Nestapa Bayi di "Neraka" Gaza

Nestapa bayi di neraka Gaza

Nelangsanya, ancaman kematian tak hanya dialami oleh anak-anak dan dewasa, tetapi bayi pun tak luput dari bahaya. Padahal, mereka baru saja menghirup udara dunia, tetapi langsung disuguhi suasana "neraka" di Gaza.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Gaza kini berada dalam suasana "neraka". Negeri para nabi itu luluh lantak dan tak layak lagi menjadi tempat hidup manusia. Tak ada kenyamanan dan kedamaian yang tersisa di sana. Lebih dari 24.000 nyawa telah syahid hanya dalam tempo sekitar seratus hari saja. Sementara bagi yang masih hidup, ancaman kematian terus menari-nari di atas langit Gaza. Tak ada jaminan mereka akan tetap hidup hingga esok hari. Nelangsanya, ancaman kematian tak hanya dialami oleh anak-anak dan dewasa, tetapi bayi pun tak luput dari bahaya. Padahal, mereka baru saja menghirup udara dunia, tetapi langsung disuguhi suasana "neraka".

Diwartakan oleh cnnindonesia.com (20/01/2024), sejak Zionis Israel membombardir wilayah Gaza pada Oktober 2023 lalu, sekitar 20.000 kelahiran terjadi dalam suasana yang mengerikan. United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) menyebut, selain suguhan suasana "neraka" pada bayi, para ibu pun terpaksa menjalani operasi caesar tanpa anestesi dan perawatan yang memadai. Akibat dari situasi di luar nalar tersebut, banyak ibu yang meninggal dunia karena kehabisan darah.

Bahkan, sebagian mereka meninggal dunia lebih dahulu sebelum melahirkan bayinya karena petugas medis kewalahan menangani banyaknya pasien. Menurut Spesialis Komunikasi UNICEF, Tess Ingram, selama delapan minggu terakhir, seorang perawat telah melakukan operasi caesar darurat pada enam wanita yang sudah meninggal dunia. Bukankah kondisi ini sangat menyesakkan dada?https://narasipost.com/world-news/08/2022/darah-gaza-tumpah-umat-butuh-junnah/

Bagi mereka yang sudah berhasil melahirkan dengan proses caesar pun, kondisinya tak lantas aman. Mereka terpaksa dipulangkan hanya dalam jangka waktu tiga jam setelah operasi caesar dilakukan karena rumah sakit kewalahan. Mereka yang seharusnya masih menjalani perawatan, terpaksa harus pulang ke rumah atau pengungsian karena kondisi tak manusiawi di Gaza. Dengan kondisi di luar nalar tersebut, lantas apa dampak yang bisa terjadi dengan para ibu dan bayi serta anak-anak di Gaza?

Ancaman Penyakit

Diwartakan oleh banyak media bahwa jumlah korban kebiadaban Zionis Israel terus bertambah. Mirisnya, sebagian besar korbannya adalah anak-anak dan perempuan. Menurut data dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, dari total 24.762 korban, 70 persennya adalah perempuan, anak-anak, dan remaja. Di sisi lain, pengeboman yang terus terjadi dan pengungsian yang tidak manusiawi, dapat berdampak langsung terhadap bayi yang baru lahir.

Menurut Tess Ingram, realitas menyesakkan tersebut berdampak pada berbagai masalah kesehatan, seperti tingginya angka kekurangan gizi, terganggunya proses pertumbuhan, dan komplikasi kesehatan lainnya. Pejabat PBB dalam urusan UNICEF tersebut bahkan menyebut, di tengah kondisi yang tidak manusiawi saat ini, diprediksi ada sekitar 135.000 anak di bawah usia dua tahun yang berisiko mengalami kekurangan gizi akut. (melayu.palinpo.com, 20/01/2024)

Kekurangan gizi dan air bukanlah satu-satunya masalah yang harus diderita anak-anak Gaza. Ada ancaman penyakit lain yang juga menghadang di depan mata, yakni merebaknya kasus hepatitis A. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan keprihatinannya atas terkonfirmasinya kasus hepatitis A atau peradangan hati di Gaza. Kasus tersebut ditemukan pada warga Gaza yang berada di tempat pengungsian. Berdasarkan tes yang dilakukan WHO, terdapat 24 kasus terkonfirmasi hepatitis A pada warga Gaza. Selain itu, warga Gaza juga disebut mengeluh karena gejala penyakit kuning yang kemungkinan besar disebabkan pula oleh hepatitis A. (detik.com, 19/01/2024)

Sejatinya ancaman berbagai penyakit di wilayah yang tidak manusiawi seperti Gaza sangatlah mungkin terjadi. Ditambah lagi dengan kehidupan di penampungan jauh dari kata layak. Di mana hampir tidak ada air bersih, toilet yang layak, dan buruknya kondisi lingkungan, yang memungkinkan terjadinya penyebaran hepatitis A lebih jauh lagi. Data WHO tentang kondisi pengungsian pun sangat memprihatinkan. Di mana satu toilet harus digunakan oleh rata-rata 500 orang dan satu kamar mandi terpaksa digunakan oleh sekitar 2.000 orang. Kondisi di luar nalar tersebut tentu saja semakin meningkatkan risiko penyebaran penyakit.

Abainya Dunia

Kondisi memprihatinkan yang dialami perempuan dan anak-anak di Gaza tentu tak terjadi begitu saja. Salah satu penyebab utamanya adalah aneksasi oleh Zionis Israel atas tanah Palestina. Aneksasi tersebut menyebabkan warga Palestina kehilangan hak kemerdekaannya, baik sebagai warga negara maupun sebagai manusia. Jangankan memiliki hak merdeka sebagai sebuah negara, berharap hak hidupnya tak dirampas semena-mena pun tak bisa.

Hal ini terjadi karena tidak beradabnya Zionis Israel dalam perang. Mereka membunuh siapa saja tanpa pandang bulu termasuk wanita, anak-anak, orang tua, menghancurkan fasilitas apa pun yang bisa dirusak, dan meluluhlantakkan setiap yang dianggap membahayakan. Jika boleh dikatakan, kondisi ini bukanlah perang, tetapi penjajahan dan pembantaian atas tanah dan rakyat Palestina.

Nyatalah bahwa penjajahan oleh negara-negara kafir termasuk Zionis Israel, memang tanpa adab. Akibatnya, kaum wanita tak mendapatkan layanan dan lingkungan yang nyaman untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka. Demikian pula dengan bayi-bayi yang baru lahir tak diberi ruang untuk sekadar menghirup udara dunia dengan bebas. Fakta memilukan ini semakin menyayat hati saat menyaksikan abainya para pemimpin negeri-negeri muslim.

Tak ada satu pun negara yang berani mengusir penjajah Israel, sebagaimana tidak ada satu penguasa pun yang mampu memberi jaminan hidup dan keamanan bagi anak-anak Palestina. Para penguasa muslim tetap bergeming di singgasana nasionalisme mereka, sembari mengecam dan memberi sedikit bantuan.

Sayangnya, tak ada yang benar-benar turun tangan di garda terdepan, kecuali kelompok-kelompok jihad dari beberapa negara. Inilah realitas pahit yang harus diterima oleh rakyat Palestina. Maka, tak salah jika dikatakan bahwa Palestina yang merupakan negeri yang diberkahi, kini tak ubahnya seperti "neraka" bagi penduduknya.

Ibu dan Anak Sejahtera dengan Islam

Nestapa tak bertepi para ibu dan anak-anak di Gaza terus terjadi karena ketiadaan junnah. Sejak keruntuhan sang penjaga Islam dan kaum muslim, yakni Khilafah, maka tak ada lagi institusi yang menjadi perisai terhadap berbagai kezaliman yang menimpa kaum muslim. Padahal, satu-satunya sistem yang benar-benar terbukti memberikan jaminan keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan hanyalah Islam.

Islam adalah satu-satunya agama yang akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam. Dengan penerapan Islam dalam bingkai negara (Khilafah), maka seluruh hak dan kewajiban warga negara akan dilaksanakan dengan sempurna. Keberadaan Khilafah benar-benar berperan sebagai raa'in dan junnah (penanggung jawab dan pelindung) bagi seluruh rakyat. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam misalnya, negara akan mengelola SDA secara mandiri dan hasilnya dikembalikan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Keuntungan dari pengelolaan tersebut akan digunakan untuk menjamin pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis, serta menyediakan fasilitas umum yang memadai. Semua berhak mendapatkannya tanpa memandang status kaya atau miskin. Dengan kebijakan yang lahir dari syariat Islam tersebut, keberadaan negara benar-benar akan dirasakan oleh seluruh rakyat termasuk kaum perempuan.

Seorang pemimpin (khalifah) benar-benar menyadari bahwa kedudukannya adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Bentuk kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab di era pemerintahan Islam. Umar selalu memikirkan dengan cermat setiap kebijakan yang akan diambil untuk rakyatnya. Karena itu, beliau tidak pernah mengeluarkan kebijakan yang kurang tepat hingga berdampak pada terabaikannya hak-hak rakyat.

Salah satu kebijakan Khalifah Umar adalah memberikan santunan pada anak-anak yang sudah melewati masa penyapihan, yakni mereka yang berusia di atas dua tahun. Kebijakan tersebut ternyata membuat para ibu mempersingkat masa penyapihan anak-anak mereka. Hal itu dilakukan oleh para ibu demi mendapat santunan dari negara agar mampu meringankan beban ekonomi mereka.

Ketika mendengar bagaimana reaksi para ibu atas kebijakan santunan penyapihan tersebut, Khalifah Umar pun segera mengubah kebijakannya. Beliau kemudian mengeluarkan kebijakan untuk memberikan santunan pada setiap anak sejak mereka dilahirkan. Kebijakan tersebut semata-mata sebagai bentuk perlindungan dan penjagaan seorang pemimpin terhadap anak-anak, sekaligus menyenangkan hati para ibu yang sedang menyusui. (Thabaqat Ibnu Said, Ar-Riyadh An-Nadhirah, dan Ath-Thifl fii Asy-Syari'ah al-Islamiyah)

Inilah salah satu bentuk kepedulian pemimpin terhadap rakyatnya. Apa yang telah dilakukan Khalifah Umar adalah wujud kepedulian terhadap nasib ibu dan anak-anaknya. Hal ini karena Khalifah Umar menyadari betul akan tanggung jawabnya sebagai pelindung dan penanggung jawab urusan rakyat. Tanggung jawab tersebut harus benar-benar dilaksanakan karena akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll.

 ﷺ, إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ ”

Artinya: Sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya."

Khatimah

Kondisi Gaza yang tidak manusiawi jelas tidak kondusif bagi ibu untuk melahirkan anak-anaknya. Gaza pun tak layak bagi bayi-bayi mungil untuk berkembang dan tumbuh dengan normal. Para ibu dan bayinya haruslah berada dalam situasi yang aman, nyaman, dan menyenangkan demi memaksimalkan perannya sebagai pencetak generasi. Namun, suasana tersebut hanya akan terwujud dalam naungan dan penjagaan Islam. Inilah salah satu urgensi diterapkannya sistem Islam (Khilafah) saat ini. Yakni, sebagai penanggung jawab dan pelindung rakyat.

Wallahua'lam bishawab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Ibu, Aku Rindu
Next
Sudah Ganti Tahun, Kamu Masih Insecure?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

23 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
3 days ago

[…] Baca juga: nestapa-bayi-di-neraka-gaza/ […]

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
9 months ago

Selalu sedih mengingat nasib saudara di sana, apalagi bayi yang tiada dosa. Zionis Yahudi tak ubahnya monster yang haus darah kaum muslim. Allahummanshur ikhwanana fi Gaza

Barokallahu fiik, Mbak

Sartinah
Sartinah
Reply to  Afiyah Rasyad
9 months ago

Betul mbak Afi, sedih banget lihat nasib mereka.

Aamiin, wa fiik barakallah

Rosmiati
Rosmiati
9 months ago

Selalu nyesek kala membaca isu palestina. Yaa Allah, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah Swt.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Rosmiati
9 months ago

Betul mbak, nyesek dan marah tapi tak berdaya.

Aamiin

Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

Dulu juga Firaun membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir karena "takut" kekuasaannya direbut.. Sekarang, Yahudi Zionis juga sedang ketakutan dengan potensi anak-anak Palestina yg gagah dan berani. Akibat mreka membantai secara membabi buta anak2 Gaza,..

Sartinah
Sartinah
Reply to  Wd Mila
9 months ago

Betul. Zionis Israel sejatinya punya karakter pengecut dan penakut, akhirnya membabi buta

Deena
Deena
9 months ago

Campur aduk rasanya kalau sudah mengenai Gaza, Palestina.. we just really need Khilafah

Sartinah
Sartinah
Reply to  Deena
9 months ago

Betul mbak Dina. Nelangsa sekali membayangkan nasib mereka di Palestina.

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
9 months ago

Ikatan nasionalisme yang ada menjadikan tangan para pemimpin Islam terbelenggu untuk sepenuhnya membantu Gaza mengusir zionis. Sungguh tak ada harapan jika masih mengandalkan ikatan nasionalisme. Semoga negeri-negeri Islam segera bersatu dalam satu kepemimpinan Islam, agar derita Gaza termasuk anak-anak dan bayi bisa segera berakhir.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Neni Nurlaelasari
9 months ago

Betul mbak Neni, tak ada pilihan lain.

Aamiin

Firda Umayah
Firda Umayah
9 months ago

Penderitaan muslim di Gaza sudah sangat jelas. Tapi hingga saat ini pemimpin muslim yang memiliki kekuasaan masih saja diam. Astagfirullah. Ampuni kami ya Allah.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Firda Umayah
9 months ago

Betul mbak, antara sedih, marah, dan merasa bersalah

Siti Komariah
Siti Komariah
9 months ago

Barakallah mbak Sartinah.

Membaca berita tentang Gaza rasa hati hanya bisa menangis dan berdoa agar mereka baik-baik saja di sana.

Sungguh Zionis Israel kejam, sekejam-kejamnya. Kebutuhan Perisai kaum muslim sangat mendesak. Mari satukan barisan untuk menyadarkan dunia bahwa persatuan kaum muslim kunci kebebasan para bayi dan tanah Gaza.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Siti Komariah
9 months ago

Aamiin, wa fiik barakallah mbak Riah. Betul, semoga perisai umat itu segera tegak.

Yuli Juharini
Yuli Juharini
9 months ago

Astaghfirullah, tidak dapat dibayangkan betapa nelangsanya penduduk Gaza terutama bayi-bayi yg tidak berdosa. Itu merupakan sebuah genosida. Solusinya tidak lain dan tidak bukan hanyalah Khilafah.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Yuli Juharini
9 months ago

Betul mbak, tak ada solusi lain yang bisa mengeluarkan Gaza dari genosida, selain ditegakkannya kepemimpinan umat yang satu yakni Khilafah.

Novianti
Novianti
9 months ago

Sedih, ya mengingat keadaan saudara kita di sana. Tetapi tidak cukup mengetuk hati para penguasa negeri muslim malah mereka bergandengan dengan Israrl dan Amerika. Dunia telah melenakan mereka

Sartinah
Sartinah
Reply to  Novianti
9 months ago

Betul, nasionalisme memang telah menghilangkan empati terhadap saudaranya yang lain.

Maftucha
Maftucha
9 months ago

Sebagai seorang wanita yang fitrahnya berbeda dengan laki-laki, tentu dalam keadaan perang seperti di Gaza akan sangat sengsara., bahkan menurut seorang anak di Gaza kematian lebih nikmat daripada hidup

Sartinah
Sartinah
Reply to  Maftucha
9 months ago

Betul mbak, tapi realitasnya para ibu di Gaza tetap hamil dan melahirkan. Penjajahan oleh Zionis yang membuat kondisi mereka makin sengsara

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
9 months ago

Ya Allah, tidak bisa membayangkan betapa berat penderitaan mereka. Semoga Allah mengampuni diri ini yang tak mampu menolong mereka.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Mariyah Zawawi
9 months ago

Betul bu. Melahirkan dalam kondisi aman dan nyaman saja sudah bikin kita kesulitan. Bagaimana dengan mereka?

Aamiin

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram