Dibukanya akademi musik ini untuk merealisasikan Visi 2030. Yakni, membuka lowongan pekerjaan di bidang musik bagi mereka yang berbakat.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Akademi musik internasional pertama di Arab Saudi, Nahawand Center telah dibuka di Thaif baru-baru ini. Akademi ini didirikan oleh Akademi Seni Nahawand bekerja sama dengan Akademi Musik Rusia Gnesins. Akademi Gnesins merupakan akademi musik tertua di dunia. Akademi tersebut memiliki cabang di Amerika Serikat, Inggris, serta Prancis.
Peresmian Nahawand Center itu dimeriahkan dengan beberapa pertunjukan dari sejumlah mahasiswa akademi. Salah satunya adalah pertunjukan majrour, tari rakyat yang populer di Thaif. Selain itu juga digelar pameran yang menampilkan warisan budaya serta sejarah musik di Arab Saudi dan Rusia. (mdlbeast.com, 18/03/2024)
Latar Belakang Berdirinya Akademi Musik
Nahawand Center didirikan untuk mendukung mereka yang berbakat di bidang musik serta para praktisi musik dan seni. Hal ini dilakukan untuk merealisasikan Visi 2030 yang menjadikan sektor musik dapat meningkatkan perekonomian lokal serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Nahawand Center menawarkan beberapa program pendidikan, pelatihan, serta penelitian di bidang musik. Akademi ini juga melakukan akreditasi resmi bagi peserta pelatihan internasional. Pertukaran guru, siswa, serta kerja sama di bidang akademik juga diselenggarakan oleh akademi ini. Akademi tersebut memiliki beberapa departemen, seperti Departemen Oud dan Lagu Oriental, Departemen Pelatihan Vokal dan Piano, serta Departemen Kecapi dan Musik Timur.
Oud merupakan alat musik tradisional di Timur Tengah. Oud berbentuk buah pir, mirip kecapi. Alat musik yang telah digunakan masyarakat di sana selama ribuan tahun tersebut merupakan salah satu alat musik senar tertua dan terpenting di dunia Arab. (inews.id, 06/09/2023)
Visi 2030
Setelah Putra Mahkota Mohammad bin Salman menjadi Perdana Menteri Arab Saudi, ia meluncurkan programnya yang dikenal dengan Visi 2030 atau Proyek 2030. Program yang diumumkan pada tanggal 25 April 2016 ini bertujuan untuk meningkatkan diversifikasi ekonomi, sosial, serta budaya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi terhadap sumber daya minyak.
Ada tiga tema utama yang hendak dicapai dalam Visi 2030, akademi musik menjadi salah satu realisasinya. Apa saja itu?
Pertama, mencapai masyarakat yang dinamis. Beberapa hal yang dilakukan untuk mencapai masyarakat yang dinamis adalah dengan meningkatkan jumlah jemaah umrah, mempromosikan budaya dan hiburan, serta memperbanyak situs warisan yang terdaftar di UNESCO.
Kedua, perekonomian yang berkembang. Tema kedua ini dapat dicapai dengan melakukan diversifikasi perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu, Arab Saudi juga akan melakukan modernisasi kurikulum di berbagai jenjang pendidikan.
Ketiga, menjadi negara yang ambisius. Untuk mencapai hal ini, pemerintah Arab Saudi fokus pada akuntabilitas, efektivitas, serta transparansi dalam pemerintahannya. Salah satu upaya dalam melakukan transparansi adalah dengan mengadakan layanan daring. (saudiembassy.net)
Terbukti, dibukanya akademi musik Nahawand Center merupakan upaya untuk merealisasikan Visi 2030 ini. Dengan demikian, mereka yang berbakat dapat mengembangkan kemampuan mereka di bidang musik. Hal ini akan menjadi jalan terbukanya lowongan pekerjaan bagi mereka di bidang musik. Dengan demikian, ketergantungan negara terhadap pendapatan dari sektor minyak akan berkurang.
Kapitalisme Penyebab Utama
Salah satu upaya diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi adalah melalui dunia hiburan. Untuk itu, dibentuklah Departemen Pembesar Umum untuk Hiburan. Tugasnya adalah mengatur industri hiburan di kerajaan tersebut. Lembaga ini bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan, kemajuan, serta perluasan sektor hiburan di Arab Saudi. Sebesar dua miliar dolar AS telah diinvestasikan di sektor ini.
Pada bulan Mei 2017 diadakan konser live music yang pertama di Riyadh. Musisi Toby Keith dari Amerika dan penyanyi Rabeh Sager dari Arab Saudi tampil dalam acara tersebut. Termasuk salah satu bagian dari Visi 2030 adalah mengadakan konser musik dan pertunjukan-pertunjukan dalam perayaan 87 tahun berdirinya negara. (wikipedia.org)
Berbagai acara dan program di dunia hiburan pun diselenggarakan untuk mendukung Visi 2030 ini. Semua itu dilakukan untuk mencari pendapatan negara di sektor nonmigas. Upaya itu dilakukan karena cadangan minyak di sana makin menipis.
Sayangnya, upaya itu tidak memperhatikan standar halal dan haram. Padahal, di negara tersebut terdapat kiblat umat Islam, yaitu Ka’bah. Di sana juga pernah berdiri Negara Islam pertama yang dipimpin oleh Rasulullah saw. yang kemudian berkembang hingga menguasai hampir dua pertiga wilayah dunia.
Penyebab utama dari semua itu adalah kapitalisme. Ide yang hanya memikirkan kesenangan fisik ini telah mengubah wajah Arab Saudi yang religius menjadi liberal. Makna kebahagiaan bagi mereka telah berubah dari mendapatkan rida Allah Swt. menjadi terpenuhinya kebutuhan jasmani semata. Akibatnya, mereka hanya memikirkan kesenangan duniawi yang bersifat fana.
Benturan Peradaban
Musuh-musuh Islam telah melakukan berbagai upaya untuk menghancurkan umat Islam. Dimulai dengan menjauhkan umat dari penguasaan terhadap bahasa Arab yang sesuai dengan kaidah, hingga menyibukkan umat dengan hiburan yang melenakan. Salah satunya adalah musik.
Melalui musik inilah, umat Islam sedikit demi sedikit mengikuti gaya hidup mereka. Cara berpakaian yang mengumbar aurat, campur baur antara laki-laki dan perempuan, bahkan seks bebas pun mereka jalankan. Lirik lagu yang mengampanyekan kebebasan hidup mereka adopsi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka pun jauh dari Islam, meskipun tetap memeluk agama Islam.
Mereka pun mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Hal itu karena mereka tidak mampu lagi menggali solusi bagi setiap persoalan hidup manusia yang terus berkembang. Mereka akhirnya mengikuti Barat selangkah demi selangkah hingga masuk ke dalam jurang kehancuran seperti yang kita saksikan saat ini.
Musik dalam Islam
Bermain musik termasuk perkara yang diperbolehkan. Hal itu berdasarkan pada hadis riwayat Bukhari yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. membiarkan orang-orang bermain musik di hari pernikahan Rubayyi’ binti Mu’awidz.
دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم غِداةَ بُنِيَ عَلَيَّ فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّيْ وَجُوَيْرِيَاتٌ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ
Artinya: “Nabi saw. datang di acara pernikahanku. Beliau duduk di atas tempat tidurku seperti posisi dudukmu di hadapanku. Kemudian beberapa anak perempuan datang dan memukul rebana.”
Umat Islam pun dikenal sebagai penemu teori musik. Laman fahmiamhar.com menjelaskan bahwa Meninski dalam bukunya Thesaurus Linguarum Orientalum (1680) serta Laborde dalam tulisannya Essai sur la Musique Ancienne et Moderne (1780) menyebutkan bahwa notasi musik solfege diturunkan dari sistem solmization Durar Mufassalaat. Yakni, notasi solfege (do, re, mi, fa, sol, la, si) berasal dari solmization (dal, ra, mim, fa, sad, lam, ta) Durar Mufassalaat yang bermakna “mutiara yang terpisah”. Yakni, setiap huruf memiliki frekuensi getaran dalam perbandingan logaritmik dengan huruf sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa para penemu teori musik pada masa kejayaan Islam adalah seorang matematikawan.
Namun demikian, kebolehan bermain musik dibatasi oleh syarat-syarat tertentu, yaitu bahwa isi atau lirik lagu yang dinyanyikan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kemudian, tidak ada yang mengumbar aurat dan tidak bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, aktivitas tersebut tidak menghabiskan waktu hingga melalaikan kewajiban.
Pada masa kejayaan Islam, musik tidak membuat umat Islam lalai. Mereka tetap melakukan berbagai kewajiban yang dibebankan di atas pundak mereka. Mereka tetap melakukan kewajiban berdakwah dan berjihad untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab []
Arab Saudi di bawah kendali Muhammed bin Salman memang ingin memodernisasi negara itu memalui Visi 2030. Modernisasi yang dimaksud adalah menjadikan Arab lebih moderat, liberal dan jauh dari nilai-nilai Islam.
Makin serem ajaaa yaa Allah, semakin mendekat kehancuran, sieeun kalo kata org sunda teh
Inna lillahi wa inna ilahi roji'un, Arab makin jahiliyah. Bahkan, layanan haji dan umrah pun sudah jadi lahan bisnis, bukan lagi dalam rangka ibadah. Ya Allah, jika Rasulullah melihat yang terjadi saat ini, betapa kecewanya beliau. Setiap jengkal jazirah Arab adalah jejak perjuangan beliau dan para sahabat.
Senjata menghancurkan islam dan kaum muslim : food fun fashion dan kini music.
Negeri Saudi Arabia negeri yang menjadi kiblatnya umat muslim, sungguh miris jika musik telah dianutnya dengan kebablasan tanpa memandang Islam sebagai pokok pandangan dan menjadikan akidah Islam sebagai standar kehidupan. Saat back to sistem Islam secara totalitas.
Semoga naskah ini bisa mencerahkan umat. Syukron Mba Mariyah Zawawi
Barakallah Mbak Mariyah. Memang yah Arab Saudi makin ke sini makin di buat menjadi negara liberal. Yah maklum saja, standar mereka kan materi. Negara Islam pun akan terkungkung di dalam penerapan sistem ini fan meninggalkan peraturan yang sesungguhnya yakni Islam