"Pengunjung bisa memilih melakukan kamping atau menyewa homestay yang disediakan penduduk setempat. Tarifnya mulai Rp25.000 hingga Rp50.000 per orang untuk satu malam. Harga tersebut sudah termasuk satu kali makan, Guys. Gimana, tertarik?"
Oleh. Tina El Haq
(Tim Penulis Inti Narasipost.Com)
NarasiPost.Com-Guys, tahu 'kan kalau negeri kita memiliki banyak pemandangan alam yang indah? Tak hanya di pusat-pusat kota, tetapi di sudut-sudut desa terpencil sekalipun terdapat banyak keindahan alam yang eksotis. Keindahan alam tersebut ibarat "kepingan surga" yang merupakan karya Sang Maha Indah, yakni Allah Swt. Jika ada kesempatan, cobalah bercengkerama ke salah satu wilayah terpencil ini, tetapi menyimpan sejuta pesona. Tempat itu bernama Namu.
Panorama Namu
Desa Wisata Namu atau biasa disebut Desa Wisata Namu Bay merupakan salah satu desa terpencil yang masih sangat asri. Desa wisata ini terletak di Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Keindahan dan keasrian desa wisata yang satu ini sangat memesona dan pastinya memanjakan mata serta menyegarkan pikiran para wisatawan. Pasalnya, Desa Namu menyuguhkan keindahan lanskap air laut yang jernih dengan warna kebiruan serta ditemani hamparan pasir putih. Ditambah lagi dengan deretan pohon kelapa yang berjejer rapi di bibir pantai yang kian menambah eksotisnya suasana Namu.
Desa wisata ini memiliki beberapa pantai, yaitu Pantai Oloa, Pantai Wiawia, Pantai Namu, Pantai Pasir Panjang, Pantai Dusun Empat, juga tidak jauh dari Hutan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, danau, serta Air Terjun Pitu Ndengga. Selain memiliki pantai-pantai yang indah, terdapat pula wisata budaya (seperti tradisi adat istiadat setempat), kuliner unik (seperti Kabuto), serta berbagai kerajinan lokal.
Pantai-pantai indah Desa Namu terletak di Dusun 1, 3, dan 4. Pantai paling indah dan menjadi pusat wisata berada di Dusun 1. Di dusun ini, tepatnya dekat dermaga di sisi selatan menjadi daya tarik tersendiri. Misalnya saja saat air laut pasang, pasir putihnya akan tenggelam. Nah, ini menjadi kesempatan bagi para wisatawan yang hobi snorkeling. Sedangkan saat air laut surut, pasir panjang tampak membentang luas yang bisa dimanfaatkan untuk sekadar berjemur atau menjadi arena olah raga, seperti sepak bola atau voli pantai.
Bagi kamu yang hobi memotret tak perlu khawatir, sebab tidak jauh dari pasir panjang terdapat bebatuan alam berwarna hitam pekat (black stone) yang indah. Mungkin bisa dikatakan mirip Uluwatu, Bali, yang sangat bagus dijadikan lokasi pemotretan. Hamparan bebatuan alam tersebut juga terhubung dengan tanjung dan bebatuan berwarna merah (red stone). Hamparan bebatuan hitam dan merah tersebut ditumbuhi pohon mangrove dan cemara laut yang indah di kedua sisi-sisinya. Selain Dusun 1, keindahan laut juga bisa disaksikan di Dusun 3 dan 4. Tak hanya keindahan lautnya yang eksotis, pengunjung juga bisa menikmati danau biru yang sumber airnya berasal dari pegunungan Namu.
Apabila masih ingin berpetualang lebih jauh lagi, sekitar satu kilometer di punggung bukit Desa Namu, para pengunjung bisa menikmati sejuknya air terjun. Air terjun ini bernama Pitu Ndengga yang memiliki tinggi sekitar 12 meter. Dinamakan Pitu Ndengga karena air terjun ini memiliki tujuh undakan. Selain keindahan pantai dan air terjun, di sini juga masih banyak dijumpai satwa seperti anoa, rusa, kera hitam Sulawesi, elang Sulawesi, Rangkong, maupun babi hutan.
Tentang Namu
Namu merupakan sebuah desa terpencil yang dihuni oleh 481 jiwa dengan 121 keluarga. Mayoritas penduduk Namu adalah Suku Tolaki yang menggantungkan kehidupannya dari bertani dan melaut. Ketika musim barat misalnya, masyarakat ramai-ramai melaut karena laut cenderung teduh. Sedangkan saat musim timur tiba, masyarakat memilih bertani karena saat itu ombak kurang bersahabat.
Sebelum menjadi desa wisata yang banyak dikagumi masyarakat seperti saat ini, ternyata Namu memiliki cerita kelam. Dahulu, nelayan Desa Namu yang kebanyakan penduduk pesisir masih menggunakan bom untuk menangkap ikan. Sebelumnya mereka menggunakan pancing, tetapi setelah ramai penggunaan bom ikan yang berbahan pupuk urea dan amonium nitrat, mereka pun beramai-ramai menggunakannya. Walhasil bukan hanya ikan-ikan yang mati, tetapi terumbu karangnya pun mengalami kerusakan.
Fakta ini akhirnya membuat Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu, Susi Pudjiastuti turun tangan. Di hadapan para mahasiswa dan civitas academica Universitas Halu Oleo Kendari, dia mewanti-wanti agar masyarakat pesisir pantai di Sulawesi Tenggara (Sultra) tidak lagi menggunakan bom ikan. Akibat penggunaan bom ikan secara masif, kerusakan terumbu karang di Namu bahkan mencapai 70 persen. Namun, ini kisah di masa lalu, Guys, sebelum desa ini menjadi desa wisata yang mengagumkan.
Akses ke Namu
Meski masih berada di daratan Konawe Selatan, akses ke Desa Wisata Namu hanya bisa dilalui dengan satu jalur, yakni laut. Untuk mencapai wilayah ini, para pengunjung harus melalui Pelabuhan Rakyat, Desa Langgapulu, Kecamatan Kolono Timur. Waktu penyeberangan yang ditempuh untuk sampai ke Namu sekitar 30 menit. Pelabuhan Langgapulu sendiri berjarak sekitar 95 kilometer dari Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam.
Biaya penyeberangan dari Pelabuhan Langgapulu menuju Namu sangat aman di kantong, lho! Dengan kapasitas 6 sampai 9 orang, harga sewa yang dikeluarkan hanya sekitar Rp500.000, yang sudah termasuk jasa antar-jemput para wisatawan. Soal penginapan, wah dijamin tidak akan menguras isi dompet. Pengunjung bisa memilih melakukan kamping atau menyewa homestay yang disediakan penduduk setempat. Tarifnya mulai Rp25.000 hingga Rp50.000 per orang untuk satu malam. Harga tersebut sudah termasuk satu kali makan, Guys. Gimana, tertarik?
Mengambil Pelajaran
Guys, berpetualang di tempat-tempat wisata tidaklah terlarang selama tetap berada dalam koridor syariat. Artinya, tidak berwisata atau mengunjungi tempat-tempat yang terlarang atau terdapat keharaman di dalamnya. Dalam kitab Al-Mu'jam Al-Wasith [469], dijelaskan bahwa berwisata yaitu menunjukkan berjalan-jalan ke suatu negara untuk rekreasi atau melihat-lihat, mencari dan menyaksikan (sesuatu) atau semisal itu. Bukan untuk mengais (rezeki), bekerja, dan menetap.
Salah satu hikmah berwisata adalah merenungi keindahan ciptaan Allah Swt. Menikmati indahnya pemandangan alam nan agung dilakukan untuk menguatkan keimanan terhadap ke-Esaan Allah, serta menjadi motivasi untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah di muka bumi. Selain itu, berkunjung ke tempat-tempat wisata hendaknya dapat mengambil pelajaran dan peringatan. Sebagaimana tertuang dalam surah Al-An'am ayat 11, "Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu."
Guys, refreshing mata dengan melihat pemandangan yang indah-indah memang menyenangkan. Tetapi, refreshing jiwa juga perlu untuk memulai semangat kerja yang baru. So, jadikan setiap wisata yang kita lakukan benar-benar bernilai ibadah ya.
Wallahu a'lam[]