Wagner Group Brutal Mustahil Ada dalam Metode Jihad

Wagner Group Brutal Mustahil Ada dalam Metode Jihad

”Begitulah dalam Islam, meskipun perang adalah tipu daya, namun tuntutan syariat tetap mengharuskan agar dilakukan dengan cara yang beradab dan tidak membabi buta, seperti yang dilakukan tentara bayaran Rusia dan AS.”

Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hampir setahun konflik Rusia-Ukraina berlangsung, namun belum juga ada tanda-tanda perdamaian. Bahkan, konflik bersenjata antara kedua negara tersebut makin memanas. Seperti dilansir dari CNN Indonesia, konflik berlanjut dengan adanya tentara bayaran Wagner Group dari pihak Rusia yang mengeklaim telah merebut wilayah di Ukraina Timur, Kota Soledar.

Sebenarnya, sejak akhir Maret 2022, Putin disebut-sebut telah mengirim tentara Wagner ke Ukraina. Hal ini dilakukan karena Rusia hampir mengalami kekalahan dan kehilangan kendali di beberapa wilayah akibat banyaknya tentara yang tewas di medan perang. Karena itu, Rusia akan memprioritaskan pengiriman personel tentara bayaran Wagner Group di Ukraina untuk membantu pasukan Moskow. (3/2/2023)

Menanggapi fakta di atas, bagaimana pandangan PBB dan pakar HAM mengenai Wagner Group? Lantas, bagaimanakah pandangan Islam terkait invasi Rusia ke Ukraina? Benarkah Islam memiliki metode dan adab-adab dalam berperang?

Seputar Wagner Group

Wagner Group adalah organisasi militer swasta yang dibentuk oleh mantan tentara Rusia, Dmitry Utkin, pada 2014. Dmitry Utkin pernah bertugas sebagai agen Badan Intelijen Federal Rusia (GRU) sebagai pangkat Letnan Kolonel. Sedangkan, Yevgeny Prigozhin adalah seorang pengusaha Rusia yang dikabarkan menjadi salah satu pengalir dana operasional Wagner untuk menyediakan amunisi dan pesawat udara. (9/3/2023)

Yevgeny terkenal sebagai bos yang memiliki sifat kejam karena suka menyiksa tentaranya sendiri. Bahkan, Wagner Group tidak segan menembak tentaranya di hadapan yang lain jika berani protes, membangkang, dan mencoba melarikan diri. Di mana sebagian besar pasukan yang direkrut merupakan narapidana Rusia. (19/2/2023)

Pihak Rusia sempat menyangkal keberadaan tentara bayaran, namun kenyataannya selama invasi ke Ukraina, tentara Wagner banyak memainkan peran saat di medan perang. Menurut AS, 90% tentara Rusia yang gugur di Ukraina adalah tentara Wagner. Selain itu, Grup Wagner juga telah membantu Rusia bertempur di Libya, Suriah, Republik Afrika Tengah, Mali, dan di negara-negara lain. Wagner dikenal sebagai kekuatan tempur tentara bayaran yang mematikan untuk memajukan kepentingan militer Rusia di seluruh dunia.

Sisi Gelap Wagner Group di Mata PBB

Adanya Wagner Group dari pihak Rusia memantik respons negatif dari PBB dan menetapkannya sebagai organisasi kriminal internasional. Namun, Yevgeny Prigozhin menganggap ungkapan tersebut dilakukan AS karena takut atas keberhasilan Wagner pada pertempuran Soledar, Ukraina. Terlebih saat pasukan Rusia mengeklaim telah menghancurkan 8 roket HIMARS buatan Amerika Serikat dan 11 drone Ukraina dalam beberapa hari terakhir. (13/2/2023)

Kelompok pakar HAM independen yang bekerja dengan PBB mendesak untuk melakukan investigasi atas tindakan kelompok tentara Wagner Group, terutama Angkatan Bersenjata Mali. Mereka menelisik adanya dugaan kejahatan perang, seperti tindakan penyiksaan, pemerkosaan, kuburan massal, dan kekerasan seksual, yang dilakukan oleh tentara Wagner Group. Bahkan, berbagai pakar HAM, diplomat, dan analis, mengecam tindakan tentara Wagner Group yang menurut mereka adalah bentuk kekerasan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil. (KompasTV, 1/2/2023)

Hipokrisi HAM dan PBB

Tampak para pakar HAM dan PBB begitu sigap menanggapi adanya Wagner Group dari Rusia. Namun, apa pendapat dan peran PBB atas invasi Amerika dan Israel terhadap umat Islam? Faktanya, mereka hanya menonton dan sebagian kecil sekadar mengecam.

Padahal, Rusia bukan satu-satunya negara yang memakai jasa tentara bayaran. Amerika Serikat juga pernah mengerahkan pasukan kombatan bayaran Blackwater yang terkenal paling brutal saat menyerang Irak. Bayangkan, bagaimana AS menyerang Irak hingga menewaskan 200 ribu warga sipil.

PBB terdiam saat AS secara brutal memerangi muslim Afganistan yang menewaskan 71 ribu warga sipil. Belum lagi serangan dan operasi militer AS di Pakistan, Suriah, Irak, Somalia, dan Yaman yang telah merenggut lebih dari ribuan nyawa warga sipil. Ratusan ribu orang cacat, jutaan masyarakat mengungsi, dan banyak rumah serta bangunan yang hancur akibat kerakusan AS. Sepertinya, bagi negara kafir dan musuh-musuh Islam bahwa jutaan nyawa, kehormatan dan hak-hak umat Islam begitu murah. (KompasTV, 25/9/2021)

Mencermati setiap dinamika regional invasi Rusia ke Ukraina maka terlihat jelas hipokrisi dari sistem tatanan perdamaian global oleh PBB. Semua standar ganda ini digerakkan oleh adanya kepentingan dari masing-masing pihak yang bersekutu. Sejatinya, ini menjadi bukti kegagalan pakar HAM dalam melihat konflik dunia karena tidak didasari pada nilai yang bersifat tetap, melainkan berdasarkan pada kepentingan politik, kekuasaan, dan materi.

Realitasnya, lembaga-lembaga global seperti PBB dan pakar HAM merupakan alat imperialisme Barat yang berada di bawah dominasi kekuatan besar. Semua dibentuk untuk mengukuhkan kekuatan Barat demi melanggengkan ideologi sekuler-kapitalisme dan menciptakan kekejaman yang mengerikan bagi umat Islam.

Sama-Sama Memusuhi Islam

Sebagai negara adidaya, AS menggunakan kekuatan ekonomi dan politik untuk menekan siapa saja yang menentang hegemoninya. Agenda monsterisasi dan kriminalisasi mengenai Khilafah dan jihad masih dilakukan melalui media massa.

Sedangkan Rusia hendak membangun narasi seolah sedang melakukan perang melawan entitas Yahudi demi mendapat dukungan komunitas Islam. Putin menggambarkan pada dunia bahwa Ukraina dan sekutunya sebagai pendukung Israel sebab presidennya adalah keturunan Yahudi. Terlebih lagi, Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen berjanji akan membantu Ukraina untuk membangun kembali negaranya.

Faktanya, apa yang dinarasikan Rusia jauh berbeda dengan apa yang dilakukan terhadap muslim di Suriah. Bagaimana Rusia pernah menebar teror tanpa pandang bulu saat membantai warga sipil Suriah. Akhirnya, nasib umat Islam selalu dalam tarik-menarik kepentingan dalam permainan negara-negara adidaya. Umat Islam hanya menjadi korban mereka akibat tidak memiliki power di mata dunia.

Seperti yang diungkapkan Daniel Pipes bahwa perang jangka pendek dilakukan untuk melawan Islam militan, dan jangka panjangnya ingin membentuk Islam yang ramah terhadap Barat. Sehingga, Islam tidak boleh memiliki agenda politik yang mengatur, melainkan hanya menerima dan tunduk pada nilai-nilai Barat. Situasi ini akan terus berlangsung sepanjang kekuatan umat Islam tidak bersatu. Sedangkan umat Islam dapat bersatu ketika ada institusi politik yang memang dibentuk untuk menyatukan umat, yakni Khilafah.

Jihad dalam Islam

Ajaran jihad atau perang dalam Islam sering kali memunculkan pro dan kontra. Secara syar'i, jihad adalah upaya mengerahkan segenap kemampuan untuk berperang di jalan Allah Swt. secara langsung, baik dengan jiwa, harta, dan pemikiran untuk mengalahkan musuh Islam.

Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surah At-Taubah ayat 41, "Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah…"

Islam adalah satu-satunya agama yang mengatur tentang peperangan. Aturan ini jelas berasal dari Allah Swt., Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha Adil. Fitrah manusia pasti tidak menginginkan peperangan dan dijajah. Hanya saja, hidup tak semulus itu sebab pertarungan antara kebenaran dan kebatilan akan terus terjadi. Terkadang dakwah secara makruf tidak mampu menyadarkan musuh. Sehingga, pergolakan dan pertarungan harus berujung pada peperangan fisik.

Bagi Islam, jihad dilakukan bukan untuk menjajah melainkan untuk membebaskan dari penjajahan. Hal ini berbeda dengan paham sekularisme, di mana peperangan dilakukan untuk menjajah. Oleh karena itu, wilayah bekas jihad tidak pernah merasa dijajah, justru merasakan kebahagiaan di bawah pemerintahan Islam.

Islam melarang segala perilaku brutal. Dalam jihad, anak-anak dan wanita atau siapa saja yang tidak ikut berperang dilarang untuk dibunuh. Bahkan, bagi pihak lawan yang menyerah, meminta maaf dan meminta perlindungan maka wajib dilindungi. Sebagaimana firman Allah Swt., “Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia supaya dia sempat mendengarkan firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya…” (QS. At-Taubah: 6)

Selain itu, para pendeta dan gerejanya, serta orang beribadah tidak boleh diusik. Tanaman dilarang untuk dirusak. Hewan ternak tidak diizinkan untuk disembelih kecuali untuk dimakan. Bahkan sebelum melakukan penaklukan, diwajibkan untuk mengonfirmasi dan memberi jeda selama 3 hari terlebih dahulu untuk memberi kesempatan kepada pihak musuh. Begitulah dalam Islam, meskipun perang adalah tipu daya, namun tuntutan syariat tetap mengharuskan agar dilakukan dengan cara yang beradab dan tidak membabi buta, seperti yang dilakukan tentara bayaran Rusia dan AS.

Seharusnya, umat muslim di seluruh dunia menyadari akan situasi buruk yang dihadapi. Akar masalah umat muslim saat ini akibat tidak diterapkannya syariat Islam secara kaffah. Khilafah adalah satu-satu institusi yang mampu menyatukan kembali kekuatan dan sebagai solusi atas seluruh problem yang disebabkan penjajahan sistem sekuler ala Rusia dan Barat. Mengembalikan Khilafah tentu butuh aktivitas dakwah yang masif, terorganisir, konsisten dan berskala global.

Khatimah

Baik Rusia maupun Ukraina dan sekutunya, sama-sama merupakan negara kufur yang mengadopsi sistem batil. Untuk itu, penting bagi umat muslim melihat konstelasi politik secara jernih. Tidak seharusnya umat muslim bersifat pro kepada Rusia maupun kepada Ukraina. Umat muslim tidak boleh lupa, bagaimana Rusia maupun AS yang pernah menebar teror tanpa pandang bulu saat membantai umat muslim. Sedang PBB hanya menjadi alat kepanjangan tangan atas legitimasi paham imperialisme Barat.

Sebaliknya dalam Islam, ada kesantunan yang dijunjung tinggi dalam jihad. Sebab perang bukan untuk menghancurkan, namun untuk sekadar menghilangkan rintangan yang sifatnya fisik. Bila rintangannya telah hilang, maka perang pun harus dihentikan. Begitulah Islam memandang jihad. Tidak seperti negara kafir, berperang untuk menghancurkan, menguasai, dan menindas wilayah jajahannya. Wallahu a’lam bishawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Kartu Prakerja Dipercaya Tuntaskan Pengangguran dan Kemiskinan, Benarkah?
Next
Rupiah Melemah, Indonesia Kalah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram