Akankah Kejayaan Jepang Hanya Tinggal Kenangan?

"Akibat gila kerja, para pekerja di Jepang sangat jarang mengambil jatah cuti mereka. Hal itu terjadi karena mereka khawatir akan membebani pekerja lain. Hal ini membawa dampak buruk. Muncullah fenomena karoshi, yaitu kematian akibat terlalu berat bekerja. Selain itu, mereka juga tidak lagi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain, termasuk mencari pasangan hidup."

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Siapa yang tidak mengenal Jepang? Negeri para samurai itu dikenal sebagai negara maju. Produk otomotifnya membanjiri Indonesia. Namun, negara ini tengah menghadapi masa depan yang suram karena rendahnya angka natalitas di sana.

Dikutip dari cnnindonesia, angka kelahiran di Jepang semakin menurun dalam satu dekade terakhir. Hal ini mengakibatkan ditutupnya banyak sekolah karena tidak memiliki siswa. Salah satunya adalah sekolah pertama Yumoto di Prefektur Fukushima. Sekolah yang telah berusia 76 tahun itu akan ditutup permanen setelah kelulusan dua siswa terakhirnya.

Sekolah pertama Yumoto bukan satu-satunya. Setiap tahun, sebanyak 450 sekolah ditutup. Antara tahun 2002-2020, sekitar 9000 sekolah telah ditutup. (cnnindonesia, 4/4/2023)

Hal ini semakin menguatkan kekhawatiran akan hilangnya Jepang akibat berkurangnya generasi penerus. Sebenarnya, apa yang menyebabkan Jepang mengalami masalah itu? Apakah yang harus dilakukan untuk menghindari masalah tersebut?

Dari Feodalisme ke Kapitalisme

Jepang merupakan sebuah negara di wilayah Asia Timur. Luasnya sekitar seperlima luas Indonesia. Pada awalnya, Jepang dipimpin oleh para kaisar. Mereka merupakan kelas tertinggi dalam strata masyarakat Jepang. Di bawahnya ada kelas bangsawan dan tuan tanah. Sedangkan rakyat biasa menempati strata paling bawah.

Para tuan tanah atau shogun kemudian mengembangkan kekuatan militer dan memiliki pasukan sendiri-sendiri. Pasukan yang dipekerjakan oleh para tuan tanah ini kemudian berkembang menjadi satu kelas sosial tersendiri, yaitu kelas samurai. Para shogun inilah yang kemudian menjadi penguasa sebenarnya. Kaisar hanya menjadi simbol dan tidak memiliki hak mengatur negara.

Pada tahun 1543, ekspedisi Portugis yang membawa para pedagang serta misionaris Eropa berusaha masuk ke Jepang. Hal ini membuat Jepang menutup diri dari bangsa luar. Shogun Tokugawa yang saat itu berkuasa, berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan menetapkan kebijakan menutup diri atau politik isolasi sakoku sejak tahun 1633.

Namun, kebijakan itu berakhir dengan datangnya ekspedisi dari Amerika Serikat yang dipimpin oleh Komodor Matthew Perry pada tahun 1853. Setelah menandatangani Perjanjian Kanagawa dengan Amerika Serikat pada tahun 1854, Jepang mengakhiri politik isolasinya yang telah berlangsung selama 250 tahun. Negara itu pun membuka pelabuhannya dan melakukan modernisasi.

Pada tahun 1868, Jepang melakukan perombakan yang disebut restorasi Meiji. Yaitu, dikembalikannya kekuasaan kepada kaisar. Negara itu kemudian juga berusaha mengejar berbagai ketertinggalan, terutama dalam bidang teknologi. Hal itu dilakukan dengan mengirim para pelajar ke luar negeri dan menyewa para ahli serta pengajar dari Barat. Negeri Matahari Terbit itu pun menjelma menjadi negara industri yang maju. Seiring dengan hal itu, kekuatan militernya pun meningkat.

Ketika Kaisar Hirohito berkuasa pada tahun 1926, state capitalism mulai diterapkan. Pada saat itu, berkembanglah prinsip militerisme, fasisme, serta ultranasionalisme sebagai akibat dari penerapan kapitalisme. Jepang mulai melakukan ekspansi ke luar negeri. Salah satunya berhasil menguasai Manchuria pada tahun 1933.

Hasratnya untuk menguasai Asia membuatnya terlibat dalam Perang Dunia II pada tahun 1939. Jepang pun berhasil menguasai Indonesia. Sayangnya, Jepang harus menelan kekalahan setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Amerika Serikat melakukan hal itu setelah sebelumnya Jepang menyerang pangkalan militer AS di Pearl Harbour, Hawai pada tahun 1941. (kemlu.go.id)

Kapitalisasi Berbiaya Tinggi

Setelah kalah dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit. Berkat kegigihannya, negara itu pun berhasil membangun kekuatan ekonominya. Berbagai produk pun berhasil diekspornya. Mulai dari bahan-bahan kimia, peralatan elektronik, hingga kendaraan bermotor. Saat ini, Jepang merupakan mitra Amerika Serikat yang paling dekat.

Keberhasilan Jepang dalam membangun ekonominya tak lain karena sistem ekonomi kapitalis yang diterapkannya. Pandangan terhadap makna kebahagiaan yang hanya berdasarkan pada materi membuat masyarakat sibuk bekerja untuk menghasilkan uang. Semangat untuk memenuhi berbagai kebutuhan materi membuat mereka giat bekerja.

Orang Jepang bahkan dianggap sebagai orang yang gila kerja. Hal ini juga akibat ditanamkannya bushido (jalan ksatria) oleh para samurai yang beralih profesi menjadi guru pada masa restorasi Meiji. Mereka menanamkan kedisiplinan yang tinggi kepada anak didik mereka.

Akibat gila kerja, para pekerja di Jepang sangat jarang mengambil jatah cuti mereka. Hal itu terjadi karena mereka khawatir akan membebani pekerja lain. Di samping itu, mereka juga takut pendapatan perusahaan akan berkurang sehingga mengurangi karyawan.

Hal ini membawa dampak buruk. Muncullah fenomena karoshi, yaitu kematian akibat terlalu berat bekerja. Selain itu, mereka juga tidak lagi memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain, termasuk mencari pasangan hidup.

Waktu senggang yang mereka miliki juga tidak mereka gunakan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka lebih memilih untuk menyendiri (hikikomori). Pandemi akibat Covid-19, semakin memperparah hal ini.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Badan Anak dan Keluarga menyebutkan bahwa 1,5 juta orang di Jepang, menarik diri dari masyarakat. Mereka lebih suka menghabiskan sebagian besar hidup mereka di dalam apartemen. Mereka hanya sesekali keluar untuk membeli kebutuhan mereka. Setelah itu, mereka akan kembali mengurung diri di apartemen.

Inilah yang menyebabkan Jepang mengalami penurunan angka kelahiran. Pada tahun 2022, jumlah kelahiran mencapai titik paling rendah, yaitu hanya 800 ribu. Jika hal ini terus berlanjut, pada tahun 2030, jumlah anak muda diprediksi hanya separuh dari jumlah saat ini.

Turunnya angka kelahiran juga disebabkan oleh keengganan generasi muda untuk memiliki anak. Survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan farmasi menyebutkan beberapa alasan yang mereka kemukakan. Yaitu, kekhawatiran terhadap masalah ekonomi, beban melahirkan, serta kendala dalam mengasuh anak. (detik.com, 10/4/2023)

Hal ini akan sangat membahayakan ekonomi dan keamanan negara. Berkurangnya generasi muda akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang menjalankan roda perekonomian. Di samping itu juga akan mengurangi jumlah personel angkatan bersenjata yang membela negara.

Inilah harga yang harus dibayar oleh Jepang dari penerapan sistem kapitalis di negara ini. Jepang memang berhasil menjadi negara industri yang maju. Namun, di saat yang sama, masyarakatnya tidak merasa tenang. Mereka terbebani dengan sistem kehidupan yang membuat mereka tak pernah berhenti mengejar materi. Pada akhirnya, hal ini membawa banyak kerugian bagi negara ini.

Islam Menciptakan Keseimbangan

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt.. Sebagai makhluk, ia bersifat fana. Maka, kehidupannya akan berakhir ketika telah tiba ajalnya.

Agar tidak punah, Allah Swt. telah melengkapi manusia dengan gharizah nau' (naluri mempertahankan jenis). Dengan naluri ini, manusia akan terus berkembang dan bertambah banyak. Merekalah generasi penerus yang melanjutkan cita-cita serta perjuangan para pendahulu.

Karena itu, Islam akan mendorong para pemuda dan pemudinya yang telah siap untuk menikah. Kondisi ekonomi mereka yang kurang baik, tidak menjadi alasan untuk melaksanakan ibadah ini. Hal itu karena Allah Swt. telah menjamin akan mencukupi mereka yang menikah. Dalam Surah An-Nur [24]: 32, Allah Swt. berfirman,

"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian dan mereka yang layak dari hamba sahaya laki-laki dan perempuan kalian. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dari karunia-Nya. Dan Allah Maha Halus serta Maha Mengetahui."

Hal ini menjadikan setiap orang yang beriman tidak akan merasa khawatir dalam urusan rezeki. Sebab, Allah Swt. yang menciptakan mereka telah menjaminnya.

Di samping itu, kaum muslimin juga didorong untuk memiliki banyak anak. Banyaknya anak yang mereka miliki akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Rasulullah saw. kelak. Dalam sebuah hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban, Beliau saw. memerintahkan kaum lelaki untuk menikahi para wanita yang penyayang dan subur, yang dapat melahirkan banyak anak. Banyaknya anak ini akan membuat Rasulullah saw. merasa bangga di hadapan nabi yang lain.

Hal ini dapat terwujud dengan dukungan sistem. Negara yang menerapkan sistem Islam, akan membantu mereka yang siap untuk menikah dengan menyediakan modal bagi mereka. Seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Sistem Islam juga membuat para orang tua tidak khawatir terhadap masalah pengasuhan anak. Sebab, negara berkewajiban menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Misalnya, fasilitas pendidikan dan kesehatan. Hal itu dipenuhi dari dana baitulmal yang memiliki berbagai sumber. Misalnya, dari jizyah, kharaj, atau kekayaan umum yang dikelola oleh negara.

Inilah keseimbangan yang diciptakan oleh Islam. Kaum muslimin tidak hanya akan disibukkan dengan urusan memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga naluri. Salah satunya adalah memiliki keturunan.

Mereka tidak hanya disibukkan untuk mencari dunia. Sebab, dunia bukanlah tujuan mereka. Dunia hanyalah sarana untuk mencapai rida Ilahi dan kebahagiaan yang hakiki. Karena itu, tidak akan terjadi fenomena depopulasi. Sebaliknya, akan muncul generasi yang berkualitas tinggi yang akan memajukan peradaban manusia. Wallaahu a'lam bishshawaab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Tanpa Khilafah, Palestina Terus Terjajah
Next
Mencari Tuhan ala Pesantren Transpuan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram