Untuk meredam sakit hatinya Amerika Serikat atas gagalnya Zionis Yahudi memerangi Gaza, dan buruknya citra Presiden Israel, Benjamin Netanyahu, di hadapan rakyatnya sendiri, maka diciptakan konflik baru dengan Houthi di Yaman.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bagaikan harimau yang gagal menangkap mangsa yang besar, hewan kecil pun menjadi sasarannya. Itulah yang dilakukan Amerika Serikat dan Inggris saat ini, dengan dalih untuk melindungi keselamatan kapal niaga di Laut Merah yang diganggu oleh Houthi. Kedua negara pendukung Zionis Yahudi Israel tersebut menggempur habis-habisan kelompok muslim Houthi di Yaman.
Serangan brutal Amerika Serikat dan Inggris terjadi pada Kamis, 11/1/2024, sehari setelah keluarnya resolusi Dewan Keamanan PBB yang isinya meminta Houthi untuk menghentikan serangannya terhadap pelayaran niaga di Laut Merah. Houthi menganggap aktivitas pelayaran kargo di Laut Merah telah memuluskan para pendukung Zionis Yahudi membantai rakyat Gaza di Palestina.
Dengan adanya resolusi PBB, Amerika Serikat dan Inggris seolah mendapat restu untuk menghabisi Houthi yang selama ini membuat kegaduhan di Laut Merah yang menghubungkan antara Eropa, Afrika, dan tentunya Amerika Serikat. Namun, apa sebenarnya motif mereka melakukan serangan tersebut? Menarik jika dikaitkan dengan upaya pengalihan isu atas kekalahan opini Amerika Serikat karena Zionis Yahudi Israel tidak mampu menghadapi perlawanan Hamas di Gaza.
Seperti dikutip dari laman berita www.tribun-video.com, (15/1/2024), Zionis Yahudi dilaporkan mengalami kekalahan setelah seratus hari perang, data yang bocor ke publik menyebutkan bahwa IDF telah menonaktifkan 4000 tentaranya imbas perang tersebut dan 30 ribu tentara lainnya berpotensi kuat mengalami cacat di medan perang. Mereka dilaporkan kelelahan dan mengalami gangguan jiwa ketika menghadapi kuatnya pertahanan Hamas di Gaza.
Untuk meredam sakit hatinya Amerika Serikat atas gagalnya Zionis Yahudi memerangi Gaza, dan buruknya citra Presiden Israel, Benjamin Netanyahu, di hadapan rakyatnya sendiri, maka diciptakan konflik baru dengan Houthi di Yaman. Selama ini, Netanyahu memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat, khususnya selama pemerintahan Presiden Donald Trump. Dia memanfaatkan hubungan ini untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang dianggapnya menguntungkan Israel, seperti pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem.
Namun demikian, Netanyahu juga menghadapi kritik dan kontroversi, termasuk tudingan korupsi yang mendorong beberapa penyelidikan. Beberapa kritikus menilai bahwa kebijakan-kebijakan pemerintahannya terhadap isu-isu Palestina dan pembangunan pemukiman Israel dapat menghambat prospek perdamaian.
Dengan demikian, serangan Amerika Serikat terhadap Houthi sebagai sasaran sakit hatinya. Sebagaimana diketahui, Houthi merupakan pendukung setia perjuangan rakyat Palestina yang selalu berkata lantang untuk menjadi tameng bagi rakyat Gaza dalam upaya melepaskan dirinya dari cengkeraman penjajahan Zionis Yahudi di bumi para nabi tersebut.
Eksistensi Houthi
Nama Houthi secara resmi dikenal sebagai ansarullah, yaitu kelompok bersenjata yang muncul di Yaman pada awal abad ke-21. Gerakan ini bermula dari kelompok etnis Zaidiyyah, sebuah aliran Syiah yang dominan di wilayah utara Yaman yang didukung Iran. Nama “Houthi” diambil dari pemimpin awal mereka, Hussein Badreddin al-Houthi, yang memainkan peran penting dalam membentuk gerakan ini.
Pada awalnya, kelompok Houthi muncul sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan terhadap pemerintahan Yaman yang dinilai korup dan tidak adil. Mereka mengadvokasi hak-hak etnis dan keagamaan Zaidiyyah, merasa bahwa komunitas mereka diabaikan dan diperlakukan tidak adil.
Konflik bersenjata antara Houthi dan pemerintah Yaman intensif pada tahun 2004, dimulai dengan protes lokal di Sa’dah, provinsi utara Yaman. Pemerintah Yaman menanggapi dengan keras, dan konflik tersebut memuncak dalam serangkaian pertempuran selama beberapa tahun. Perlawanan Houthi mengakibatkan kematian Hussein Badreddin al-Houthi pada tahun 2004, namun gerakan ini terus berkembang di bawah pimpinan saudaranya, Abdul-Malik al-Houthi.
Dinamika konflik berubah secara signifikan pada tahun 2011, ketika gelombang revolusi Arab mencapai Yaman. Pemerintahan lama digulingkan, dan Yaman berada dalam keadaan kacau. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Houthi untuk memperluas pengaruh mereka. Pada 2014, mereka merebut ibu kota Sana’a dan menetapkan pemerintahan mereka sendiri.
Intervensi militer oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi pada tahun 2015 mengubah dinamika konflik lagi. Perang berkepanjangan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Yaman, dengan jutaan orang terancam kelaparan dan penyakit. Sampai saat ini, Yaman seolah terpecah menjadi dua, yaitu Yaman Utara yang dikuasai Houthi, dan Yaman Selatan yang dikendalikan oleh pemerintah transisi yang berkedudukan di Riyadh, Arab Saudi.
Geografis Yaman yang Strategis
Secara geografis, Yaman berbatasan langsung dengan Laut Merah di sebelah barat, dan di utara dengan Arab Saudi. Yaman memiliki peran strategis yang signifikan dalam lalu lintas pelayaran internasional, memainkan peran kunci dalam hubungan kepentingan Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Terdapat dua aspek yang mencerminkan dampak laut tersebut bagi kedua negara meliputi:
Pertama, Laut Merah adalah salah satu jalur utama untuk perdagangan internasional. Terletak di persimpangan Eropa, Asia, dan Afrika, rute laut ini memungkinkan kapal-kapal dagang dari Amerika Serikat dan Inggris untuk mengakses wilayah Asia Tenggara dan Timur Tengah, serta sebagian Eropa.
Pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pesisir Laut Merah, seperti Suez di ujung utara dan Bab el Mandeb di ujung selatan, memberikan akses yang cepat dan efisien ke wilayah-wilayah kunci. Kontrol atas pelabuhan ini dapat memberikan keunggulan strategis dalam manuver militer dan pengaruh regional.
Kedua, keamanan dan stabilitas Laut Merah menjadi krusial bagi pelayaran internasional. Konflik atau ketidakstabilan di wilayah ini dapat menghambat lalu lintas kapal dagang, yang berpotensi merugikan kepentingan ekonomi dan keamanan nasional Amerika Serikat dan Inggris.
Kepentingan keamanan Amerika Serikat dan Inggris mencakup menjaga stabilitas dan keamanan maritim di Laut Merah. Keberhasilan mengamankan jalur pelayaran ini mendukung proyeksi kekuatan dan intervensi militer jika diperlukan.
Dengan demikian, Laut Merah memainkan peran penting dalam memberikan jalur vital bagi lalu lintas pelayaran yang mendukung kepentingan ekonomi dan keamanan Amerika Serikat dan Inggris, serta memengaruhi kebijakan dan strategi mereka di kawasan tersebut.
Dari sini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa apa pun konfliknya merupakan satu mata rantai peristiwa politik dengan motif ekonomi ideologi kapitalisme dua negara besar saat ini, yaitu Amerika Serikat dan Inggris. Sementara Rusia dan Cina sekali pun bersikap abstain mengenai resolusi terhadap Houthi ini, mereka tetaplah negara imperialisme yang tidak akan memihak kepentingan kaum muslimin di mana pun berada
Oleh karena itu, sudah semestinya kaum muslimin bersatu dalam satu institusi negara yang dapat menyatukan kekuatan kaum muslimin dunia, dan menerapkan aturan syariat Islam secara kaffah. Hanya negara Khilafah Islamiah yang akan mampu melawan hegemoni negara kapitalis tersebut.
Tidak boleh kaum muslim terpecah belah, apalagi tersekat-sekat oleh negara-bangsa yang diciptakan negara imperialis Inggris dan Amerika Serikat. Ingatlah selalu, kalam Allah Swt, yang artinya: ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imrân/3:103).
Wallahu’alam bish-shawab. []
Demi menutupi kekalahan yang disana, di gempurlah kekuatan yang disini. Sungguh keji pola mereka kaum kapitalis ini. Semoga segera hadir pertolongan Allah dengan tegaknya Islam. Agar umat bisa bersatu dan mampu melawan musuh-musuh Islam.
Kok seperti mencium bau pecundang, beraninya sama anak kecil. Wajar saat ini kaum Muslimin tidak punya induk, ikan besar sedang diberikan panggung.
Lihat saja ketika Khilafah tegak, mereka akan tunduk.
Pertarungan yg tak berimbang.
negara sekelas AS dan Inggris begitu serius menggempur Houthi..?? Bukti lemahnya negara Barat, dan sekutu Israel lainnya... Andai seluruh negeri muslim bersatu, tidak tahu seberapa takutnya mereka pada pasukan negara Islam
Agak lucu ya, negara sekelas AS dan Inggris menggempur Houthi habis-habisan. Tapi kalau melihat karakter negara imperialis macam AS, ya jadi wajar saja. Mereka memang akan melakukan segala cara demi memuluskan kepentingannya.
Semoga dengan sibuknya AS terhadap Houthi bisa menjadi angin segar agar Palestina terbebas dari penjajahan Israel
Masya Allah tulisannya enak dibaca, padat dan jelas
Umat Islam seharusnya menyadari sudah dilimpahi anugerah olehAllah salah satunya menempati posisi strategis. Tetapi justru kelebihan ini malah diincar barat dan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka. Padahal, jika umat islam bersatu dan menegakkan khilafah, barat ketar ketir karena ketergantungan mereka pada tanah-tanah negeri muslim baik dalam bentuk SDA maupun posisi strategisnya, Tulisan yang membantu memahami dinamika politik di jazirah Arab
Apapun bentuknya, negara negara imperialis tetaplah imperialis yang membenci umat Islam, so Jangan terperdaya dengan mulut manisnya
MasyaAllah, seandainya kaum muslimin seluruhnya tahu pentingnya berlemah lembut pada sesamanya dan keras / tegas pada kaum kafir dan patuh pada perintah Allah seliruhnya, pastilah tegas pula dalam bersikap kepada penjajah saudara muslim di belahan dunia manapun.
Ingin sekali khilafah ala minhajjinnubuwah tegak saat ini juga agar kaum muslim di dunia dapat bersatu di bawah satu komando menggempur musuh2 Islam.
Jika kaum muslim bersatu tidak ada yg bisa mengalahkannya.