Fakta bahwa tentara militer AS dan NATO bercokol selama dua dekade di Afganistan tidak mampu mengubah kondisi Afganistan, menjadi satu bukti pula bahwa Islam memiliki kekuatan militer yang luar biasa di negeri yang diperangi ini.
Oleh : Nay Beiskara
(Admin Media NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Presiden terpilih AS, Joe Biden, telah menetapkan untuk menarik sisa pasukan keamanannya yang berjumlah 2.500 personil dari Afganistan mulai 1 Mei 2021 lalu hingga September mendatang. Meskipun begitu, AS tetap akan mendukung langkah perdamaian antara dua kubu di sana, yakni pemerintah Afganistan dan Taliban. Selain itu, AS juga menyatakan akan tetap memberikan pelatihan pada militer Afganistan (voaindonesia.com,14/4/2021).
Namun, kondisi di Afganistan dan warganya tak jua kunjung membaik. Di tengah penarikan pasukan AS, pertempuran terbuka tetap terjadi di sana antara pasukan keamanan Afganistan dengan milisi Taliban. Gegara pertempuran ini, setidaknya 100 gerilyawan dari pihak milisi dinyatakan tewas dan puluhan lainnya terluka (cnnindonesia.com, 3/5/2021).
Penarikan pasukan keamanan ini dibarengi dengan penyerahan basis militer Antonik di wilayah Helmand oleh AS pada pasukan pemerintah Afganistan. Basis militer ini nantinya akan digunakan sebagai tempat pelatihan bagi pasukan khusus militer pemerintah setempat yang sebelumnya telah dilatih oleh AS dan NATO.
Alasan Di Balik Penarikan Pasukan
Amerika tidak lagi dapat meneruskan mengalirkan sumber daya pada perang yang telah terjadi selama dua dekade tersebut dan mengharap ada perubahan ke arah yang lebih baik terjadi. Setidaknya inilah pernyataan dari Biden yang menjelaskan mengapa ia -sebagai pemimpin Amerika-harus memutuskan untuk mengembalikan seluruh sisa personil militer AS ke negaranya.
Namun, tampaknya tidak semua alasan yang gamblang disampaikan oleh Biden terkait dengan penarikan pasukannya. Peperangan yang terjadi sejak peristiwa 11 September 2011 silam ini, mengundang banyak kritik dari parlemen AS. Pasalnya, negara yang menyatakan diri sebagai polisi dunia ini telah menghabiskan biaya untuk perang Afganistan sebesar US$ 2 triliun atau sekitar Rp 28.000 triliun, yang menambah beban utang AS.
The Washington Post bahkan menyebut Amerika gagal dalam perang terlama yang pernah dilakukannya itu. Dikatakan demikian karena dalam kurun 18 tahun masa perang, Amerika tidak memeroleh kemajuan yang signifikan dalam perang Afganistan. Afganistan tetap dikendalikan oleh Taliban dan penduduknya menjadi salah satu sumber pengungsi dan migran terbanyak di dunia.
Dengan kata lain, perang yang digawangi oleh AS ini tidak banyak mengubah kondisi Afganistan. Padahal, AS telah banyak menghabiskan dana, waktu, bahkan nyawa personil militernya yang tidak sedikit untuk perang yang mereka klaim sebagai perang melawan terorisme. Tempo.co (10/12/2019) menginfokan, sepanjang peperangan di Afganistan sudah lebih dari 2.400 tentara Amerika tewas dalam peperangan ini. Demikian alasan penarikan pasukan ini ternyata bukan hanya faktor politis, tetapi ada faktor ekonomi yang memengaruhi keputusan tersebut.
Perang antar Sesama Muslim
Di mana ada peperangan, pasti ada korban. Tetapi, korban dalam peperangan ini bukan hanya berasal dari tentara militer AS, milisi Taliban, dan pasukan keamanan pemerintah. Atas nama perang melawan terorisme internasional, warga sipil tak kalah banyaknya yang menjadi korban, yakni sekitar 38.000 lebih warga sipil tewas (Tempo.co, 10/12/2019).
Langkah perdamaian antara pihak militan dan pemerintah pun tak banyak membuahkan hasil. Sebaliknya berdasarkan laporan PBB, korban dari warga sipil yang tidak bersalah justru meningkat 45% dalam tiga tahun terakhir, yakni dari 2018 hingga 2020.
Warga sipil dalam peperangan apa pun menjadi pihak yang paling dirugikan. Lebih dari itu, di balik banyaknya korban yang berjatuhan, ada kerugian yang lebih besar lagi. Yaitu, perpecahan dalam tubuh umat.
Sebagaimana yang terjadi di Suriah, apa yang terjadi di Afganistan hari ini adalah peperangan antar sesama saudara muslim. Kaum muslimin di sana berperang satu sama lain. Perang di antara sesama mereka membuat kaum muslimin yang berada dalam kondisi yang sudah lemah semakin lemah, bagai buih di lautan.
Rasulullah Saw. pernah bersabda terkait hal ini, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Benarlah adanya apa yang disampaikan Rasulullah Saw. Saat ini, kaum muslimin tidak memiliki taring, bergaining position, terpecah belah dan tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Padahal, kaum muslimin kuat ketika mereka bersatu. Seperti halnya dahulu kala kaum muslimin memiliki kepemimpinan yang satu untuk seluruh dunia Islam.
Potensi Militer Dunia Muslim
Satu hal yang dapat kita lihat dengan jelas dari penarikan pasukan AS di Afganistan, pasukan AS yang telah dibantu NATO telah terbukti gagal menghabisi pihak yang mereka sebut sebagai penjahat internasional atau kelompok teroris.
Fakta bahwa tentara militer AS dan NATO bercokol selama dua dekade di Afganistan tidak mampu mengubah kondisi Afganistan, menjadi satu bukti pula bahwa Islam memiliki kekuatan militer yang luar biasa di negeri yang diperangi ini.
Taliban beserta pasukan jihadisnya yang jumlahnya tak seberapa dibanding tentara sekutu tidak berhasil dilumpuhkan dan dibersihkan dari bumi Afganistan. Ini barulah sekelumit bukti yang menunjukkan bahwa sesungguhnya umat memiliki potensi kekuatan militer yang cukup diperhitungkan di dunia internasional.
Andaikan umat hari ini berpegang teguh pada ajaran Islam dan bersatu dalam satu kepemimpinan untuk seluruh kaum muslimin dalam satu institusi politik, maka potensi kekuatan militer yang dimiliki setiap negeri-negeri muslim akan dapat disatukan. Kekuatan yang dihasilkan akan membuat Barat dan siapa pun yang hendak menghina, menzalimi, menghancurkan Islam dan kaum muslim, gentar serta gemetar ketakutan.
Karena itu, bila umat ingin menjadi umat yang disegani kembali dalam segala lini, termasuk dalam bidang kemiliteran, tiada pilihan lain kecuali kembali pada ajaran Islam yang sempurna. Selain itu, umat pun harus berjuang dengan segala daya upaya yang dimiliki guna menegakkan institusi pemersatu potensi kekuatan umat, yakni Khilafah Rosyidah yang sesuai dengan manhaj kenabian. Wallahua'lam.[]
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]