Membangun The Mukaab, Kemajuan atau Kemunduran?

"Inilah dampak pembangunan ala kapitalisme yang mengedepankan kemegahan fisik, berorientasi pada prestise dan ekonomi semata. Mereka merasa sedang membangun kehebatan dan kemuliaan, tapi sejatinya mengukir kehancuran."

Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pemerhati Publik)

NarasiPost.Com-Luar biasa! Kota futuristik bernama NEOM dan Ad Diriyah belum selesai, kini penguasa Arab berambisi membangun The Mukaab. Bangunan pencakar langit terbesar di dunia yang menyerupai Ka'bah segera berdiri di Riyadh sebagai pusat peradaban kapitalisme. Inikah kemajuan atau kemunduran?

Dilansir dari detik.com (23/2/2023), sebagai Perdana Menteri (PM), Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang dikenal dengan sebutan MbS mengesahkan proyek raksasa pada Kamis (16/2). Rencana ambisiusnya itu digadang-gadang untuk mengembangkan "pusat kota modern terbesar di dunia" yang diagendakan selesai tahun 2030 mendatang.

Kota canggih ini bertempat di kota Riyadh dengan luas area 19 kilometer persegi. Mencakup 104.000 unit hunian, 9.000 kamar hotel, lebih dari 980.000 meter persegi ruang ritel. Termasuk juga 1,4 juta meter persegi perkantoran, 620.000 meter persegi aset rekreasi, serta 1,8 juta meter persegi ruang fasilitas komunitas.

Di tengahnya akan didirikan "The Mukaab". Yaitu bangunan berbentuk kubus dengan tinggi 400 meter, lebar 400 meter, dan panjang 400 meter. Bangunan yang sekiranya memiliki luas lantai 2 juta meter persegi ini akan menjadi tujuan budaya, wisata, rekreasi, perhotelan premium, atraksi ritel, juga ruang komersial.

Alasan dan Dampak Pembangunan

Visi pembangunan mega proyek ini sudah diumumkan MbS selaku ketua Dewan Ekonomi dan Pembangunan sejak 25 April 2016 lalu. Ia merespons pesan ayahandanya, Raja Salman bin Abdul Aziz agar mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan ekspor minyak. Tak dinyana, Pangeran Arab itu merencanakan proyek yang disebut-sebut sebagai Revolusi Radikal bernama Saudi Vision 2030.

Dengan proyek itu, MbS menggali peluang peruntungan ekonomi Saudi dengan mengembangkan sektor layanan umum. Sasarannya adalah bidang pariwisata, rekreasi, infrastruktur, sektor pendidikan, dan kesehatan. Wajar jika sepak terjang Pangeran Arab ini menuai pro dan kontra. Hal ini karena MbS telah terlalu berani mendobrak negeri Arab yang Islami menuju liberal, sekuler, dan moderat, serta terbuka terhadap kebebasan dan perbedaan.

Akibat dari langkah revolusioner sang pangeran, kini tampak di setiap sudut terdapat pemandangan yang mengarah pada kemaksiatan. Yaitu bercampurnya aktivitas laki-laki dan perempuan. Menjamurnya tempat-tempat maksiat seperti dibangunnya tempat casino terbesar, konser musik, maupun ajang adu bakat. Juga dibolehkannya perempuan keluar rumah dengan membuka aurat, bahkan dibukanya pantai-pantai dengan perempuan bikini.

Di bawah kekuasaan Pangeran Muhammad Bin Salman, seolah urat malu negara ini telah putus. Dengan dibangunnya The Mukaab, artinya Arab sebagai pusatnya Islam tak segan lagi mengakui sebagai negeri kapitalis. Bahkan terang-terangan menjelaskan bahwa ke depan, The Mukaab akan menjadi pusat kebudayaan kapitalisme di dunia.

Tak bisa kita bayangkan, negara-negara Barat selaku pengusung ideologi kapitalisme sekaligus penjaja ide liberalisme, sekularisme, moderasi, dan sejenisnya, mereka bertepuk tangan dan terbahak-bahak seraya kegirangan. Karena Arab sebagai kiblat bagi kaum muslimin telah berubah. Kini sebagian besar wilayahnya bertampang sebagaimana negeri kafir. Bersosial dan berbudaya layaknya kaum kafir. Semua berorientasi ke negeri-negeri kafir, serta menerapkan sistem perekonomian kafir. juga melakukan pembangunan-pembangunan ala Barat.

Bahaya Dua Kiblat di Satu Tempat

Ka'bah adalah ikon ideologi Islam, dibangun sejak ribuan tahun lalu. Yaitu satu-satunya kiblat bagi kaum muslimin. Sedangkan ke depan, The Mukaab adalah bangunan megah lambang kebebasan dan merupakan refleksi dari ideologi kapitalisme. Dengan membangun The Mukaab, artinya MbS membuat kiblat baru di satu wilayah yang sama. Yaitu kiblat tandingan yang mengesampingkan halal haram dan tentunya bertentangan dengan syariat Islam.

Pada akhirnya, ingar bingar The Mukaab yang merefleksikan ideologi kapitalisme jelas akan mengganggu kekhusyukan kaum muslimin. Baik dalam beribadah maupun dalam menjalankan ideologinya. Di samping itu, cepat atau lambat jati diri Arab sebagai negeri kaum muslimin akan tergerus. Seiring dengan itu, akan lahir pula generasi-generasi yang semakin jauh dari kepribadian Islam, materialistis, individualis, dan hedonis.

Inilah dampak pembangunan ala kapitalisme yang mengedepankan kemegahan fisik, berorientasi pada prestise, dan ekonomi semata. Mereka merasa sedang membangun kehebatan dan kemuliaan, tapi sejatinya mengukir kehancuran.

Pembangunan Berasas Islam

Siapa pun dan negeri mana pun boleh membangun infrastruktur dengan megah. Namun dalam Islam, paradigma yang dibangun haruslah mengarah pada pembangunan manusianya. Karena, manusia adalah sentral dari seluruh kehidupan. Allah Swt. menciptakan apa pun yang ada di langit dan di bumi untuk manusia. Sedangkan manusia diciptakan sebagai khalifah. Yaitu untuk mengemban risalah-Nya dan sebagai wakil Allah dalam menyejahterakan bumi beserta apa yang terdapat padanya, sebagaimana firman-Nya :

"Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu." (TQS. Al-An’am: 165)

Jadi, setiap pembangunan mestinya berefek meninggikan taraf berpikir umat manusia. Sehingga, setiap orang akan memiliki cita-cita yang tinggi dan visi yang jauh ke depan yaitu akhirat. Dengan demikian, apa yang diusahakan tidak berporos pada kepentingan nafsu pribadinya saja. Namun, demi meningkatkan martabat dan kesejahteraan umat manusia seluruhnya. Serta bagaimana tercipta rahmat bagi seluruh alam, bukan rahmat untuk dirinya semata. Allah berfirman,

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,…." (TQS. Al-A'raf: 96)

Oleh karenanya, setiap pembangunan haruslah terdorong karena keimanan dan ketakwaan dalam rangka menjalankan syariat Allah Swt.. Inilah yang akan menghasilkan kemaslahatan dan kemajuan serta mengundang keberkahan. Sebaliknya, ketika dalam membangun meninggalkan syariat Allah, maka hanya akan berwujud menjadi pasar yang merusak. Maka, kemunduran akan terjadi cepat atau lambat. Wallahua'lam bishahowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Erdiya Indrarini Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Duhai Putriku
Next
Strategi Pendanaan Infrastruktur dalam Islam
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram