”Kelak kota Roma di Italia akan kaum muslimin taklukkan, ini adalah isyarat berkuasanya Islam di Benua Biru, Eropa, termasuk Inggris. Namun, kabar gembira dari Rasulullah saw. ini harus kita jemput, yaitu dengan dakwah untuk mewujudkan Khilafah.”
Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seorang gadis cilik berhijab hitam tampak melambaikan Union Jack pada peringatan meninggalnya Queen Elizabeth II September lalu di sebuah masjid di London. Gadis ini adalah bagian dari komunitas muslim yang terus meningkat jumlahnya di Inggris. Data sensus penduduk yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional Inggris pada 2021 menunjukkan bahwa jumlah muslim di negeri ini meningkat sebanyak 44 persen selama 10 tahun terakhir.
Jumlah orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai muslim di Inggris dan Wales mencapai 6,5 persen atau 3,9 juta pada 2021. Padahal pada 2011 jumlahnya baru 4,9 persen atau 2,7 juta (Republika, 2-12-2022). Bahkan di Tower Hamlets, London Timur, populasi muslim mencapai 40 persen dari total penduduk.
Berkebalikan dengan jumlah umat Islam yang meningkat pesat, jumlah umat Nasrani justru kian turun. Di Inggris, jumlah orang yang mengidentifikasi dirinya beragama Kristen adalah 46,2 persen. Padahal pada 2011 jumlahnya mencapai 59,3 persen. Mirisnya, sebanyak 37,2 persen (22,2 juta) dari penduduk Inggris mengaku tidak beragama.
Tidak hanya jumlahnya yang menurun, kunjungan umat Nasrani ke gereja juga mengalami penurunan. Sebagaimana dilansir Arabic Post, pada saat Natal tahun lalu, banyak orang Inggris merayakan Natal dan berpesta, tetapi mereka tidak melakukan kebaktian di gereja. Sedangkan orang yang rutin ke gereja hanya sekitar 5 persen.
Sementara itu, Islam menjadi agama yang paling cepat berkembang di Inggris dan Wales. Hasil pergeseran komposisi penduduk ini adalah munculnya daerah mayoritas-minoritas, yaitu Birmingham, Leicester, dan Luton. Disebut demikian karena mayoritas penduduk tiga kota ini adalah kalangan minoritas.
Pertumbuhan jumlah muslim dan penurunan jumlah umat Kristen berdampak pada jumlah tempat ibadah. Pada 2017, Gatestone Institute melaporkan bahwa banyak gereja di London yang tutup dan sebagian diubah menjadi masjid. Misalnya Gereja Santo Peter di Cobridge yang tutup, lantas dibeli umat Islam dan diubah menjadi Masjid Madinah.
Pertumbuhan muslim yang pesat tidak hanya terjadi di Inggris, tetapi juga di negara-negara Eropa lainnya. Populasi muslim terbanyak di benua Eropa ada di Spanyol, Bosnia, Italia, Jerman, Prancis, dan Rusia. Pew Research memprediksi pada 2050 mendatang, muslim di Eropa mencapai 11 persen. Jumlah ini akan terus tumbuh karena faktor migrasi dan kelahiran. Eropa sendiri membutuhkan SDM para imigran karena jumlah penduduk Eropa yang lambat tumbuh dan didominasi usia dewasa (tua).
Banyaknya jumlah kaum muslimin di Eropa ini merupakan hal yang patut kita syukuri. Bagaimanapun, untuk mewujudkan kebangkitan Islam pada masa depan butuh sumber daya manusia. Jika banyak muslim di Eropa, tentu akan menjadi agen dakwah Islam di dunia Barat.
Apalagi mayoritas umat Islam di sana berusia muda, dengan tingkat kelahiran yang tinggi, jumlah muslim akan cepat meningkat dan didominasi pemuda usia produktif. Ini adalah aset yang besar untuk dakwah Islam. Namun, untuk bisa menjadi agen dakwah Islam, tidak bisa hanya bertumpu pada kekuatan jumlah, tetapi juga harus ditopang kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.
Ancaman Sekularisme
Alhamdulillah ada tokoh-tokoh muslim yang hebat di Inggris. Mereka melakukan dakwah Islam, meski ada ancaman Islamofobia. Di tengah tekanan terhadap Islam, dakwah tetap digaungkan.
Namun, sayangnya, mayoritas muslim Inggris justru berada dalam kondisi ekonomi yang kurang beruntung. Tercatat 39 persen muslim tinggal di daerah tertinggal. Sebanyak 61 persen muslim di Inggris dan Wales tinggal di 40 persen wilayah yang paling tertinggal. Hal ini tentu menjadi masalah serius yang butuh penyelesaian. Data statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan daerah tertinggal dengan banyaknya muslim yang mendiaminya.
Tidak hanya persoalan ekonomi, umat Islam di Inggris dan Eropa juga punya banyak catatan, salah satunya adalah sekularisme yang demikian kuat. Serangan sekularisme ini wajar adanya, karena Inggris adalah jantungnya kapitalisme, sebagaimana Amerika Serikat. Inggris konsisten menjaga nilai-nilai sekularisme, liberalisme, HAM, dll. melalui pendidikan, ekonomi, politik, media, dan sub sistem lainnya.
Pada akhirnya, sebagian muslim Inggris tidak menampakkan identitas Islam ideologis, yakni Islam kaffah. Bahkan, ada yang menampilkan profil sekuler yang luar biasa. Sebagai contoh, adanya pasangan gay muslim di Inggris yang melangsungkan perkawinan sejenis. Disebutkan bahwa komunitas gay muslim di Inggris makin meningkat beberapa tahun terakhir. Ini merupakan hal yang tragis. Para muda muslim yang seharusnya mendedikasikan potensinya untuk kebangkitan Islam dan kaum muslimin, tetapi justru terjerembab dalam kubangan sekularisme liberal.
Agenda Utama
Kondisi ini adalah PR besar bagi umat Islam di Inggris. Mereka tinggal di jantung sekularisme, maka sebagai muslim yang paham haramnya sekularisme, mereka harus memiliki daya tahan berupa keimanan yang kuat. Untuk itu, merupakan hal yang penting untuk mempelajari Islam secara pemikiran (fikriyah) sehingga bisa menjadi fondasi yang kukuh dalam mengarungi medan kehidupan Barat yang liberal. Kaum muslimin Inggris harus berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunah Rasul karena keduanya adalah tuntunan hidup bagi muslim di mana pun dia berada.
Muslim Inggris akan mengalami secara langsung pergulatan pemikiran antara Islam dengan kapitalisme demokrasi. Oleh karenanya, selain memahami Islam secara spiritual, penting juga untuk memahami Islam secara politis (siyasiyah) sehingga muslimin Inggris tidak terjebak dalam kiprah politik pragmatis ala demokrasi. Namun, mereka hendaknya bisa berpolitik secara Islami, yaitu dengan berjuang mewujudkan Islam kaffah sebagaimana yang Allah Swt. perintahkan dalam QS Al-Baqarah: 208,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."
Dengan demikian, orientasi politik mereka jelas, yaitu untuk penerapan Islam dan kemaslahatan kaum muslimin. Namun, penerapan Islam kaffah hanya bisa dilakukan oleh institusi Khilafah. Oleh karenanya, muslim Inggris hendaknya juga turut berkiprah dalam dakwah penegakan Khilafah. Bahkan, sejatinya, inilah agenda utama umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Khatimah
Islam pasti akan kembali menguasai Eropa. Sebagaimana dulu wilayah kaum muslimin menjangkau Eropa hingga gerbang Wina, Austria pada masa Utsmaniyah. Rasulullah saw. telah menyampaikan kabar gembira penaklukan kota Roma dalam sabda beliau saw., Abdullah bin Amr bin al-Ash berkata,
بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه و سلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم : أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية
"Ketika kami sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya, 'Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah?' Rasul menjawab, 'Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.' Yaitu Konstantinopel." (HR Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah, dan Al-Hakim)
Kelak kota Roma di Italia akan kaum muslimin taklukkan, ini adalah isyarat berkuasanya Islam di Benua Biru, Eropa, termasuk Inggris. Namun, kabar gembira dari Rasulullah saw. ini harus kita jemput, yaitu dengan dakwah untuk mewujudkan Khilafah. Wallahualam bissawab. []