Sikap AS yang tiba-tiba berencana memberikan sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda seakan hanya sebuah cara untuk meredam kekecewaan dunia terhadap sikapnya dalam persidangan PBB beberapa hari yang lalu.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Amerika Serikat dikabarkan berencana akan memberikan sanksi kepada salah satu unit militer Israel, Batalion Netzah Yehuda. Pasalnya, unit militer tersebut diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di bagian Tepi Barat, Palestina. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken yang mengatakan bahwa dirinya berencana mengumumkan sanksi bagi Batalion Netzah Yehuda dalam beberapa hari ini.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyangkal akan adanya wacana pemberian sanksi AS kepada unit militernya. Sebab, sampai hari ini belum ada kepastian dari pihak AS tentang wacana tersebut, walaupun AS telah mengeluarkan surat rekomendasi pada Desember lalu agar Blinken mendiskualifikasi beberapa unit militer Israel untuk menerima bantuan militer dari AS.
Namun, para militer Israel mengatakan, apabila wacana tentang AS yang akan menjatuhkan sanksi kepada unit militernya benar, mereka akan mengkaji hal tersebut. Sebab, mereka menganggap bahwa Batalion Netzah Yehuda adalah unit tempur aktif dan beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional (CNNIndonesia.com, 24/04/2024).
Lantas, apa sebenarnya Batalion Netzah Yehuda? Bagaimana fakta keberingasannya? Apakah benar AS akan memberikan sanksi kepada Israel atau hanya sebatas meredam kekecewaan dunia terhadapnya? Bagaimana Islam memberikan sanksi tegas terhadap orang yang zalim?
Mengenal Batalion Netzah Yehuda
Dilansir dari kompas.com, (24/04/2024) Batalion Netzah Yehuda disebut juga sebagai Nahal Haredi atau Batalion 97. Unit ini terbentuk pada tahun 1999. Dahulu, para pemuda Yahudi Haredi atau ultra-Ortodoks banyak yang menolak untuk mengikuti dinas militer. Mereka lebih memilih untuk mempelajari agamanya dan kitab Taurat.
Namun, tidak semua pemuda ikut belajar di sekolah keagamaan. Sebagian dari mereka menjadi tentara dengan syarat khusus, yakni mereka harus tetap melanjutkan studi keagamaan atau tidak boleh mengesampingkan jalan hidup Haredi ketika mengabdi di militer Israel. Kemudian, Nahal Haredi bekerja dengan Kementerian Pertahanan dan militer Israel untuk mengakomodasi anak-anak muda tersebut dan terbentuklah Batalion Netzah Yehuda.
Awalnya Batalion Netzah Yehuda beranggota 30 serdadu Haredi. Namun, kini batalion tersebut telah memiliki anggota 1000 orang lebih. Militer Israel pertama kali menempatkan batalion tempur dan beroperasi di daerah di Ramallah dan Jenis. Saat ini, batalion ini telah bertempur di Gaza.
Keberingasan Batalion Netzah Yehuda
Batalion Netzah Yehuda merupakan salah satu unit militer Israel yang direncanakan akan mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat karena dianggap telah melanggar hak asasi manusia. Lantas, keberingasan apa yang dilakukan Batalion Netzah Yehuda hingga AS ingin menjatuhkan sanksi kepada mereka?
Dilansir dari CNNIndonesia, (24/04/2024), ada beberapa daftar keberingasan Batalion Netzah Yehuda, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, aksi penyiksaan. Pada tahun 2022 lalu, Batalion Netzah Yehuda menahan dan menyiksa dengan cara yang sadis kepada seorang warga Palestina-Amerika, Omar Muhammad Assad. Korban disiksa dengan cara mulut disumpal, dipaksa berbaring, dan ditinggalkan di pinggir jalan hingga meninggal akibat serangan jantung. Kondisi ini memicu kemarahan publik. Bukan hanya itu saja, anggota Batalion Netzah Yehuda juga pernah menyiksa sejumlah warga Palestina di Jenis dan Tulkarm pada tahun 2015. Korban dipukuli, diborgol, mata ditutup, dan kemudian disetrum menggunakan elektroda.
Kedua, menembak warga sipil. Pada tahun 2015, anggota Batalion Netzah Yehuda menembak warga sipil Palestina yang tidak bersenjata di bagian utara Ramallah. Anggota unit tersebut mengatakan bahwa mereka terpaksa menembak warga sipil tersebut karena dia melempar bom molotov. Namun, dalih tersebut tidak terbukti. Kemudian, ada aksi-aksi penembakan yang lain yang juga tidak beralasan.
Ketiga, pelecehan seksual. Empat anggota Batalion Netzah Yehuda diduga telah melakukan pemukulan dan pelecehan seksual kepada seorang tahanan Palestina pada Oktober 2021 lalu. Mereka pun telah ditahan akibat perbuatan tersebut.
Sekadar Meredam Kekecewaan
Sejatinya, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) bukan hanya dilakukan oleh Batalion Netzah Yehuda saja, tetapi telah dilakukan oleh Yahudi Israel secara keseluruhan, bahkan hampir menyebabkan krisis kemanusiaan di Palestina. Aksi-aksi beringas mereka menyerbu dan menembaki anak-anak, perempuan, dan warga sipil tidak bersenjata telah dilakukan sejak lama. Fasilitas-fasilitas umum hancur akibat bom dari Yahudi Israel, bahkan PBB juga telah menetapkan bahwa Israel melanggar HAM. Namun, hingga kini sanksi tegas tidak kunjung diberikan.
Amerika Serikat justru terus membantah bahwa Israel melakukan genosida dan melanggar HAM. Ia hanya membela diri dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Akan tetapi, dunia tidak buta, Israel merupakan penjajah yang ingin merebut dan menguasai tanah Palestina. Sudah seharusnya Israel yang hengkang dari tanah Palestina dan diberikan sanksi tegas oleh PBB. Akan tetapi, sikap AS begitu manis dengan Israel dan berbanding terbalik dengan Palestina.
Lantas, angin apa yang membuat Amerika Serikat tiba-tiba mengumumkan rencana untuk memberikan sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda Israel? Apakah hanya karena alasan pelanggaran HAM? Bukankah selama ini Israel merupakan "anak emas" AS, bahkan AS terus memberikan bantuan militer, baik dana maupun senjata?
Jika diselisik lebih dalam, sikap AS yang tiba-tiba berencana memberikan sanksi kepada Batalion Netzah Yehuda seakan hanya sebuah cara untuk meredam kekecewaan dunia terhadap sikapnya di dalam persidangan PBB beberapa hari yang lalu. Yakni ketika AS menggunakan hak vetonya untuk membatalkan keanggotaan Palestina di PBB. Pasalnya, setelah AS menggunakan hak vetonya tersebut, banyak negara-negara yang mengecam tindakan AS tersebut. Mereka semua menyayangkan sikap AS atas upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB dan agar Palestina mendapatkan kemerdekaan.
Maka bukan tidak mungkin bahwa sikap AS tersebut hanya rayuan agar negara-negara yang mengecam AS kembali percaya bahwa dia bisa bersikap adil dan tidak memihak. Padahal, sampai kapanpun AS akan terus membantu dan melindungi Israel. Sebab, AS memiliki kepentingan geopolitik yang tersembunyi. Oleh karena itu, ketika berharap AS akan memberikan sanksi kepada Israel, seakan hal mustahil, sebab kita telah mengetahui bagaimana sepak terjang AS terhadap Israel.
Sanksi Tegas hanya pada Islam
Sejatinya yang mampu memberikan sanksi tegas terhadap Israel, baik kepada unit militernya maupun penguasa secara keseluruhan hanyalah Islam. Sebab, dalam pandangan Islam, Israel bukan hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi telah membunuh nyawa kaum muslimin dan anak-anak tidak berdosa yang itu merupakan dosa besar. Israel wajib diperangi dan diusir dari tanah Palestina karena tanah Palestina merupakan tanah kharajiyah dan dia adalah milik kaum muslim.
Allah berfirman, "Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah kalian melampaui batas karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 190).
Islam terkenal memiliki sistem sanksi yang tegas dan keras terhadap berbagai pelanggaran hukum yang dilakukan oleh rakyatnya, apalagi oleh musuh-musuh Islam. Sistem hukum Islam berasal dari syariat Islam sehingga terkenal adil dan tidak memihak kepada siapapun. Siapa yang melakukan kezaliman maka akan dihukum sesuaikan dengan ketentuan syariatnya.
Di sisi lain, kekuatan militer Islam membuat musuh-musuhnya gentar dan takut terhadapnya. Hal ini terbukti ketika Islam berjaya selama kurang lebih 14 abad silam. Namun, sistem sanksi Islam tidak dapat diterapkan dengan sempurna jika tidak ada institusi Khilafah Islamiah. Institusi inilah yang akan menjaga perdamaian dunia dan melindungi kaum muslimin dari kaum Yahudi atau musuh-musuh Islam.
Khatimah
Sanksi dalam sistem kapitalisme sejatinya dipegang oleh mereka yang berkuasa. Sistem hukum ini pun syarat akan kepentingan para penguasa. Dengan kata lain, siapa yang memiliki kekuasaan dialah yang dapat menentukan kepada siapa sanksi akan dijatuhkan. Ia bisa memainkan hukum sesuai dengan kehendak kepentingannya.
Oleh karena itu, kita wajib memahami bahwa sanksi tegas dan adil hanya bisa diterapkan ketika ada Khilafah Islamiah. Namun, institusi itu telah lama hilang sehingga saat ini kita wajib untuk berjuang bersama-sama menegakkan kembali institusi tersebut agar bisa memberikan perdamaian dan keadilan bagi seluruh dunia, termasuk menghukum Israel. Wallahu A'lam Bissawab. []
Drama di panggung dunia yang belum berhenti.
Kalau mau beri sanksi kenapa baru sekarang? Dari dulu kemana aja? Sangat tak logis dan terlihat cuma cari perhatian.
Muka dua banget emang si mamarika ini! drama mulu kerjaannya!
Tau sendiri Mbak dia. Anak emas kok disanksi. Mana mungkin yah kan
Jadi bertanya-tanya ya, apa standarnya bagi AS yg disebut melakukan pelanggaran HAM dan yang bukan. Kalau batalion Israel disanksi karena dianggap melanggar HAM, lantas apa kabarnya dengan pemerintahnya? Hadeh, ada-ada aja memang ini AS.
Tau ah mbak. Padahal secara keseluruhan pada beringas-beringas. Eh nda disanksi. Jadi makin kentara dramanya
Lucu jika dipikir. Harusnya sanksi tegas itu dijatuhkan pada pemerintahan Israel, karena kebuasannya melebihi hewan. Padahal mereka manusia berakal.
Karena semua batalion mereka itu kejam
Bener mbak Diah. Ngeri ngeri sedap. Dan aneh lagi sampai sekarang wacana itu nda kabar.