Resesi, "Hantu" Perekonomian Global

Resesi Hantu Perekonomian Global

Resesi ekonomi yang terus berulang menunjukkan kegagalan nyata kapitalisme dalam mewujudkan negara yang kuat dan antikrisis.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Resesi ekonomi ibarat "hantu" yang tengah mengintai beberapa negara. Saat ini perekonomian global masih terus dihadapkan pada berbagai risiko, mulai dari terjadinya perubahan iklim hingga ketidakpastian situasi geopolitik. Berbagai risiko tersebut telah mengakibatkan krisis ketahanan pangan dan energi serta perlambatan kondisi perekonomian beberapa negara maju. Di antara negara-negara maju yang kini mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi adalah Jepang dan Inggris.

Resesi ekonomi sendiri menurut National Bureau of Economic Research (NBER), diartikan sebagai penurunan signifikan dalam seluruh aktivitas ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan. Penurunan tersebut biasanya terlihat pada PDB riil, lapangan kerja, produksi industri, pendapatan riil, dan pada penjualan grosir-eceran. (ekon.go.id, 17/02/2024)

Lantas, apa saja indikasi yang diduga telah membawa Jepang dan Inggris pada resesi ekonomi? Apa strategi pemerintah Indonesia dalam meredam dampak perlambatan ekonomi global? Bagaimana pula solusi Islam dalam membangun negara antikrisis?

Resesi Jepang dan Inggris

Resesi telah membuat Jepang terlempar dari posisi ketiga sebagai negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia. Posisi tersebut kini telah direbut oleh Jerman. Berdasarkan laporan dari kantor Kabinet Jepang pada Kamis (15/2/2024), Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu telah terkontraksi sebesar 0,4% pada kuartal IV/2023. Kontraksi tersebut pun terjadi setelah revisi penurunan sebesar 3,3% pada kuartal sebelumnya. (bisnis.com, 15/2/2024)

Dirilisnya laporan tersebut membuat pasar memperkirakan sekitar 63% Bank of Japan (BOJ) bakal menaikkan suku bunga hingga April 2024. Tak hanya itu, laporan tersebut pun menunjukkan bahwa rumah tangga maupun bisnis telah memotong belanjanya selama tiga kuartal berturut-turut karena menurunnya perekonomian Jepang.

Setali tiga uang, perekonomian Inggris pun tengah jatuh ke dalam resesi pada paruh kedua tahun 2023. Dikutip dari Reuters, Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,3% dibandingkan sebelumnya pada kuartal IV/2023. Pada kuartal sebelumnya, Inggris telah mengalami kontraksi sebesar 0,1% sehingga negara itu masuk ke dalam resesi teknikal (pertumbuhan negatif pada dua kuartal berturut-turut secara tahunan). (bisnis.com, 16/2/2024)

Meski demikian, para investor masih meningkatkan harapan agar Bank of England (BoE) akan memangkas suku bunga tahun ini dan para pelaku bisnis pun berharap bantuan pemerintah dalam rencana anggaran yang akan dirilis pada Maret 2024 mendatang.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi Jepang dan Inggris dalam dua kuartal berturut-turut memberi indikasi bahwa kedua negara tersebut akan jatuh ke dalam resesi teknikal. Meski demikian, masih terlalu cepat untuk memastikan bahwa keduanya akan memasuki resesi ekonomi. Melihat kondisi tersebut, apa langkah yang dilakukan pemerintah untuk meredam dampak transmisi perlambatan ekonomi global?

Strategi Pemerintah Mengatasi Resesi

Pemerintah Indonesia terus memantau dampak transmisi perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional. Salah satunya terhadap mitra dagangnya yakni Jepang. Diketahui, Jepang memang memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan Indonesia dalam beberapa sektor, seperti investasi dan ekspor-impor. Dalam bidang ekspor, misalnya, Jepang menjadi salah satu tujuan utama dari beberapa komoditas ekspor Indonesia, seperti batu bara, nikel, komponen elektronik, dan otomotif.

Demi meredam dampak resesi Jepang dan Inggris terhadap kinerja ekspor nasional, pemerintah telah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya dengan menerbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 416 Tahun 2023 tentang Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional. Satuan tugas tersebut diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, sebagai tim pengarah, serta beranggotakan para menteri dan pelaku usaha.

Satgas tersebut memiliki tugas untuk meningkatkan kinerja ekspor guna memperkuat neraca perdagangan, baik melalui penguatan pasokan ekspor, penguatan pembiayaan dan kerja sama internasional, diversifikasi pasar ekspor, dan pengembangan ekspor UMKM. Selain itu, satgas akan berupaya membuka pasar baru untuk pengembangan ekspor.

Meski pada Januari 2024, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) masih melanjutkan tren surplus 45 bulan berturut-turut, yakni sebesar US$2,02 miliar yang didukung oleh kinerja nonmigas sebesar US$3,32 miliar, tetapi sektor migas masih menunjukkan kinerja defisit sebesar US$1,30 miliar. Defisit inilah yang kemudian menjadi fokus dari satgas peningkatan ekspor, untuk meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia. Lantas, apakah strategi tersebut akan efektif meredam dampak resesi ekonomi global?

Dampak Resesi

Meski satgas yang dibentuk pemerintah telah menentukan beberapa negara lainnya untuk menjadi prioritas tujuan ekspor, tetapi tak lantas bisa meredam dampak transmisi perlambatan ekonomi global. Pasalnya, kinerja ekspor negeri ini sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi negara-negara yang menjadi prioritas tersebut. Potensi resesi ekonomi Jepang, misalnya, akan ikut menekan perekonomian Indonesia.

Saat ekonomi Jepang mengalami kontraksi, maka secara otomatis akan menurunkan ekspor Indonesia ke negara itu. Harga-harga komoditas primer juga akan ikut turun akibat permintaan global yang melemah. Artinya, beberapa komoditas andalan ekspor Indonesia pun ikut turun. Jika kinerja ekspor menurun, sedangkan pada saat yang sama cicilan pembayaran impor dan cicilan utang serta bunganya meningkat, maka secara otomatis akan menurunkan cadangan devisa Indonesia.

Saat penerimaan devisa menurun, rupiah kian melemah. Saat itu pula, Bank Indonesia (BI) akan makin kesulitan mengendalikan nilai tukar rupiah. Jika sudah demikian, hal ini akan mendorong pemerintah mencari pinjaman luar negeri untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah.

Nilai tukar yang terus melemah lambat laun akan menyebabkan inflasi. Begitulah siklus ekonomi yang terus berulang. Ini artinya, meningkatkan kinerja ekspor tidaklah banyak membantu negeri ini dalam meredam dampak resesi global.

Resesi, Bagian Integral Kapitalisme

Resesi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam ekonomi kapitalisme. Artinya, setiap negara yang menganut sistem ekonomi kapitalisme sangat berpotensi mengalami resesi. Negara-negara tersebut akan terus mengikuti pola yang dinamakan siklus ekonomi. Yakni suatu kondisi yang dimulai dari ekspansi ekonomi lalu mencapai puncaknya. Setelah mencapai puncak kemudian turun atau mengalami resesi, lalu berekspansi lagi. Begitulah seterusnya.

Salah satu bukti nyatanya adalah apa yang dialami oleh negara raksasa, Amerika Serikat (AS). Mengutip data NBER, AS disebut telah mengalami resesi sebanyak 34 kali sejak 1858–2020. Artinya, negara itu mengalami resesi setidaknya setiap lima tahun sekali. Sayangnya, resesi tidak hanya diderita oleh AS sendiri, tetapi berdampak besar terhadap negara-negara lainnya.

Jika melihat realitas tersebut, bisa dipastikan bahwa negara-negara di dunia akan ikut merasakan dampaknya. Beberapa dampaknya antara lain, terjadinya ketidakstabilan ekonomi dan nilai tukar, sektor finansial yang terus mengalami kerentanan, serta ketimpangan distribusi ekonomi. Realitas tersebut menunjukkan bahwa resesi adalah sebuah keniscayaan dalam sistem kapitalisme.

Jika ditelisik secara mendasar, setidaknya ada empat penyebab nyata kapitalisme dalam menciptakan resesi. Pertama, sistem ini menjadikan riba sebagai fondasi ekonomi. Kedua, adanya pasar modal dan kurang berkembangnya sistem ekonomi riil. Ketiga, sistem moneter yang tidak menyandarkan pada dinar dan dirham. Keempat, adanya privatisasi atau liberalisasi sektor SDA.

Islam Solusi Hakiki

Resesi ekonomi yang terus berulang menunjukkan kegagalan nyata kapitalisme dalam mewujudkan negara yang kuat dan antikrisis. Satu-satunya solusi hanyalah kembali pada Islam dengan menerapkan seluruh syariatnya dalam kehidupan. Pasalnya, Islam adalah agama sekaligus ideologi khas yang mampu menjadi solusi terhadap semua persoalan.

Sistem sahih ini terbukti tangguh dan mampu mewujudkan negara yang independen dan antikrisis. Islam memiliki sistem ekonomi yang unik. Dikatakan unik karena sistem ekonomi Islam memiliki pandangan yang khas sehingga berbeda dari sistem kapitalisme.

Membangun Ekonomi Dunia Antikrisis

Ada beberapa hal yang menunjukkan keunggulan sistem ekonomi Islam. Pertama, politik ekonomi Islam memiliki karakteristik yang khas, yakni memanusiakan manusia. Sistem politik Islam sendiri dapat diartikan sebagai jaminan pemenuhan kebutuhan dasar setiap individu rakyat, baik sandang, pangan, dan papan. Juga pemenuhan kebutuhan tersier setiap individu sesuai dengan kadar kemampuannya.

Demi terealisasinya semua jaminan kebutuhan tersebut, negara membuat berbagai kebijakan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi dengan maksimal, maka ekspor baru boleh dilakukan. Artinya, ekspor bukanlah prioritas jika kebutuhan dalam negeri belum terpenuhi.

Kedua, pengaturan kepemilikan yang sahih. Konsep kepemilikan dalam Islam terbagi tiga, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Bisnis pangan misalnya, masuk dalam kepemilikan individu. Dalam hal ini negara hanya akan memastikan tidak adanya distorsi pasar. Jika ada orang atau pelaku pasar yang melakukan kecurangan, penimbunan bahan-bahan pangan, dan melakukan kezaliman, negara akan memberikan sanksi.

Sedangkan kepemilikan umum adalah harta milik umat sehingga tidak boleh diperjualbelikan. Seluruh hasil dari pengelolaan harta tersebut harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat tanpa diskriminasi. Hanya saja, negaralah yang akan mengelola milik umat tersebut sebagai wakil dari rakyat. Sumber-sumber kekayaan milik umum seperti hutan, tambang, dll., tidak akan diserahkan kepada pihak swasta untuk menguasainya.

Ketiga, memprioritaskan pasar berbasis sektor riil. Jika sistem kapitalisme melegalkan ekonomi berbasis nonriil, berbeda halnya dengan Islam. Islam tidak mengenal sektor nonriil. Islam memandang bahwa semua kegiatan ekonomi hanya ada dalam sektor riil, baik dalam bidang pertanian, perdagangan, industri, dan jasa. Semuanya dilakukan di dalam sektor riil. Kemudian dari sektor-sektor tersebut, negara akan mendorong kegiatan ekonomi untuk maju dan berkembang.

Keempat, menerapkan mata uang berbasis dinar dan dirham yang tahan terhadap krisis. Salah satu penyebab mendasar dari krisis yang terus menyapa dunia adalah mata uangnya yang berbasis kertas. Mata uang dengan standar kertas sangat rawan mengalami pelemahan nilai tukar dan terus mengalami kemerosotan dari masa ke masa. Akibatnya, inflasi melanda dunia tanpa henti.

https://narasipost.com/world-news/02/2024/berburu-cuan-ke-jepang-demi-kesejahteraan/

Berbeda halnya dengan nilai tukar dengan standar emas dan perak yang terbukti stabil dan tahan terhadap inflasi. Berikut beberapa keunggulan mata uang dengan standar emas dan perak. Standar emas dan perak memiliki nilai yang besar. Hal ini karena dibatasinya pencetakan uang tanpa dukungan. Selain itu, emas dan perak mampu mencegah terjadinya inflasi karena uang yang ditawarkan terhubung langsung dengan emas dan perak cadangan yang ada di baitulmal. Ditambah lagi, mata uang dengan standar emas dan perak mampu menjaga stabilitas ekonomi secara permanen tanpa resesi.

Di sisi lain, sistem Islam memprioritaskan pada pemerataan dan bukan sekadar peningkatan produksi. Dalam hal ini negara akan memastikan pemerataan distribusi kekayaan dan mencegah peredaran kekayaan hanya di kalangan orang-orang kaya saja. Allah Swt. pun berfirman dalam surah Al-Hasyr [59] ayat 7:

﴿مَّا أَفَاءَ اللهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّ سُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَي ْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنكُمْ﴾

Artinya: "Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota, maka itu adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu tidak tersebar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu."

Khatimah

Resesi ekonomi tak hanya mengintai Jepang dan Inggris, tetapi akan terus menghantui banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Satu-satunya solusi keluar dari resesi tersebut adalah dengan menghilangkan akar permasalahannya. Sedangkan permasalahan utama dari resesi tak bertepi ini adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Saatnya mengganti sistem cacat kapitalisme yang telah melahirkan petaka, kemudian menggantinya dengan sistem Islam yang melahirkan keberkahan.

Wallahua'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Limbah Tekstil Makin Meresahkan
Next
Spin Off BTN Syariah, Akankah Mewujudkan Ekonomi Syariah?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
7 months ago

Nah, sialnya 4 hal penyebab resesi dalam kapitalisme ini tak dilihat oleh para pengusung oligarki saat ini. Naudzubillah

Barokallahu fiik, Mbak

Sartinah
Sartinah
Reply to  Afiyah Rasyad
7 months ago

Betul mbak. Kalau masih memuja biasanya sulit melihat kesalahan.

wa fiik barakallah

Firda Umayah
Firda Umayah
7 months ago

Sistem ekonomi kapitalisme itu, udah ribet rapuh lagi. Beda dengan sistem Islam yang lebih mudah dipahami serta solutif

Sartinah
Sartinah
Reply to  Firda Umayah
7 months ago

Benar. Sebenarnya kapitalisme memang rapuh dari awalnya, cuma banyak negara yang gak sadar kali ya.

Novianti
Novianti
7 months ago

Resesi adalah siklus dalam sistem kapitalisme. Meski babak belur, tetapi negara-negara tetap tidak kapok ya. Mestinya negara-negara muslim sudah move on. Tinggalkan sistem rusak ini menuju sistem berbasis akidah Islam

Sartinah
Sartinah
Reply to  Novianti
7 months ago

Seharusnya sih begitu. Tapi negara-negara muslim sepertinya masih belum move on. Ya ... kejadian seperti masih akan terus mereka alami.

Deena
Deena
7 months ago

Kapitalisme dan resesi memang tidak bisa dipisahkan.
Sistemnya memang amat sangat rapuh dan labil..

Sartinah
Sartinah
Reply to  Deena
7 months ago

Betul mbak. Jadi gak heran kalau resesi akan terus terjadi jika sistem ekonominya masih kapitalisme.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram