Veto AS terhadap Palestina menjadi bukti mandulnya kekuatan PBB dalam menyelesaikan permasalahan dunia
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Veto Amerika Serikat (AS) menghentikan penantian panjang Palestina untuk menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dengan arogan, AS memakai hak vetonya untuk menolak keanggotaan Palestina dalam lembaga internasional tersebut.
Aljazair memperkenalkan sebuah rancangan resolusi yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB dan “rekomendasi kepada Majelis Umum agar Negara Palestina diterima menjadi anggota PBB” mendapat dukungan sebanyak 12 suara, 2 suara abstain (Inggris dan Swiss) dan satu suara yang menentang. Dengan perolehan suara ini, tak perlu lagi pemungutan suara dari anggota PBB yang lainnya karena syarat diterimanya resolusi tersebut tidak terpenuhi (CNBCIndonesia.com, 19-4-2024).
Veto AS, Bentuk Arogansi sang Adidaya
Di tengah agresi militer Israel yang masih terus berkecamuk, pada tanggal 2 April lalu, Palestina mengajukan kembali permintaan untuk menjadi negara anggota penuh kepada Dewan Keamanan PBB. Ini adalah permintaan kedua yang diajukan Palestina. Sebelumnya, pada tahun 2011 Palestina pernah mengajukan permintaan yang sama, namun belum berhasil. Karena kondisi inilah, posisi Palestina di PBB adalah sebagai negara Pengamat Tetap sejak tahun 2012.
Besar harapan Palestina jika berhasil menjadi negara anggota PBB dapat mengurangi bahkan membebaskan negaranya dari konflik perang dengan Israel selama 75 tahun. Resolusi tersebut sedianya dapat disahkan jika Dewan Keamanan PBB memiliki setidaknya sembilan anggota yang mendukung dan tidak ada anggota tetapnya (Cina, Rusia, Prancis, Inggris, dan AS) yang menggunakan hak veto mereka.
Namun, harapan ini harus pupus karena AS menggunakan hak vetonya dan menggagalkan resolusi tersebut. AS beralasan, hak veto tersebut digunakan bukan mencerminkan tentangan terhadap negara Palestina. Tapi AS akan mengakuinya jika ada negosiasi antara Palestina dan Israel. Alasan ini disampaikan oleh Wakil Duta Besar Amerika di PBB, Robert Wood.
Berdasarkan alasan ini, terlihatlah arogansi AS yang melindungi anak emasnya, Israel. Padahal, seluruh dunia telah menyaksikan kebrutalan Israel atas aksi genosida kepada penduduk Palestina. Dari penolakan ini semakin menegaskan bahwa solusi yang diinginkan AS untuk kemerdekaan Palestina bukanlah solusi dua negara. AS tetap mendukung pendudukan Israel dan Palestina harus rela menyerahkan tanah airnya.
Dunia Kritik Veto AS
Dunia langsung bereaksi atas veto AS terhadap keanggotaan Palestina di PBB. Beberapa negara menyampaikan kritikannya tak terkecuali Palestina sendiri. Mengutip dari CNBCIndonesia.com, 19-4-2024, otoritas Palestina mengecam keras veto AS dan menganggap sebagai dorongan untuk melakukan genosida terhadap rakyat Palestina dan mendorong kawasan Timur Tengah semakin jauh ke tepi jurang. Hamas pun bereaksi keras dan mengutuk veto AS.
Malaysia, Pakistan, dan Arab melalui kementerian luar negeri dan parlemen negaranya masing-masing mengkritik veto AS. Mereka mempertanyakan ketulusan untuk mewujudkan hak warga Palestina termasuk hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Diterimanya Palestina sebagai anggota tetap PBB dinilai sebagai solusi tepat untuk menghentikan ketidakadilan yang diderita rakyat Palestina akibat pendudukan Israel selama 75 tahun.
Secara spesifik, Ketua Parlemen Arab, Adel bin Abdulrahman al-Asoumi mengatakan, veto AS berkontribusi besar terhadap perampasan hak rakyat Palestina yang menginginkan untuk memiliki negara dan menjadi anggota PBB secara penuh.
Veto AS dan Penderitaan Palestina
Selama lebih dari 75 tahun perang Israel dan Palestina berlangsung hingga hari ini. Tak terhitung lagi berapa ribu orang telah syahid akibat rudal atau senjata Israel. Bangunan dan infrastruktur vital negara Palestina hancur. Bahkan kini, rakyat Palestina menderita kelaparan akibat blokade bantuan makanan yang dilakukan oleh Zionis Israel.
Selama itu pula dunia bungkam atas penderitaan rakyat Palestina. Kecaman demi kecaman dilontarkan oleh para petinggi negeri, namun hanya sekadar omongan kosong di atas mimbar. Setelahnya, kembali sunyi tanpa ada aksi.
PBB akhirnya menjadi pilihan. Sebagai lembaga internasional yang beranggotakan berbagai negara dari seluruh penjuru dunia, PBB dianggap mampu memberikan solusi terbaik dan menghapus air mata rakyat Palestina. Dengan bergabungnya ke dalam PBB, Palestina dinilai dapat terbebas dari penderitaan.
Dunia mungkin lupa, bahwa PBB ada di bawah pengaruh negara-negara kapitalis dunia dengan AS sebagai pimpinannya. PBB dibentuk untuk memuluskan dan melanggengkan hegemoninya kepada dunia. Dengan dalih sebagai polisi dunia, AS memegang kendali penuh atas setiap keputusan yang dikeluarkan oleh PBB.
Veto AS menjadi bukti mandulnya kekuatan PBB dalam menyelesaikan permasalahan dunia. PBB tunduk di bawah keputusan AS yang selalu bersikap tidak adil jika berkaitan dengan Islam, pemeluk, ajaran, dan negeri-negeri tempat tinggal kaum muslim. Kali ini pun kekuatan cengkeraman kuku-kuku AS kembali diperlihatkan.
Standar ganda kembali dimainkan AS jika menyangkut kepentingan kekuasaannya terhadap dunia dan negara sekutunya. Veto AS telah beberapa kali menyelamatkan Israel. Di saat dunia mengecam agresi Israel, AS justru membelanya. Maka, menyerahkan urusan Palestina kepada PBB, sama saja dengan menyerahkan nyawa-nyawa penduduk Palestina untuk segera dihabisi oleh penjajah.
Palestina Hanya Butuh Khilafah
Berlarut-larutnya perang antara Israel dan Palestina adalah akibat dari tidak adanya sebuah kekuatan global yang mampu menandingi dan memukul mundur Israel dari tanah Palestina. Pemimpin negeri-negeri muslim saat ini masih enggan mengirimkan kekuatan militernya untuk menyelamatkan rakyat Palestina. Mereka malah terjebak dengan narasi sesat Barat yang menggulirkan opsi perdamaian dua negara untuk menyelesaikan konflik Palestina.
Sekat-sekat nasionalisme telah membelenggu tangan dan mengunci lisan para pemimpin negeri muslim hingga hanya mampu mengecam tanpa aksi apa pun. Mereka lebih percaya kepada lembaga kufur dalam urusan saudaranya sesama muslim.
Allah Swt. telah melarang seorang muslim untuk menjadikan orang kafir sebagai penolong. Allah Swt. berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 28:
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Artinya: “Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai penolong setia atau pelindung dengan meninggalkan orang-orang beriman yang lain. Barang siapa yang melakukannya, maka dia telah lepas dari Allah. Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.
Palestina adalah tanah kharajiah milik umat Islam yang statusnya tak akan berubah hingga hari kiamat. Palestina berhasil ditaklukkan dan direbut dari para tentara salib melalui jihad dan darah para syuhada. Saat ini pun, tanah Palestina masih dibasahi oleh darah-darah para syuhada yang berjuang mempertahankan negerinya.
https://narasipost.com/world-news/12/2023/berharap-pada-pbb-mungkinkah/
Persoalan Palestina adalah milik umat Islam di seluruh dunia. Penderitaan rakyat Palestina hanya bisa hilang dengan dikobarkannya kembali jihad. Senjata hanya bisa dilawan dengan senjata. Negara adidaya di belakang Israel harus dihadapi pula dengan negara adidaya yang siap menjadi junnah bagi Palestina. Junnah itu bukan PBB, OKI atau lembaga semisal. Namun ia adalah Khilafah Islam.
Khatimah
Jika ditanyakan, kapan Khilafah Islam itu akan hadir untuk menyelamatkan Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya? Jawabnya adalah tak akan lama lagi. Tegaknya Khilafah Islam dan berkuasanya kembali umat Islam adalah janji Allah. Maka menjadi kewajiban seluruh umat Islam untuk mewujudnya janji tersebut. Bila saatnya tiba, pertolongan Allah akan datang dan umat Islam akan dimenangkan. Insyaallah.[]
Wallahua’lam bishawab.
AS adalah penjajah sejati.
Benarlah kata Al-Qur'an bahwa permusuhan Barat terhadap kaum muslim tidak akan pernah hilang.
Yah, beraharap pada PBB bagai pungguk merindukan bulan. Nda akan pernah terwujud karena sejatinya memang demikian. Dia diciptakan untuk melanggengkan hegemoni As dan sekutunya
Miris, berbagai upaya selalu gagal ketika kaum muslim menggantungkan angan-angannya pada dunia Barat. Semestinya ini menjadi pelajaran dan kesadaran bahwa hanya kekuatan seluruh umat Islam yang akan mampu membebaskan Palestina dari kejahatan Israel. Hanya kekuatan yang lahir dari persatuan umat Islam yang akan mampu membebaskan Palestina dan negeri-negeri Muslim yang terzalimi.
Ya Allah, semoga segera lahir kesadaran dan kemampuan agar umat segera bersatu untuk mewujudkan kesatuan umat Islam dalam sebuah kekuatan yang satu yakni negara Khilafah. Aamiin
Amerika dan Israel memang iblis yang nyata. Yaa Allah. Entah berada dimana Akal dan hati keduanya.
Ya Allah, sedih melihat fakta yang ada. Karena tidak ada persatuan di antara negeri-negeri muslim, Palestina mengajukan diri jadi anggota PBB. Padahal, PBB bukanlah solusi. Hanya Khilafah yang mampu membebaskan Palestina.