuk Islam memiliki kedudukan tinggi di antara para sahabat. Keislaman dan ketakwaan Bilal telah dipersaksikan masuk surga secara khusus, Bilal juga Sayyid para Muazzin dan pengumandang azan pertama umat Islam. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abu Dzar,

ﺍﻧْﻈُﺮْ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻭَﻻَ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﺗَﻔْﻀُﻠَﻪُ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ

“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau yang berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa”.

Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan kita berbeda-beda agar kita saling mengenal satu sama lain. Yang membedakan di sisi Allah hanyalah ketakwaannya, hal yang sangat khas dalam Islam yang tidak dimiliki oleh sistem atau ideologi mana pun. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Hujurat ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”. (Al Hujurat:13)

Saat Islam diterapkan sebagai sebuah sistem negara yakni Khilafah, toleransi yang ada sangatlah luar biasa. Berbagai kalangan berbeda suku, bangsa, warna kulit bahkan agama dapat hidup rukun dan berdampingan, sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Kafirun ayat 6 :

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. ” (Al-Kafirun: 6)

Khilafah tidak membedakan warga muslim dengan nonmuslim, mereka memiliki hak serta jaminan serta pelayanan yang sama, selagi berada dalam sistem Islam. Tidak boleh ada paksaan untuk nonmuslim memeluk agama Islam, sehingga toleransi, ketiadaan diskriminasi dan rasisme akan menyatukan seluruh warga muslim maupun nonmuslim dalam sistem Islam yang memang berasal dari Sang Maha Pencipta kehidupan ini. Islam hadir dengan seperangkat aturan yang menenteramkan dan memuaskan akal. Adanya aturan Islam sebagai penjaga individu maupun negara sehingga mampu melindungi dan memberikan ketenteraman bagi manusia. Untuk itulah kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk memperjuangkan kembali hukum-hukum Islam agar mampu direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari hingga bernegara.

Wallahu a’lam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Amelia Al Izzah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Prostitusi Online via miChat, Jalan Buruk Kapitalisme
Next
Minum Posisi Berdiri atau Duduk, Mana Lebih Utama?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Benar Mbak, ide HAM terbukti hanya isapan jempol saja. Mereka, Barat yang koar-koar HAM sejatinya yang melanggar hak asasi manusia sendiri. khususnya kepada kaum muslim. Jelas sekali dalam dada mereka tertanam rasa Islamophobia. Sehingga tampak standar ganda dalam memaknai HAM.

Dyah Dini
1 year ago

Benar Mbak, memang hanya Islam aturan yang menenteramkan. Tidak membeda- bedakan manusia karena ras, agama, keturunan dsb. Sementara barat mempromosikan HAM sebagai ide yang katanya menjunjung tinggi hak asasi manusia. Namun kenyataannya Justru Barat, menjadi pelaku pelanggaran HAM. Rasisme, Islamophobia masih marak terjadi.

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Ide HAM hanya berlaku untuk pengusungnya. Tidak untuk kalangan diluar mereka. Hanya Islam yang memuliakan manusia. Karena pluralitas dalam masyarakat adalah suatu keniscayaan. Dan Rasulullah sudah mencontohkan bagaimana mengelola keberagaman. Semua diperlakukan adil.

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Korban jiwa akibat rasisme lebih banyak dibanding korban isu2 terorisme. Namun dunia seolah menutup mata.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Rasisme di Barat sudah sangat mengkhawatirkan ya. Apalagi demokrasi yang diusung Barat memang berwajah ganda. Bagaimana mungkin manusia dianggap mulia atau tidak hanya dinilai dari warna kulit ataupun rasnya? Untunglah Islam hadir dengan aturannya yang paripurna sehingga manusia hanya berbeda dari ketakwaannya, bukan dari warna kulitnya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram