”Biidznillah, semoga ini menjadi Ramadan terakhir tanpa pelindung (junnah), yakni Khilafah, dan insyaallah menjadi tangisan pilu yang terakhir yang akan berganti menjadi tangis keharuan dan kemenangan tentara-tentara Islam dalam merebut dan membebaskan wilayah kalian dan wilayah-wilayah lainnya dari para penjajah kafir.”
Oleh. Fitria Zakiyatul Fauziyah CH
(Kontributor NarasiPost.Com dan Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta)
NarasiPost.Com-Lagi dan lagi, tak akan berhenti. Israel kembali mengusik kekhusyukan pelaksanaan ibadah warga Palestina di bulan Ramadan. Tak hanya itu, media melaporkan pada rabu (5/4) situasi antara Israel dan Palestina terus memanas setelah serangan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa. Serangan itu menuai banyak kecaman dari sejumlah negara, sebab banyak jamaah terluka hingga ditangkap secara ilegal. (cnnindonesia.com, 8/4/23)
Melihat hal itu siapa yang tidak marah dengan kebrutalan dan kebiadaban Israel dalam menyerang kaum muslim Palestina? Seolah-olah telah menjadi rutinitas bagi mereka menzalimi umat Islam ketika bulan suci Ramadan. Sampai detik ini, tidak ada yang mampu mengendalikan dan mencegah tindakan keji Israel terhadap umat Islam Palestina.
Sungguh miris, bagaimana respons dunia internasional dan negeri-negeri muslim? Hanya sebatas mengutuk dan beretorika dengan kecaman-kecaman yang tidak membuat Israel gentar. Terlebih lagi, mereka malah menawarkan solusi dua negara (two nations state). Sikap negeri-negeri muslim saat ini sangat melukai saudara muslim di Palestina. Tak cukup mereka bermesraan melakukan hubungan bilateral perdagangan dengan Israel, mereka pun melakukan normalisasi hubungan dengan Israel secara terbuka.
Tidak sampai di situ, bahkan sebagian negeri muslim menyatakan bahwa konflik Palestina dan Israel bukan urusan mereka. Lebih parah lagi, sebagian umat Islam justru mendukung kezaliman penjajah Israel dan menyematkan pejuang Palestina sebagai teroris.
Demikianlah, kondisi negeri-negeri muslim saat ini. Mereka memiliki kekuatan militer, akan tetapi mereka enggan mengirimkannya untuk membela saudara muslim di Palestina. Sementara umat Islam di sana tak berdaya, hanya melakukan pertahanan sekuat dan sebisanya. Sebaliknya, tentara Israel dengan senjata dan memakai atribut lengkap.
Hati nurani penguasa-penguasa negeri muslim telah tumpul dan tidak ada keinginan kuat untuk segera membebaskan tanah Palestina. Justru, mereka mendesak agar Palestina menerima solusi dua negara. Padahal, dengan solusi tersebut, berarti secara tidak langsung negeri-negeri muslim telah menerima dan melegalkan penjajahan Israel atas Palestina.
Strategi Islam dalam Mengatasi Penjajah Israel
Islam sebagai agama sekaligus ideologi yang kuat dan mampu memimpin dunia dan menciptakan kedamaian dunia akhirat, bagi siapa saja yang mengembannya. Menghadapi ideologi kufur yang diemban di era global ini, Islam memiliki metode (thariqoh) dan cara yang jelas. Islam tegas dalam memandang kekufuran yang tidak akan pernah bisa ditawar. Terkait konflik Palestina dan Israel, Islam akan membela dan melindungi umatnya di garda terdepan. Karena posisinya muslim Palestina sedang beradu kening dengan negara kafir penjajah.
Islam tentunya tidak akan kuat jika hanya diemban oleh individu atau kelompok saja. Akan tetapi, Islam hadir dan harus diemban dalam bentuk institusi negara, yakni negara Islam (Khilafah). Hanya dalam wujud negara Islam, kaum muslim bisa bersatu, kuat, mampu dan amar makruf nahi mungkar ke seluruh penjuru dunia. Sehingga, umat Islam akan memimpin dan menjadi rujukan dunia dalam segala bidang. Dengan begitu, ideologi Islam bisa diwujudkan dalam seluruh aspek kehidupan, maka rahmat dan berkah akan turun dari langit dan keluar dari bumi.
Umat Islam harus melakukan dakwah, baik secara individu maupun kelompok (jemaah). Jemaah dakwah melakukan dakwah sesuai yang dengan apa yang telah Nabi Muhammad saw. contohkan. Metode tersebut tercermin dalam tiga tahapan (marhalah). Pertama, marhalah tatsqif wa takwin (tahapan pembinaan dan pengaderan). Upaya membentuk para pengemban dakwah yang ber- syakhshiyyah Islam dengan aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) Islam. Kedua, marhalah tafa'ul ma'al ummah (tahapan interaksi dan perjuangan di tengah-tengah umat). Tahap ini adalah proses menyampaikan ide-ide Islam kepada umat secara terang-terangan. Ketiga, marhalah tathbiq ahkamul Islam (tahapan pelaksanaan hukum Islam). Terdapat indikasi pada tahap ini, yakni semakin kuatnya dukungan umat terhadap perjuangan pelaksanaan Islam kaffah.
Negara Islam (Khilafah) tegak kembali adalah janji Allah Swt., dan bisyarah Rasulullah saw., sebagaimana di dalam hadis yang artinya: "Selanjutnya akan kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." (HR. Ahmad). Namun, bukan berarti umat Islam berlepas tangan menunggu tegaknya janji tersebut. Tetapi, umat Islam harus memperjuangkan dan isytighal mengembalikan sesuai dengan metode yang telah Rasulullah saw., contohkan.
Pada akhirnya masalah Palestina ini hanya membutuhkan solusi pamungkas yaitu hadirnya sebuah institusi negara Islam. Sebuah institusi yang siap dan mampu mengerahkan seluruh pasukan terbaiknya untuk memerangi dan mengatasi penjajah Israel dari tanah Palestina. Institusi yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. dan menjadi bisyarah dari Rasulullah saw. yang akan segera tegak kembali.
Teruntuk saudara-saudara kaum muslim di Palestina, kami mendukung perjuangan kalian dan sedang berupaya dengan segenap kemampuan kami untuk menegakkan kembali negara Islam. Biidznillah, semoga ini menjadi Ramadan terakhir tanpa pelindung (junnah), yakni Khilafah, dan insyaallah menjadi tangisan pilu yang terakhir yang akan berganti menjadi tangis keharuan dan kemenangan tentara-tentara Islam dalam merebut dan membebaskan wilayah kalian dan wilayah-wilayah lainnya dari para penjajah kafir. Aamiin. Wallahul Musta’an.[]