Penggunaan senjata kimia berupa gas klorin oleh rezim Assad ini dinilai badan pelaksana Konvensi Senjata Kimia (CWC) sebagai pelanggaran kewajiban selaku member CWC berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB no. 2118. OPCW menyatakan bahwa senjata kimia merupakan senjata yang digunakan untuk sengaja membunuh atau merusak organ dengan racun.
Oleh : Nay Beiskara
(Kontributor Media NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Organisasi Anti Senjata Kimia (OPCW) yang berbasis di Den Haag, Belanda, telah menerbitkan laporan berkenaan dengan penggunaan senjata kimia oleh Rezim Assad pada warganya di Saraqib pada 2018. Demikian kabar yang dilansir Republika.co.id selasa lalu (13/4).
Laporan tersebut mengabarkan bahwa sebuah helikopter militer Angkatan Udara Arab Suriah yang berada di bawah kendali Pasukan Harimau telah menjatuhkan sebuah silinder di Kota Saraqib, Suriah, pada 4 Februari 2018, bertepatan pukul 21.22 waktu setempat. Silinder itu melepaskan gas klorin di area itu dan memengaruhi sedikitnya 12 orang.
Penggunaan senjata kimia berupa gas klorin oleh rezim Assad ini dinilai badan pelaksana Konvensi Senjata Kimia (CWC) sebagai pelanggaran kewajiban selaku member CWC berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB no. 2118. OPCW menyatakan bahwa senjata kimia merupakan senjata yang digunakan untuk sengaja membunuh atau merusak organ dengan racun.
Sebelumnya, Lembaga Kebijakan Publik Global (GPPI) melansir dari Anadolu, rezim Assad yang tengah berkuasa di Suriah diduga telah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya dalam jumlah yang fantastis, yakni sebanyak 330 kali (okezone.com, 18/2/2019).
Investigasi yang dilakukan oleh BBC Panorama dan BBC Arab pada 2018 menunjukkan, senjata kimia menjadi kunci dalam strategi perang bagi rezim dalam memerangi pihak yang ingin menggulingkan pemerintahannya (Bbcnews.com, 27/10/2018). BBC menambahkan, sedikitnya telah terjadi 106 serangan senjata kimia di negara berbentuk republik ini sejak September 2013 silam. Tahun dimana Assad menyepakati Konvensi Senjata Kimia dan bersedia menghancurkan cadangan senjata kimia di negaranya. Sebelum penghancuran oleh OPCW dn PBB, Suriah diinfokan memiliki cadangan senjata kimia sebanyak 1.300 ton.
Seorang warga Aleppo, Abu Jafaar mengonfirmasi pada BBC bahwa serangan kimia itu mengerikan. Sebuah roket atau satu tong bom mampu membunuh orang segera tanpa rasa sakit. Tetapi, senjata kimia membuat orang mati perlahan. Korban akan mengalami sesak napas, gemetar, dan mengeluarkan busa dari mulut mereka. "Seperti menenggelamkan seseorang, membuat mereka kehabisan oksigen. Sangat mengerikan," pungkasnya.
Tidak hanya gas klorin, rezim Assad juga pernah menggunakan kimia lain sebagai senjata perang mereka, di antaranya adalag sarin dan sianida. Sarin dinilai 20 kali lebih mematikan dibandingkan sianida. Sarin merupakan bahan syaraf yang mampu membangkitkan enzim yang mematikan syaraf sehingga menyebabkan sel syaraf manusia terbakar. Jantung, otot, dan saluran pernapasan akan mengalami kekejangan. Paparan pada level tertentu bisa menyebabkan sesak napas dalam hitungan menit dan berujung pada kematian.
Suriah yang dahulu merupakan bagian dari wilayah Syam ini, selama satu dasawarsa mengalami perang saudara. Berawal dari konfrontasi yang terjadi antara pihak yang berkuasa rezim Assad dengan para demonstran yang menginginkan pemerintahan yang lebih demokratis.
Sejak perang tercetus, sekitar setengah juta penduduk tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Perang hanya menyisakan reruntuhan bangunan rumah, fasilitas kesehatan, sekolah, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya. Perang membuat rakyat Suriah, terutama anak-anak mereka, dalam kondisi yang tidak pasti. Hak-hak mereka direnggut, kelaparan yang mengintai setiap saat, dan kejatuhan ekonomi.
*Dari berbagai sumber[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]