Benarkah Yordania Pelindung Palestina?

”Jika serius melindungi Palestina, mereka tidak perlu banyak retorika, cukuplah dengan satu langkah praktis, yaitu mengirim pasukan untuk mengusir Israel dari bumi Palestina.”

Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Yordania tengah bersitegang dengan Israel. Raja Yordania, Abdullah II menyatakan siap bertempur jika Israel mengubah statusnya sebagai pelindung beberapa situs suci di Yerusalem, termasuk Masjidilaqsa. Raja Abdullah II mengaku khawatir Israel akan mengubah status Yordania sebagai wali (pelindung) sejumlah situs Islam.

Hubungan Yordania dengan Israel

Menyaksikan pernyataan Raja Abdullah II, kita tentu bertanya-tanya. Mengapa Raja Yordania mengeluarkan pernyataan yang demikian heroik? Apakah Yordania akan benar-benar memerangi Israel, sedangkan selama ini keduanya tampak berhubungan baik? Untuk mendapatkan jawabannya, kita butuh untuk menelusuri sejarah hubungan antara Yordania dan Israel, serta kaitannya dengan Palestina.

Palestina dan Yordania, bersama dengan Lebanon dan Suriah, dulu (pada masa Khilafah) merupakan satu wilayah yaitu Syam. Saat Khilafah masih tegak, wilayah Palestina berada dalam perlindungan Khilafah. Kekhalifahan Utsmaniyah mengirim pasukan untuk menjaga Masjidilaqsa dari serangan musuh. Penduduk Palestina, muslim maupun nonmuslim, merasakan kedamaian dan kemakmuran.

Pada 1924, Khilafah runtuh, perlindungan terhadap Masjidilaqsa pun tidak ada lagi. Negara-negara penjajah Barat membagi-bagi wilayah Khilafah. Berdasarkan perjanjian Sykes-Picot, Inggris dan Prancis membagi wilayah Utsmaniyah di jazirah Arab. Prancis mendapatkan Suriah dan Lebanon, sedangkan Inggris mendapatkan Irak dan Yordania.

Sementara itu, Palestina dijadikan wilayah internasional karena Deklarasi Balfour menjanjikan Palestina sebagai tempat berdirinya negara Yahudi. Dengan demikian, lahirnya negara Yordania adalah atas peran Inggris. Rezim yang berkuasa juga merupakan pihak yang berada dalam arahan Inggris.

Pada 1924, Dewan Tinggi Muslim Palestina menetapkan Sharif Hussein bin Ali (penguasa Kota Makkah yang kemudian pindah ke Yordania karena diserang Ibnu Saud) sebagai penjaga situs suci di Yerusalem, termasuk Masjidilaqsa. Alasannya, Sharif Hussein bin Ali merupakan keturunan ke-37 Rasulullah dari Bani Hasyim.

Pengkhianatan Yordania

Meski Raja Yordania ditetapkan sebagai penjaga Masjidilaqsa, realitasnya Yordania tidak menampakkan perlindungan pada Palestina. Pasca-Perang Enam Hari (1967) dengan Israel, Yordania kehilangan kendali atas wilayah Yerusalem Timur dan Tepi Barat pada 1988. Yordania bahkan melakukan perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994.

Saat itu, Perdana Menteri Yordania, Abdelsalam Majali bersama Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin bersepakat menghentikan permusuhan dan menjalin kerjasama. Kesepakatan ini dikenal sebagai Kesepakatan Lembah Arabah. Salah satu implikasinya adalah Israel mendapatkan hak penguasaan atas dua wilayah Yordania selama 25 tahun, yaitu Baqoura dan Ghumar. Dengan menguasai keduanya, Israel bisa mengeksploitasi lahan pertanian subur tersebut demi kepentingan Israel.

Kedua pihak lantas menandatangani Deklarasi Washington di Gedung Putih, di bawah arahan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton. Deklarasi tersebut meneguhkan perdamaian antara kedua pihak. Perjanjian ini menjadi tonggak normalisasi hubungan Yordania dengan Israel yang di kemudian hari diikuti negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab dan lain-lain.

Perjanjian damai itu adalah pengkhianatan Yordania terhadap muslim Palestina. Namun, pengkhianatannya tidak berhenti, bahkan terus berlanjut. Pada September 2016, Yordania membangun pipa gas sepanjang 90 km yang menghubungkan Yordania dengan Israel. Perusahaan listrik nasional Yordania telah menandatangani kerja sama dengan Nobel Energy, sebuah perusahaan minyak Yahudi.

Dengan menelusuri rangkaian sejarah tersebut tampak bahwa Yordania tidak pernah mengambil posisi yang berlawanan dengan Israel. Yordania bahkan berjabat tangan dengan Israel dalam sebuah perjanjian damai. Padahal, pada saat yang sama, Israel terus menumpahkan darah umat Islam Palestina dan mengusir mereka dari tempat tinggalnya. Yordania telah menandatangani perjanjian itu dengan "tinta merah darah kaum muslimin Palestina" yang seharusnya ia lindungi.

Motif di Balik Perseteruan

Melihat kemesraan Yordania dan Israel, kita tentu mempertanyakan motif di balik perseteruan yang ditampakkan kedua belah pihak. Media Ar-Rayah, pada tahun 2020, menulis pernyataan Netanyahu terkait hubungan Israel dengan Yordania, “Kita membantu Raja Yordania melalui jalan-jalan rahasia yang saya tidak yakin dapat disebut secara rinci, dan hal ini termasuk unsur penting bagi keamanan kita.”

Netanyahu juga mengatakan bahwa Yordania dan Mesir merupakan dua negara yang menandatangani kesepakatan damai dengan Israel. Dengan demikian, keberlangsungan dua perjanjian tersebut merupakan suatu kemaslahatan bagi Israel, agar dia memiliki kekuatan dari kedua wilayah Mesir dan Yordania yang bisa mencegah pendudukan wilayah oleh kaum muslimin dari sisi mana pun.

Dari pernyataan Netanyahu, tampak jelas bahwa Israel berusaha keras menjaga hubungan perdamaian dengan Yordania dan Mesir karena keduanya merupakan tetangga wilayah Palestina secara langsung. Oleh karenanya, keamanan dan stabilitas Israel sangat ditentukan oleh kesetiaan dua negara tersebut terhadap perjanjian damai.

Pernyataan heroik Raja Yordania sebenarnya adalah lip service saja. Karena hubungan Yordania dengan Israel tetap mesra. Adapun tujuan pernyataan itu adalah sebagaimana pernyataan seorang intelijen Yahudi, Eddie Cohen yang dikutip media Ar-Rayah, bahwa Benjamin Netanyahu memiliki target, “Memperbaiki citra sang Raja, dan bahwa masalah ini telah disepakati oleh kedua belah pihak dari kedua negara tersebut dan tidak akan memengaruhi kita (Israel) kalau Raja itu tampil akan tampak seolah dia adalah anak penakluk Al-Quds atau membebaskan Palestina seperti Shalahuddin (Al-Ayyubi)."

Cohen menandaskan bahwa dukungan terhadap Raja itu penting karena ditujukan untuk menenangkan suasana yang terjadi di Yordania. Yaitu mengukuhkan kestabilan yang terancam akan meledak dengan sangat besar. Juga karena terus berlangsungnya demonstrasi dan protes di Yordania. Artinya perseteruan Israel dan Yordania tersebut merupakan upaya membentuk kepercayaan publik Yordania terhadap sang Raja, bahwa dia adalah benar-benar pelindung Palestina sehingga harus didukung.

Khilafah Pelindung Hakiki Palestina

Pengkhianatan negeri-negeri muslim seperti Yordania, Mesir, dan lain-lain terhadap Palestina telah terang benderang. Jika serius melindungi Palestina, mereka tidak perlu banyak retorika, cukuplah dengan satu langkah praktis, yaitu mengirim pasukan untuk mengusir Israel dari bumi Palestina.

Solusi atas masalah Palestina hanya satu, yaitu hilangnya institusi Yahudi dari bumi Palestina. Hal tersebut hanya bisa terwujud dengan pengiriman pasukan muslim, bukan dengan perundingan, apalagi perjanjian damai.

Namun, pengiriman pasukan muslim untuk memerangi Yahudi hanya bisa dilakukan oleh negara yang independen sejak berdirinya. Bukan negara seperti Yordania dan Mesir yang berdirinya dibidani Inggris dan kini berada dalam arahan Amerika Serikat. Negara yang independen itu adalah negara yang menegakkan ideologi Islam, yaitu Khilafah.

Ketika berdiri, Khilafah akan segera mengerahkan pasukan muslim sedunia untuk menyerang Israel dan mengalahkannya. Kekalahan Yahudi merupakan perkara yang sudah Allah Swt. janjikan. Sabda Rasulullah saw.,

لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ، حَتَّى يَقُولَ الحَجَرُ مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْه

"Sungguh kalian pasti akan memerangi Yahudi sehingga kalian pasti akan membunuh mereka sampai batu pun berkata, 'Hai Muslim, ini orang Yahudi. Kemarilah bunuh dia!'” (HR Muslim)

Oleh karena itu, agenda utama umat Islam saat ini adalah mewujudkan negara Khilafah yang akan menjadi pelindung Palestina yang hakiki, sekaligus pelindung bagi seluruh negeri muslim lainnya. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ragil Rahayu (Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )
Ragil Rahayu S.E Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Tarif KRL Orang Miskin dan Kaya Bakal Beda, Kok Bisa?
Next
Sistem Rusak, Judi Online Marak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram