Jepang Krisis Populasi, Buntut Penerapan Sistem Sekuler-Kapitalis!

”Alhasil kekhawatiran akan materi menjadi penyebab masalah krisis populasi ini terjadi.”

Oleh. Nur Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia dan menjadi salah satu kiblat teknologi. Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuan di Jepang memberikan kontribusi besar di berbagai bidang seperti elektronik, mesin, teknik gempa, robotika, dan semi konduktor. Tidak heran jika Jepang dijadikan salah satu negara tujuan untuk melanjutkan pendidikan.

Namun di balik keelokan itu, Jepang memiliki fakta unik. Beberapa waktu lalu, informasi mengenai tutupnya sekolah-sekolah di Jepang menjadi headline di media mainstream. Menurut data pemerintah, Jepang menutup 450 sekolah setiap tahunnya. Bahkan, dari tahun 2002 hingga 2020 tercatat ada sekitar 9000 sekolah yang ditutup (Cnnindonesia.com, 04/04/2023).

Sekolah-sekolah tersebut ditutup karena tidak memiliki murid. Salah satu sekolah yang ditutup adalah SMP Yumoto. Sekolah yang telah berdiri selama 76 tahun itu ditutup setelah meluluskan dua orang siswa terakhirnya. Foto-foto lulusannya terpajang di dekat pintu masuk di mana jumlahnya menurun pada kisaran tahun 2000 (Detik.com, 31/03/2023).

Tutupnya sekolah-sekolah di Jepang merupakan akibat dari menurunnya jumlah populasi masyarakat Jepang khususnya usia muda serta meningkatnya populasi masyarakat yang menua. Beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan Jepang merilis data statistik tahunan angka kelahiran dan kematian pada tahun 2022. Data tersebut menunjukkan tingginya angka kematian masyarakat Jepang yang mencapai 1.58 juta kematian. Hal tersebut berbanding terbalik dengan angka kelahirannya yaitu 799.728. Data tersebut menunjukkan tren penurunan populasi di Jepang selama satu dekade terakhir (Kumparan.com, 07/03/2023).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan krisis populasi terjadi. Pertama, masalah ekonomi. Laki-laki merupakan pencari nafkah dan penyokong keluarga. Sedikitnya peluang kerja yang bagus, membuat para pemuda di Jepang memilih untuk tidak menikah. Hal tersebut diperparah dengan adanya inflasi yang mencapai 4%. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Sentral Jepang, lebih dari separuh rumah tangga di Jepang merasakan dampak inflasi yang berada di level tertinggi selama empat dekade terakhir.

Kedua, praktik childfree. Banyak pasangan di Jepang yang mengganggap anak adalah beban. Besarnya biaya perawatan anak menyebabkan mereka enggan memiliki anak.

Ketiga, angka bunuh diri yang tinggi. Pada tahun 2021, tercatat ada 415 kasus bunuh diri pada anak. Kasus tersebut datang dari anak usia SD hingga SMA. Tidak hanya itu, pada 20 Januari 2023 pemerintah Jepang mencatat angka kematian akibat bunuh diri pada laki-laki naik dari 604 kasus menjadi 14.543 kasus.

Krisis populasi yang terjadi di Jepang merupakan buah dari penerapan sistem kehidupan yang rusak. Sistem kehidupan yang dianut oleh negara di dunia ini termasuk Jepang adalah sistem hidup sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Paham sekularisme ini menjadikan masyarakat bertindak sesuai dengan aturan yang berstandar pada akal manusia. Karena berstandar pada akal manusia, segala keputusan yang diambil pun bebas sesuai dengan kehendak manusia termasuk dalam hal ini childfree dan bunuh diri. Tidak hanya itu, pandangan hidup sekular-kapitalis ini menjadikan tujuan hidup manusia adalah materi. Sehingga, takaran dalam mengambil keputusan adalah materi. Jika menguntungkan maka diambil dan jika tidak menguntungkan ditinggalkan. Alhasil kekhawatiran akan materi menjadi penyebab masalah krisis populasi ini terjadi.

Pandangan Islam

Manusia adalah otak dari sebuah peradaban. Oleh karena itu, eksistensinya sangat diharapkan baik dari segi jumlah maupun kualitas. Ibnu Khaldun berkata “Peradaban yang rendah adalah peradaban yang tidak fokus kepada manusia”. Islam memahami bahwa generasi adalah investasi dan kekuatan sebuah negara. Islam memandang negara adalah khadimatil umat (pelayan umat) dan imam/khalifahlah yang bertanggung jawab akan pengurusan umat.

Negara Islam berdiri berlandaskan akidah Islam. Negara akan berupaya untuk menjaga akidah Islam agar tetap tumbuh dan tertanam di tengah-tengah masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun nonformal seperti melalui media massa. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat paham akan tujuan hidup yang sebenarnya. Sehingga, setiap tindakan yang diambil akan dipertimbangkan berdasarkan akidah dan keimanan. Dalam Islam, tujuan penciptaan manusia adalah semata-mata untuk beribadah kepada Alllah. Seseorang yang memahami hakikat penciptaannya tentunya akan selalu berada dalam koridor syariat. Saat akidah Islam telah bercokol dalam jiwa masyarakat, tidak akan kita temukan fenomena childfree maupun bunuh diri.

Dalam Islam, negara berkewajiban menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat banyak pos pemasukan yaitu fai, kharaj, jizyah, usyur, ghulul, ganimah, dan pengelolaan SDA milik umat. Negara akan memastikan dan menyediakan pekerjaan yang layak bagi setiap laki-laki sehingga dapat memenuhi kewajiban nafkahnya. Tidak hanya itu, negara juga berkewajiban menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan secara gratis. Sehingga, para pemuda yang ingin menikah tidak akan memiliki kekhawatiran yang besar akan kekurangan materi. Allah Swt. telah menjamin setiap rezeki hamba-Nya hingga meninggal dunia. Keyakinan terhadap ketetapan Allah Swt. serta penerapan sistem hidup yang berasal dari Allah Swt. merupakan kombinasi yang tepat untuk menjemput rahmat-Nya. Krisis populasi yang terjadi saat ini merupakan akibat dari berpalingnya kita dari sistem yang diturunkan oleh Allah Swt. yang sesuai dengan fitrah. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 96, yang artinya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakannya (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Nur Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Ramadan Bulan Berbagi dan Melatih Menahan Diri
Next
Ramadan dalam Musibah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram