Penampungan Imigran Di Sanaa Hangus, Luka Muslim Yaman Kian Menganga

"Ini hanyalah salah satu dari banyak bahaya yang dihadapi para imigran selama enam tahun terakhir krisis di Yaman," ujar Godeau dikutip dari AFP.


Oleh : Nay Beiskara

NarasiPost.com-Konflik bersaudara antara pemberontak Houthi dan pemerintah yang berkepanjangan kian menambah derita Muslim Yaman. Konflik ini mengakibatkan krisis kemanusiaan yang luar biasa di negeri itu. Kondisi ini diperparah dengan peristiwa kebakaran yang terjadi di penampungan imigran di kota Sanaa pada Minggu (7/3). Cnnindonesia.com (8/3/2021) melansir bahwa sedikitnya delapan orang tewas dan 170 lainnya luka-luka.

"Delapan orang dipastikan tewas, total korban tewas dilaporkan bisa jauh lebih tinggi," ujar Direktur Regional Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) bentukan PBB, Carmela Godeau. Menurut IOM, dari 170 orang terluka, lebih dari 90 di antaranya berada dalam kondisi serius. IOM menyediakan perawatan kesehatan bagi para korban luka.

Godeau menyatakan bahwa penyebab kebakaran di fasilitas penampungan itu belum jelas. "Ini hanyalah salah satu dari banyak bahaya yang dihadapi para imigran selama enam tahun terakhir krisis di Yaman," ujar Godeau dikutip dari AFP.

Medcom.id (8/3) mengabarkan, seorang pejabat PBB menyaksikan api muncul di sebuah hangar dekat pusat detensi yang menampung lebih dari 700 imigran di ibu kota Yaman. Sebagian besar dari mereka adalah imigran yang ditahan saat berusaha menyeberang ke Arab Saudi.

Konflik berdarah di Yaman mengakibatkan negeri itu menjadi lahan pengungsian. Puluhan ribu imigran terus mencoba melakukan perjalanan melintasi wilayah Horn of Africa (Somalia, Djibouti, Eritrea, Somaliland, dan Ethiopia) untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara kaya di Timur Tengah. Banyak dari mereka mengaku ingin bekerja sebagai pekerja rumah tangga, buruh konstruksi, atau pelayan.

Akibat krisis di Yaman, kelaparan dan wabah seperti kolera banyak menjangkiti penduduk setempat. Luka Muslim Yaman dalam enam tahun terakhir kian menganga. Kini sekitar 80 persen kaum muslimin harus hidup bergantung dari uluran tangan masyarakat dunia. Harga yang harus dibayar mahal karena ketiadaan institusi pemersatu kaum muslimin.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Genosida Muslim Uighur Cina, Derita Tanpa Junnah
Next
Pembentukan SWF - INA, Akankah Indonesia Sejahtera?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram