Antara Kemenangan Erdogan dan Kemenangan 1453

”Maka, menyamakan kemenangan Erdogan dengan kemenangan 1453 adalah sebuah kesalahan. Sebab, Al-Fatih membebaskan Konstantinopel dan membuatnya menjadi pusat negara yang digdaya dan disegani oleh dunia dengan syariat Islam. Sementara Erdogan justru menjauhkan umat dari syariat.”

Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Recep Tayyip Erdogan kembali meraih kemenangan dalam pemilu di Turki. Presiden yang sudah berkuasa selama dua periode itu memenangkan pemilu untuk yang ketiga kalinya. Ia berhasil meraih 52,14 persen suara. Sedangkan Kemal Kilicdaroglu, pesaingnya, mendapat 47,86 persen suara.

Erdogan pun menyamakan kemenangannya itu dengan kemenangan Al-Fatih saat menaklukkan Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453. Pasalnya, ia mendapat kemenangan itu sehari menjelang peringatan penaklukan Konstantinopel oleh Al-Fatih.

Dunia maya pun dibuat heboh karenanya. Mereka lantas menyamakan Erdogan dengan Muhammad Al-Fatih. Mereka beranggapan bahwa kemenangan Al-Fatih sama pentingnya dengan penaklukan Konstantinopel. (cnnindonesia.com, 29/5/2023)

Erdogan dan Islam

Kemenangan Erdogan ternyata juga mendapat sambutan yang meriah dari umat Islam di Indonesia. Mereka pun bersyukur atas hal itu. Seperti yang dilakukan oleh komunitas Sahabat Erdogan di Aceh. Mereka mengadakan acara syukuran dan doa bersama untuk menyambut kemenangan Erdogan sebagai presiden Turki periode 2023-2028. Acara ini selalu dilakukan setiap kali Erdogan memenangkan pemilu.

Mereka bersyukur karena menurut mereka, kemenangan Erdogan adalah kemenangan umat Islam. Kemenangannya memberikan harapan bagi umat Islam di Turki untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan Islam. Erdogan dianggap sebagai sosok yang islami. Hal itu tampak dalam beberapa kebijakannya. Misalnya, penghapusan larangan berhijab pada tahun 2010 dan pengembalian fungsi Hagia Sophia sebagai masjid pada tahun 2020.

Erdogan juga selalu membela kaum muslimin saat mereka mendapatkan kezaliman dari negara yang memusuhi Islam. Erdogan juga memperlakukan para pengungsi yang datang ke Turki. Bahkan, Erdogan menjadi penyeimbang antara negeri-negeri muslim dengan Barat. Hal ini dapat memperkuat politik Islam.

Harapan ini sepertinya terlalu berlebihan. Sebab, Erdogan bukanlah sosok yang benar-benar membela Islam. Ia juga bukan pemimpin yang akan menerapkan aturan Islam.

Sebaliknya, ia adalah sosok yang akan melanggengkan sekularisme. Hal ini tampak dalam pidatonya saat ia dilantik menjadi presiden. Erdogan berjanji akan terus menjaga sekularisme yang telah ditancapkan oleh Kemal Attaturk.

Hanya saja, sekularisme ala Erdogan sedikit berbeda dari sekularisme Kemal Attaturk. Jika Kemal Attaturk memaksakan sekularisme dengan kekuatan militer, tidak demikian dengan Erdogan. Erdogan justru berpendapat bahwa hal privat tidak perlu diatur oleh negara.

Karena itu, Erdogan membebaskan rakyatnya untuk menggunakan ranah privat mereka tanpa kendali dari pemerintah. Dengan demikian, mereka dapat menggunakan ranah privatnya untuk mengekspresikan identitas agama mereka. Inilah yang membuat Erdogan tampak sebagai sosok islamis.

Padahal, ia adalah pendukung sekularisme. Hal itu telah tampak dari asas partai AKP (Adalet ve Kalkınma Partisi) atau Partai Keadilan dan Pembangunan yang didirikannya. AKP merupakan pecahan dari RP (Refah Partisi) atau Partai Refah. Partai Refah merupakan partai yang berbasis Islam. Ketika partai ini mulai melenceng dari prinsip Kemalis, ia pun keluar dan mendirikan AKP.

AKP yang didirikan oleh Erdogan adalah partai yang terbuka dan berasaskan sosial berkeadilan. Partai ini menerapkan prinsip fleksibilitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Caranya adalah dengan memadukan tradisi Turki di masa lalu dengan demokrasi di masa sekarang.

Cara ini terbukti efektif dalam mendulang suara. Mereka yang ingin menjalankan aturan Islam dalam ranah pribadi pun mendukungnya. Demikian pula dengan kalangan sekuler yang ingin menerapkan prinsip Kemalisme. Karena itulah, Erdogan berhasil memenangkan pemilu untuk yang ketiga kalinya.

Tunduk kepada Kepentingan Barat

Sebagaimana para pemimpin muslim lainnya, Erdogan tak lebih dari sebuah boneka yang dimainkan oleh Barat. Mereka yang berhasil naik ke tampuk kekuasaan adalah orang-orang yang akan senantiasa membela kepentingan Barat. Mereka akan melanggengkan penjajahan yang dilakukan oleh Barat terhadap negeri-negeri Islam. Salah satunya adalah penjajahan terhadap Palestina.

Erdogan memang menyerukan persatuan umat Islam untuk melawan penjajahan Israel atas Palestina. Namun, di saat yang bersamaan, ia juga berjabat tangan dengan Yair Lapid, Perdana Menteri Israel. Kedua negara itu bersepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik, setelah sempat terputus selama 14 tahun.

Turki juga mitra sekaligus sekutu penting bagi Amerika Serikat. Kedua negara itu memiliki hubungan bilateral dalam bidang pertahanan dan keamanan. Salah satunya adalah melawan organisasi teroris. Sudah jelas siapa yang disebut teroris oleh Amerika Serikat. Yaitu, mereka yang berupaya untuk menerapkan syariat Islam.

Maka, menyamakan kemenangan Erdogan dengan kemenangan 1453 adalah sebuah kesalahan. Sebab, Al-Fatih membebaskan Konstantinopel dan membuatnya menjadi pusat negara yang digdaya dan disegani oleh dunia dengan syariat Islam. Sementara Erdogan justru menjauhkan umat dari syariat.

Kebangkitan dalam Islam

Selama asas yang digunakan adalah sekularisme, kaum muslimin tidak akan pernah bangkit. Memang benar, bahwa negara-negara Barat menjadi negara maju setelah mereka meninggalkan agama di dalam gereja-gereja. Mereka hanya menggunakan aturan agama saat beribadah kepada Tuhan mereka.

Sedangkan saat berada di luar gereja, mereka akan menggunakan aturan yang mereka buat sendiri. Sebab, mereka yakin bahwa mereka adalah pihak yang paling paham dengan keadaan mereka. Mereka merasa paling mengerti apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka berhak untuk mengatur sendiri kehidupan mereka.

Dengan asas sekularisme inilah mereka mendapatkan kemajuan yang luar biasa. Meskipun pada akhirnya, semua itu justru menghancurkan umat manusia. Namun, sebagian besar kaum muslimin tidak memahami hal ini.

Mereka lupa, bahwa di saat orang-orang Eropa belum mengenal budaya kebersihan, kaum muslimin menjadikan suci sebagai syarat sah ibadah. Mereka lupa, bahwa kota-kota di wilayah kekuasaan Islam telah terang benderang di malam hari, ketika Eropa masih gelap gulita. Mereka lupa, bahwa universitas pertama di dunia berdiri di negeri Islam. Mereka lupa, bahwa semua kemajuan itu bukan berasaskan pada sekularisme, tetapi pada akidah Islam.

Inilah asas kebangkitan yang sebenarnya. Dengan asas ini, kaum muslimin akan terbebas dari berbagai bentuk penjajahan. Mereka akan menjadi umat yang mandiri dan disegani.

Hal itu telah dibuktikan oleh Rasulullah saw. saat Beliau berhasil menerapkan sistem Islam di Madinah. Beliau menerapkan Islam secara kaffah. Hal itu membuat Madinah yang sebelumnya hanya sebuah kota menjelma menjadi negara yang kuat. Penduduknya yang selalu terlibat perang saudara dapat bersatu karena Islam.

Pemikiran dan perasaan mereka berubah menjadi pemikiran dan perasaan Islam. Rasa cinta dan benci mereka hanya berdasarkan Islam. Mereka mencintai sesuatu jika hal itu sesuai dengan syariat Islam. Sebaliknya, mereka membenci sesuatu jika bertentangan dengan syariat Islam.

Karena itu, mereka pun rida diatur dengan aturan Islam. Maka, terbentuklah masyarakat yang khas. Masyarakat yang memiliki pemikiran, perasaan, serta peraturan berdasarkan yang sama, yaitu Islam. Dengan landasan itulah, mereka berhasil menjadi umat yang bangkit dan mandiri.

Hal itu terus berlangsung hingga 1300 tahun lamanya. Sayangnya, kecintaan mereka terhadap dunia dan lemahnya tsaqafah Islam dalam diri mereka, menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehinaan. Sedikit demi sedikit, mereka dikuasai oleh musuh. Hingga saat ini, tak ada satu pun yang tersisa. Hal ini telah dikabarkan oleh Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Imam Ahmad yang berbunyi,

"Simpul-simpul akan terputus, seutas demi seutas. Setiap satu simpul terputus, manusia akan bergantung kepada simpul berikutnya. Yang pertama terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah salat."

Karena itu, jika kaum muslimin menginginkan kebangkitan yang hakiki, mereka harus menapaki jalan Rasulullah saw. Sebab, jalan itu terbukti kebenarannya. Lebih dari itu, Beliau adalah uswatun-hasanah yang harus kita teladani.

Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Bullying dalam Bayangan Kelam
Next
Bantuan Modal, Bukan Solusi Atasi Kemiskinan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

Karena hanya dengan sistem Islam sajalah yang dapat memberikan solusi dari setiap permasalahan di negeri ini

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
1 year ago

Kemenangan Islam bukan hanya ketika terpilihnya pemimpin yang pro terhadap Islam dalam beberapa hal saja, misal penghapusan pelarangan jilbab. Tapi harus melihat pemimpin itu menjalankan sistem Islam secara menyeluruh atau tidak.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Nirwana Sadili
1 year ago

Tepat sekali! Kemenangan Islam hanya akan terwujud jika kita kembali menjadikan Islam sebagai asas kebangkitan.

Zahrah Luthfiyah
1 year ago

Hanya dengan sistem islam lah yang dapat menerapkan aturan secara kaffah. Mirisnya sekulerisme masih di pegang erat-erat oleh pemimpin islam.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Zahrah Luthfiyah
1 year ago

Ya, karena pemimpin saat ini tidak fokus melakukan riayah terhadap urusan umat, tetapi fokus mempertahankan kursi kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Tya Ummu Zydane
Tya Ummu Zydane
1 year ago

Setiap yang tidak mengikuti metode dari sang penghulu Nabi Sudah bisa di pastikan mengambil jalan yang sesat dan menyesatkan.
Hanya sistem Islam yang patut di perjuangkan bukan yang lain

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Tya Ummu Zydane
1 year ago

Karena hanya dengan Islam, kita akan bahagia di dunia dan akhirat.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Umat Islam harus cerdas peta politik internasional. Sebab, denga memahami kebijakan luar negeri suatu negara dengan mudah kita memahami apakah presiden negeri Islam itu berada di pihak Islam ataukah sebaliknya

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Nining Sarimanah
1 year ago

Betul mbak. Itu sebabnya, kita harus belajar politik. Politik dalam arti, bagaimana memelihara urusan umat, baik ke dalam maupun ke luar.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram