Di balik kabar bantuan untuk pejuang Yordania, tidak boleh membuat umat Islam lupa bahwa mereka memiliki kewajiban untuk bersatu di bawah naungan Khilafah.
Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan Penulis Derap Dakwah Umayah)
NarasiPost.Com-Konflik Israel-Palestina masih memanas. Kali ini, panas perjuangan untuk membebaskan Palestina berasal dari Yordania. Dikabarkan oleh tribunnews.com (04/04/2024) bahwa Kataib Hizbullah siap mempersenjatai pejuangnya di Yordania untuk membela muslim di Palestina. Hizbullah di Irak telah menyiapkan senjata ringan dan menengah, rudal taktis, peluncur lapis baja, amunisi, dan bahan peledak. Semua itu diperuntukkan kepada sekitar 12.000 pejuang di negara tersebut.
Kabar ini jelas menjadi angin segar bagi muslim di Palestina dan kabar buruk bagi Israel. Dengan bantuan yang akan dikirim, akankah kemenangan bagi muslim di Palestina datang?
Pejuang Hizbullah di Yordania
Yordania adalah salah satu negeri muslim yang terletak di Asia Barat Daya. Ibu kota negara ini berada di Amman. Negara ini berbatasan dengan Israel dan Palestina di sebelah barat, Arab Saudi di sebelah timur dan tenggara, Suriah di sebelah utara, dan Irak di sebelah timur laut.
Sejak Israel menyerang muslim Palestina di Gaza, negara-negara tetangga Palestina mulai memanas. Jika sebelumnya masyarakat dunia disuguhkan dengan perlawanan pejuang Houthi di Yaman, kini, Hizbullah di Irak menyatakan siap menerjunkan pasukannya di Yordania untuk membela Palestina. Hal ini dilakukan mengingat negara tersebut memiliki perbatasan langsung dengan Israel-Palestina. Bahkan, negara ini sempat disebutkan membuka jembatan darat ke Israel untuk melewati blokade Laut Merah yang dilakukan Houthi.
Hizbullah di Yordania merupakan bagian dari Kataib Hizbullah di Irak. Kataib Hizbullah sendiri merupakan kelompok bersenjata elite Irak yang paling dekat dengan Iran. Kelompok ini berdiri sejak 2003 setelah invasi AS ke Irak. Kelompok yang dipimpin oleh Abu Mahdi Al-Muhandis ini memang terkenal sangat keras melawan penjajahan.
Pada 24 Januari 2024, Kataib Hizbullah melakukan penyerangan dari markasnya di selatan Baghdad sebagai balasan atas serangan pesawat tak berawak dan rudal yang menyerang posisi, pangkalan, dan pusat pelatihan serta logistik Kataib. (cnbcindonesia.com, 30/01/2024)
Rencana Kataib memberikan senjata kepada pasukannya di Yordania diharapkan akan mengganggu aktivitas Israel di daratan. Sebab, senjata yang akan dikirim menjadi bekal untuk menyerang Israel di jalur darat yang berbatasan langsung dengan Yordania.
Tantangan bagi Yordania dan Dunia
Sayangnya, rencana pengiriman senjata oleh Hizbullah di Irak ditentang oleh pemerintah setempat. Seorang pejabat keamanan Irak menyatakan bahwa situasi di Irak saat ini tidak memungkinkan untuk mengirimkan senjata ke luar negeri dengan aktivitas yang dicurigakan. Ini merupakan pelanggaran kedaulatan negara.
Sementara itu, di Yordania, ribuan masyarakat telah melakukan aksi menolak kedutaan Israel yang ada di negaranya sejak 28 Maret hingga 1 April 2024. Aksi yang juga dilakukan di depan kantor Kedubes Israel tersebut merupakan respons masyarakat terhadap tindakan penyerangan yang dilakukan Gaza oleh Israel. Masyarakat juga menuntut penutupan jalur perdagangan dan menolak adanya normalisasi hubungan Yordania-Israel.
Masyarakat menganggap normalisasi merupakan bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Palestina. Namun, aksi ini tak mendapatkan respons yang diharapkan masyarakat. Pemerintah hanya mengizinkan aksi demo berlangsung tanpa menimbulkan kericuhan. Akan tetapi, setelah lima hari berdemo, terjadi bentrok antara polisi dan masyarakat. Pihak polisi pun memberikan gas air mata untuk membubarkan massa. (tribunnews.com, 01/04/2024)
Palestina Butuh Persatuan Umat
Meskipun Kataib Hizbullah berencana mempersenjatai pasukannya di Yordania untuk membela muslim di Palestina, namun ketidakpastian izin yang diberikan pemerintah Irak membuat rencana ini pun menimbulkan keraguan. Terlebih lagi, pemerintah Yordania pun masih memiliki hubungan dengan Israel. Akankah semudah itu bantuan Kataib masuk ke sana?
Terlepas dari semua prediksi yang ada, sesungguhnya solusi untuk membebaskan muslim di Palestina dari penjajahan tidak lain adalah dengan persatuan umat Islam di dunia. Ya, ketika sekat nasionalisme masih menggerogoti tubuh umat Islam, rasanya mustahil umat Islam akan bersatu mengusir penjajahan di Palestina. Ini terlihat dari ketiadaan para pemimpin negeri muslim untuk mengirimkan pasukannya ke Palestina. Apalagi para pemimpin tersebut pun masih terikat perjanjian dengan AS yang merupakan pendukung utama Israel dalam melakukan penjajahannya ke Palestina.
Sungguh, solusi tuntas untuk muslim di Palestina adalah jihad fi sabilillah yang dilakukan oleh negara Islam yang tegak atas dasar keimanan. Negara Islam (Khilafah) akan mampu menghilangkan sekat nasionalisme dan menyatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang khalifah.
Khilafah adalah mahkota kewajiban yang harus ditegakkan umat Islam. Ia merupakan perisai sekaligus pelindung umat Islam dari segala kezaliman. Perintah untuk menegakkan Khilafah merupakan perintah yang jelas yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis sahih. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Dahulu, Bani Israil dipimpin dan diurus oleh para nabi. Jika para nabi itu wafat, mereka digantikan oleh nabi yang baru. Sesungguhnya setelah aku (Muhammad) tidak ada lagi seorang nabi, tetapi akan ada para khalifah.”
Penutup
Di balik kabar bantuan yang akan dikirim oleh Kataib Hizbullah, tidak boleh membuat umat Islam lupa bahwa mereka memiliki kewajiban untuk bersatu dalam satu kepemimpinan di bawah naungan Khilafah. Ini adalah perkara penting yang butuh untuk segera ditegakkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Hanya dengan Khilafah, umat Islam akan terbebas dari penjajahan dan kezaliman. Karena Khilafah hadir sebagai perisai umat dengan jihad fi sabilillah.
Wallahu a’lam bishawaab. []
Betul. Solusimya harus bersatu dulu umat Islamnya meski tindakan jangka pendek juga perlu untuk tetap memelihara semangat dan harapan khususnya bagi warga Palestina. Saat ini di semua negara muslim, antara keinginan rakyat dan penguasa berbeda. Penguasalah yang menjadi ganjalan kecuali mereka jadi tholabun nushrah. Kita sangat menunggu.
Betul
Semoga banyak yang bantu Palestina
Aaamiin