Banjir Imigran Muslim di Inggris, Pertanda Kebangkitan Islam?

”Kesenjangan ekonomi, kurangnya keterampilan, dan tingginya tuntutan kebutuhan hidup tak urung membuat para pengungsi ini lebih disibukkan masalah duniawi ketimbang berjuang menegakkan syariat.”

Oleh. Hesti Andyra
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Islam mulai berkembang di wilayah Eropa di masa kekhalifahan Bani Umayyah. Khalifah Khalid bin Abdul Walid memerintahkan Thariq bin Ziyad atas usulan Musa bin Nushair untuk menyebarkan Islam ke Semenanjung Andalusia yang saat itu dikuasai oleh Raja Ghaitasyah di tahun 711 M. Berbekal 7.000 pasukan, Thariq berhasil menaklukan Andalusia dan mendirikan pangkalan militer di sekitar Al Jazirah Al Khadhra (Green Land).

Keberhasilan penetrasi di wilayah Spanyol menjadi cikal bakal perkembangan Islam di Eropa, termasuk Rusia, Turki, Inggris, dan beberapa wilayah lainnya. Perkembangan umat Islam sempat mengalami penurunan drastis bersamaan dengan runtuhnya daulah terakhir, Turki Utsmani. Namun berkat semangat para pejuang dakwah serta rida Allah Swt. Islam mulai berkembang pesat kembali di kawasan Eropa, terutama Inggris.

Dikutip dari republika.co.id (15/1/2023) jumlah umat muslim di Inggris mencapai 3,9 juta orang di tahun 2021, sekitar 6,5 persen dari total populasi penduduk Inggris. Kenaikan ini ditengarai dipicu oleh dua hal yaitu banyaknya imigran dari negara-negara terdampak perang serta meningkatnya jumlah kelahiran di keluarga muslim. Di saat masyarakat sekuler marak mengusung gaya hidup childfree marriage, rata-rata keluarga imigran muslim memilki 3 sampai 5 orang anak. Tak heran jika pemeluk Islam meningkat sampai 44 persen selama 10 tahun terakhir.

Inggris Dibanjiri Imigran Terdampak Perang

Inggris menjadi bagian dari Uni Eropa pada 1 Januari 1973. Dengan demikian, Inggris terikat dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa termasuk kebijakan imigrasi dan free movement persons yang berimbas pada mudahnya akses memasuki wilayah Inggris. (kompasiana.com, 7/12/22)

Banjirnya imigran yang masuk ke Inggris tak urung berdampak pada berbagai permasalahan sosial terkait kriminalitas dan kesenjangan ekonomi yang akhirnya memicu Inggris mengajukan referendum untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa.

Jika ditelisik dari dasar, akar permasalahan yang menjadi penyebab banyaknya imigran muslim yang masuk ke Inggris adalah karena tidak stabilnya keamanan di negara asal. Perang yang berkecamuk di Tunisia, Libia, Ukraina, Suriah, Irak, Afganistan, dan Palestina serta harapan hidup di negara-negara Eropa yang makmur membuat rakyat berbondong-bondong meninggalkan daerah konflik. Ditambah lagi dengan fenomena Arab Spring di tahun 2011, yaitu serangkaian gelombang protes dan demonstrasi yang ditujukan untuk mengubah negara-negara Arab yang berhaluan autokrasi menjadi negara yang menerapkan demokrasi. Berbagai konflik dan kekerasan di wilayah Timur Tengah ini menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat. Akhirnya demi keselamatan hidup, mereka memutuskan mengungsi ke wilayah Eropa yang secara geografis tidak terlalu jauh dengan negara asal.

Bertahan Hidup di Negara Pengusung Kapitalis-Sekuler

Eropa terdiri dari berbagai negara yang mengusung ideologi kapitalis. Tak dapat dimungkiri, negara-negara yang menjadi tujuan utama para imigran muslim ini menerapkan sistem hidup yang jauh dari penerapan Islam dalam segala aspek kehidupan. Meskipun sudah dibanjiri imigran muslim, kondisi ini tidak menjamin para imigran akan leluasa menjalankan syariat dalam kehidupan sehari-hari. Kesenjangan ekonomi, kurangnya keterampilan, dan tingginya tuntutan kebutuhan hidup tak urung membuat para pengungsi ini lebih disibukkan masalah duniawi ketimbang berjuang menegakkan syariat.

Jumlah umat muslim yang terus bertambah seharusnya membuka mata negara-negara muslim untuk mulai memperhatikan kondisi saudaranya yang terpaksa menjadi imigran dan mengais rezeki di negara-negara kapitalis. Sudah waktunya pemerintah negara-negara Islam berbenah. Alih-alih saling bertikai sesama negara muslim, seharusnya mereka bersatu dan membuat berbagai kebijakan yang berujung pada penegakan syariat Islam di seluruh negara muslim sekaligus mengakhiri perang yang membumihanguskan kaum muslim.

Ibarat Satu Tubuh

Rasulullah saw. bersabda, ”Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Tak layak rasanya jika kita sekadar berempati terhadap penderitaan rakyat Palestina yang tanahnya direbut dan dikuasai zionis Israel. Tak cukup kiranya jika kita hanya melontarkan kecaman terhadap pemusnahan dan pengusiran etnis muslim Rohingya di Myanmar. Empati dan kecaman tidak lantas membuat umat Islam merdeka dari jajahan kaum kapitalis. Umat membutuhkan suatu pemerintahan yang bisa menjadi perisai, pelindung, dan periayah.

Jumlah umat Islam di dunia saat ini mencapai 1,91 miliar jiwa, seperti dilansir dari laman cnn.com (3/11/2022). Sebagai agama ke-2 terbesar di dunia, sudah seharusnya umat Islam bersatu dan memperjuangkan tegaknya syariat Islam dalam suatu daulah. Di bawah pemerintahan yang benar-benar menjalankan syariat Islam, umat muslim akan terlindungi dari eksploitasi kaum kapitalis. Daulah akan mengembalikan kehormatan dan kemuliaan umat Islam karena sesungguhnya kita adalah umat yang terbaik sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (TQS. Ali Imran : 110)

Khatimah

Sejak runtuhnya daulah Turki Utsmani di tahun 1924, sejak itu pula umat muslim hidup tercerai-berai menjadi negara-negara kecil yang mudah diintervensi kekuatan asing. Bahkan, negara dengan umat muslim sebagai mayoritas tidak luput dari penerapan sistem kapitalisme yang berujung pada eksploitasi ekonomi dan merebaknya korupsi. Semua ini terjadi karena syariat hanya diterapkan sebagian saja. Sebagai umat yang terbaik sudah waktunya kita meninggalkan sistem hidup kapitalis dan berjuang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Walahu’alam bisshowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hesti Andyra Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Bayang-Bayang Cuan di Balik Berita Viral
Next
Musibah, Nikmat yang Tak Beraroma
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

subhanallah, alhamdulillah... semoga kebangkitan Islam tak lama lagi..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram