Serangan Bom Israel ke Gaza Warnai Malam Ramadan di Palestina

bom di gaza

Penyerangan bom yang dilakukan tentara Israel kepada warga Pelestina yang sedang melakukan Ramadhan di Gaza menunjukan bukti bahwa mereka tidak peduli dengan ultimatum gencatan senjata yang disetujuinya.


Oleh : Nay Beiskara
(Kontributor Media)

NarasiPost.Com-Palestina masih membara. Walaupun gencatan senjata telah diberlakukan beberapa tahun terakhir, tetapi konflik antara Palestina dan Israel tak kunjung usai. Bahkan, ketegangan tetap terjadi ketika kaum muslimin di sana tengah menghadapi bulan Ramadan.

Pikiran-rakyat.com (17/4/2021) melansir, Gaza kembali dibombardir oleh Israel pada Jumat malam (18/4), yang bertepatan dengan malam keempat Ramadan 1442 H. Abdel-Latif Al-Qanou, Juru Bicara Hamas, dalam cuitannya di twitter menyatakan, jet Israel menyerang Gaza selama waktu sahur pada malam keempat Ramadan. Ia menambahkan bahwa Gaza akan tetap tangguh melawan pendudukan Israel sebagaimana semua kota di Palestina (Sindonews.com, 18/4/2021).

Serangan selama dua malam berturut-turut oleh militer Israel tersebut dimaksudkan untuk membalas serangan roket kelompok militan Hamas yang diklaim oleh mereka mendarat di wilayah sebelah timur laut Jalur Gaza (17/4) dan di wilayah Israel yang tak berpenghuni (18/4).

Peluncuran roket oleh kelompok militan Hamas ini memicu sirine bahaya di kawasan Holit dan Sde Avraham, wilayah Israel di perbatasan selatan Jalur Gaza, beberapa jam setelah memasuki Shabbat (17/4), hari suci bagi Yahudi, sebagaimana dikutip Pikiran-rakyat.com dari Times of Israel.

Menanggapi serangan Hamas tersebut, Israel mengerahkan pesawat tempurnya untuk membombardir sejumlah target Hamas di Jalur Gaza, Palestina. Sasaran yang dihantam bom Israel itu antara lain, fasilitas produksi persenjataan, terowongan distribusi senjata serta pos militer Hamas.

Detik.com mengutip dari AFP (16/4/2021), IDF menyatakan bahwa mereka tidak akan menolerir setiap ancaman yang ditujukan terhadap warganya. IDF juga menganggap semua serangan atau kekerasan yang berasal dari Jalur Gaza adalah serangan dari pihak militan di sana, yakni Hamas.

Inews.id (16/4/2021) menambahkan, dalam serangan yang dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan menggunakan jet tempur dan helikopter militer itu mengklaim tidak ada korban jiwa.

Tidak hanya itu, militer Israel juga mengungkap rencananya untuk menyerang Gaza secara serentak apabila terjadi konfrontasi dengan Hamas di daerah kantong pesisir itu. Rencana ini dilaporkan oleh salah satu surat kabar yang berbasis di London, Al-Quds Al-Arabi.

Adapun serangan serentak ini ditargetkan pada ratusan titik di Jalur Gaza yang telah mereka daftar. Sindonews.com (18/4) mengutip dari Penyiaran Publik Israel, Makan 33, seorang petugas operasi militer Israel dari Komando Selatan mengungkapkan bahwa ratusan target telah dicatat dan mereka akan diserang secara bersamaan bilamana terjadi konfrontasi.

Israel kini masih memberlakukan blokade perbatasan laut dan darat di Jalur Gaza setelah Hamas berhasil merebut kendali dari Fatah pada 2007 silam. Kondisi di wilayah itu semakin tidak menentu pascablokade. Direktur Operasi UNRWA, Matthias Schmale, berpendapat bahwa situasi sosial dan ekonomi di Gaza bergerak dari buruk menjadi lebih buruk. Angka pengangguran semakin tinggi, ekonomi ambruk, dan kebebasan perdagangan pascablokade menjadi terbatas.

Pusat Biro Statistik Palestina melaporkan, angka pengangguran di Gaza terus mengalami peningkatan, yakni mencapai 52 persen pada 2018. Kemudian meningkat hampir delapan persen sejak 2017 dan lebih dari 20 persen sejak Israel memberlakukan penutupan pada 2007 (Republika.co.id, 1/7/2021).

Selain kondisi sosial dan ekonomi yang kian memburuk, dua-pertiga penduduk di Jalur Pesisir ini mengalami rawan pangan. Hal ini diketahui dari laporan yang diungkap oleh Program Pangan Dunia PBB (WFP). Angka rawan pangan di sana telah tembus mencapai angka 70 persen.

Saat ini, warga muslim Gaza melaksanakan ibadah shaum Ramadan di bawah bayang-bayang kesulitan ekonomi karena blokade yang telah diberlakukan selama 15 tahun oleh otoritas Israel. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya pandemi virus Corona Covid-19.

*Dari berbagai sumber[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Ibadah Ramadhan Jangan Salah Niat!
Next
Kartini Masa Kini
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram