Ukraina, Pijakan Rusia dan Barat dalam Adu Pengaruh

"Amerika yang telah didukung Uni Eropa, tentu menganggap Rusia sebagai rival. Sayangnya, harga adu pengaruh mereka, harus ditanggung oleh negara-negara kecil seperti Ukraina. Yang berada di pusaran adu kekuatan negara-negara super power. Perang di mana pun akan memakan korban. Dan tentu korbannya tak lain adalah rakyat sipil yang tak tahu-menahu ambisi negara-negara ini."

Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Ukraina-Rusia kembali memanas, pada tanggal 24 Februari lalu, Rusia kembali menyerang Ukraina. Kedua negara ini sudah lama memiliki ketegangan yang dilandasi oleh hancurnya pemerintahan Uni Soviet pada tahun 1991 di bawah pimpinan Mikhail Gorbachev. Pecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara, yang kemudian meninggalkan Rusia menjadi negara dengan wilayah terbesar, menjadikan Rusia berambisi menjadi negara yang memiliki pengaruh pada negara bekas pecahan Uni Soviet. Dan Ukraina termasuk di dalamnya.

Romansa Rusia-Ukraina

Ukraina dan Rusia dahulu adalah negara kesatuan yang memiliki banyak kesamaan. Ratusan tahun yang lalu, Ukraina dan Rusia telah menyatu pada sebuah wilayah yang disebut Rus Kiev. Dari wilayah inilah diakui sejarah bangsa Rusia. Namun serangan Mongolia berhasil membuat cabang pada peradaban Rus, hingga membentuk Kekaisaran Rusia, banyak negara di Eropa Timur akhirnya bergabung dengan Kekaisaran Rusia, termasuk Ukraina.

Namun di awal tahun 1918, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan penuh dari Kekaisaran Rusia. Selang beberapa tahun, dengan banyak konflik dan perjanjian, akhirnya Rusia dan Ukraina satu kata dalam pendirian negara kesatuan Uni Republik Sosialis Soviet pada tahun 1922. Keduanya pun juga turut menandatangani pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991.

Pecahnya Uni Soviet membuat Ukraina menjadi pewaris satu per tiga senjata nuklir Uni Soviet. Hingga pada saat itu, Ukraina menjadi negara nomor tiga di dunia dalam kepemilikan nuklir. Sayangnya, meski secara fisik nuklir tersebut milik Ukraina. Namun, izin penggunaannya berada di tangan Rusia, yang akhirnya Ukraina setuju dalam menandatangani perjanjian Nonploriferasi Nuklir (NPT).

Sengketa dua negara ini tak hanya masalah nuklir, namun wilayah Krimea yang telah setuju bergabung dengan Ukraina meski dengan status Republik Otonomi, juga menjadi incaran Rusia. Sebab, Krimea menjadi pintu gerbang bagi wilayah Rusia menuju Laut Hitam. Begitu pula dengan kota Sevastopol yang merupakan markas Armada Laut Hitam. Menjadi sengketa antara Ukraina dan Rusia. Berakhir dengan pembagian Armada Laut Hitam, sedangkan pelabuhan Sevastopol disewakan pada Rusia, setelah tarik-menarik kekuasaan antara Rusia dan Ukraina.

Sengketa lain yang mendalangi ketegangan kedua negara adalah masalah pasokan energi. Terdapat beberapa jalur migas Soviet-Eropa Barat yang berada di wilayah Ukraina. Lagi-lagi terjadi perjanjian damai dengan syarat, hingga hubungan keduanya lebih baik dari sebelumnya.

Romansa sengketa antara kedua negara, nyatanya terus terjadi. Hingga pada tahun 2014, terjadi demo besar-besaran terhadap Presiden Ukraina Viktor Yanukovych, yang dianggap sebagai presiden Ukraina yang paling pro-Rusia. Di saat yang sama, Rusia telah menganeksasi Krimea dibantu oleh militansi pro-Rusia di Krimea. Demo yang terjadi, sebagai tuntutan rakyat agar Ukraina lebih condong kepada Uni Eropa daripada Rusia. Akhirnya demo ini berhasil melengserkan Viktor Yanukovych dari jabatannya.

Adu Pengaruh Barat dan Rusia

Perang Rusia-Ukraina kali ini, disinyalir akibat dari ambisi Ukraina untuk bergabung dengan Barat melalui keanggotaan Ukraina di NATO, juga Ukraina yang berniat lebih mesra dengan Barat melalui perjanjian perdagangan dengan Barat.

Rusia yang merasa tidak aman dengan perbatasan yang hampir semuanya pro-Barat, akhirnya mulai menyerang Ukraina, dan berniat menjadikannya tetap sebagai teras perlawanan kepada Barat. Bahkan sebelum itu, dua wilayah di Ukraina telah melepaskan diri dengan bantuan dari Rusia, yakni Luhansk dan Donetsk, menambah dinding benteng Rusia dari arah barat.

Wajar jika Rusia merasa terancam kedudukan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur bekas Uni Soviet. Sebab negara-negara pecahan Uni Soviet tersebut, satu persatu mengadopsi ideologi Barat, yakni kapitalisme, dan tak lagi menjadikan Rusia sebagai kiblat. Rusia yang tak memercayai Barat (AS dan Uni Eropa) terus mendesak agar negara-negara sekitarnya tidak bekerja sama dengan Barat. Apalagi mengadopsi sistem pemerintahan Barat dalam pemerintahannya.

Rusia yang juga adalah negara besar dengan kekuatan militer nomor dua di dunia, tentu menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi Amerika yang menduduki nomor wahid. Sebab kedua negara ini adalah negara dengan ambisi penguasaan terhadap dunia. Maka adu pengaruh akan menentukan kemenangan berada di kubu mana.

Amerika yang telah didukung Uni Eropa, tentu menganggap Rusia sebagai rival. Sayangnya, harga adu pengaruh mereka, harus ditanggung oleh negara-negara kecil seperti Ukraina. Yang berada di pusaran dan berakhir menjadi pijakan adu kekuatan negara-negara super power. Perang di mana pun akan memakan korban. Dan tentu korbannya tak lain adalah rakyat sipil yang tak tahu menahu ambisi negara-negara ini.

Meneropong Nasib Ukraina

Kedudukan Ukraina yang mengenaskan, bagai sudah jatuh tertimpa anak tangga. Sudahlah di serang Rusia, Barat dengan NATOnya juga tak memberi bantuan secara nyata. Andai persoalan Ukraina dan Rusia dibawa pada Dewan Keamanan PBB pun, Rusia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB dengan mudah memveto. Amerika yang biasanya sibuk memasukkan tentaranya pun juga harus berpikir dua kali. Sebab melawan Rusia tidaklah mudah. Kerugian baik fisik maupun finansial pasti akan terjadi. Lantas, bagaimanakah nasib Ukraina ke depannya?

Tak heran banyak pengamat mengatakan, Ukraina akan menjadi Afghanistannya Eropa. Menjadi negara penuh sengketa, dengan keamanan minim. Terbukti saat ini ribuan penduduk Ukraina telah meninggalkan negara mereka. Mereka lebih memilih mengungsi ke negara-negara aman, seperti Polandia dan Slovakia (cnnindonesia.com, 24/2/2022). Sedangkan yang tinggal, adalah orang-orang yang ingin mempertahankan ideologinya, dan terus melawan Rusia.

Pada akhirnya, nasib Ukraina akan bergantung sepenuhnya pada eskalasi adu pengaruh Barat dan Rusia.

Buramnya Pengaruh Kaum Muslimin

Di saat Barat yang dipimpin Amerika Serikat adu pengaruh dengan Rusia, umat dengan gelar umat terbaik malah tak memiliki secuil pengaruh dalam perkembangan dunia saat ini.

Buramnya pengaruh kaum muslimin di dunia menjadi pertanda, bahwa umat Muhammad telah tertidur lama, terninabobokan oleh racun pemikiran dan ideologi kapitalis yang memabukkan. Sungguh jumlah miliaran sangat rapuh bagaikan buih. Terkena ombak akan mudah pecah. Maka wajar kejumudan kaumf muslim, mengantarkan pada kemunduran dan hilangnya kewibawaan kaum muslim di hadapan dunia.

Kapankah kaum muslim akan sadar dan menunaikan bisyarah Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. "Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudia Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian."

Jawabannya tergantung pada kesadaran kaum muslim akan nasib buram yang saat ini menimpanya.

Inilah bisyarah Rasulullah akan datangnya suatu masa, di mana kaum muslim memimpin dunia dengan institusi Khilafahnya. Maka kewajiban kita mengupayakan tegaknya Khilafah tersebut di tengah-tengah kaum muslim, yang akan menjadi tandingan bagi kekuasaan ideologi-ideologi rusak yang ada. Allahu a'lam bis-showwab[]


Photo : Republic world

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Kala Ketakwaan Tersanding pada Remaja
Next
Gue yang Hijrah, Kok Lo yang Gerah?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram