"Sungguh miris dan sangat miris nasib hidup kaum muslimah di Afganistan. Sejak invasi AS sampai kini di bawah kendali Taliban, mereka masih belum mendapat payung keteduhan. Lantas, ke mana harus melabuhkan harapan?"
Oleh. Aina Syahidah
NarasiPost.Com-Krisis panjang di bawah pemerintahan Taliban membuat banyak kaum muslimah di Afganistan hidup dalam bayang-bayang penderitaan. Seorang wanita bernama Zaigul mengeluhkan sulitnya hidup saat ini. Ia dan suaminya harus terpaksa kehilangan sumber mata pencaharian. Ancaman kelaparan semakin nyata di pelupuk mata. Kondisinya pun semakin diperparah kala musim dingin tiba. Rakyat terancam kelaparan dan kedinginan.
Selain, Zaigul yang berprofesi sebagai IRT. Para wanita yang selama ini bekerja sebagai pegawai negeri juga tidak mendapatkan haknya alias tidak digaji selama berbulan- bulan lamanya. (merdeka.com, 15/01/2022)
Tak hanya itu, sebagian orang tua juga terpaksa harus menjual anak-anak perempuan mereka kepada orang kaya, demi untuk menyambung hidup dan membayar utang. (news.detik.com, 19/11/2021)
Menurut pengamat independen Afganistan, Ahmed-Waleed Kakar, keuangan dan ekonomi adalah tantangan utama bagi perempuan di seluruh negeri. Betapa tidak, bagi kaum perempuan Afganistan, tantangan ekonomi itu datang dengan pembatasan yang lebih ketat atas kebebasan, lapangan kerja, pendidikan, bahkan pergerakan mereka. (merdeka[dot]com, 15/1/2022)
Itulah mengapa, sejumlah kaum perempuan di Afganistan menggelar protes demonstrasi kepada pemerintahan Taliban, mereka meminta keadilan dan kesejahteraan. (www.msp.com, 16/01/2022)
Jalan Panjang Konflik Afganistan
Apa yang hari ini terjadi dan melanda rakyat utamanya muslimah Afganistan, tidak bisa lepas dari invasi AS di negeri tersebut selama bertahun-tahun. Sebagaimana diketahui, memasuki dekade pertama abad ke- 21, ketika negeri Paman Sam ini kehilangan gedung pentagonannya, Islam menjadi pihak yang tertuduh atas peristiwa monumental itu. Lalu, sekoyong- koyong menetapkan Afganistan sebagai negara yang melindungi sang pelaku teror.
Atas nama memerangi terorisme inilah, AS mulai menginvansi Afganistan dan menancapkan kukuh serta pengaruhnya yang kuat di sana.
Dan selama periode pendudukan itu, kaum perempuan di Afganistan adalah pihak yang paling menderita. Mereka ada yang terbunuh, kehilangan suami dan akhirnya hidup menjanda, kehilangan anak dan keluarga akibat kecamuk perang yang terus menerus terjadi,kemiskinan, kehilangan tempat bernaung, dan yang paling menyakitkan, menjadi korban kekerasan seksual.
Sungguh miris dan sangat miris nasib hidup kaum muslimah di Afganistan. Sejak invasi AS sampai kini di bawah kendali Taliban, mereka masih belum mendapat payung keteduhan. Lantas, ke mana harus melabuhkan harapan?
Persoalan Afganistan Akibat Absennya Islam Sebagai Junnah
Harus disadari bahwa krisis panjang yang hari ini melanda negeri-negeri muslim, satu di antaranya Afganistan, adalah buah dari tak terterapkannya Islam sebagai junnah atas kaum muslim di dunia dan terkotak- kotaknya mereka ke dalam sekat negara bangsa.
Itulah mengapa, mereka lebih mudah dipecah-belah, diadu domba bahkan dihancurkan. Selama ini, rintihan penderitaan kaum muslimah di Afganistan seolah tak terdengar di telinga- telinga para penguasa dunia, terutama negeri yang entitasnya amat lekat dengan mereka. Hal ini tentu amat kontras dengan perlakuan Islam, yakni khalifah terhadap kaum perempuan. Mulai dari pengaturan hak- hak mereka di ranah publik yang sesuai hukum syarak hingga perlindungan atas nyawa dan kehormatan mereka sebagai kaum yang bernyawa.
Fakta ini dapat kita lihat dari bagaimana Khalifah Abbasiyah, Al Mu'tashim Billah, dalam merespons teriakan dari seorang muslimah yang disekap di benteng Amorium, Romawi Timur. Sang Khalifah saat itu memberangkatkan puluhan ribu tentara untuk menyelamatkan sang muslimah.
Jika satu muslimah saja, puluhan ribu tentara diberangkatkan, lantas bagaimana dengan banyaknya jumlah kaum muslimah yang hari ini menderita dan terbunuh di Afganistan bahkan di semua negeri muslim yang bergejolak? Tentu akan lebih banyak dan massif lagi. Adapun terkait dengan hak- hak mereka lainnya, seperti kesempatan belajar dan menuntut ilmu serta berkarier dan bekerja. Islam tidak melarang kaum muslimah untuk melakukannya, selama itu untuk kepentingan umat dan agama, serta tidak mengabaikan fitrah dan menyalahi hukum syarak.
Maka, pikirkanlah wahai kaum muslimah Afganistan. Apa yang kalian cari dan inginkan? Solusi kalian hanya lah kembali kepada Islam secara kaffah sebagaimana dahulu bumi Afganistan pernah merengguk kemuliaan di bawah panji-Nya. Wallahu'alam[]
Photo : Nikei Asia