“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya …” (TQS. Al-Mulk ayat 15)
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tidak salah memberi nama "payung" yang maknanya pelindung untuk sebuah desa di Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka dengan luas wilayah 12,5 km², jumlah penduduknya yang dikutip dari Wikipedia, berjumlah kurang lebih 4.978 jiwa, terdiri dari 2.504 laki-laki, dan 2.474 perempuan. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani dengan komoditas unggulannya berupa padi, kol, dan sawi putih.
Desa Payung berbatasan langsung di sebelah utara dengan Desa Sindangpano, sedangkan selatannya adalah Gunung Ciremai, mungkin karena itulah dinamakan payung, sebagai wilayah yang memayungi desa lainnya dari ujung selatan. Di sebelah timurnya, ada Desa Bantaragung yang termasuk wilayah Kecamatan Sindangwangi, dan sebelah barat adalah Desa Teja yang masih menjadi bagian Kecamatan Rajagaluh.
Desa Payung, rupanya memiliki pesona alam tersendiri dan telah lama menjadi rahasia tersembunyi di antara hamparan alam yang masih hijau yang berbatasan langsung dengan kaki gunung Ciremai. Tidak mengherankan, di sana terdapat juga perkebunan teh, yaitu di Sadarehe. Yang menarik, ada jenis tanaman yang sering digunakan untuk produk minuman, yaitu sari buah kapundung, atau yang lebih dikenal dengan buah menteng.
Saya berkesempatan mengunjungi desa tersebut pada hari Ahad, 1 Oktober 2023, dan mengamati tanaman kepundung yang tumbuh tinggi seperti pohon Jamblang. Jika sudah musimnya, kepundung menjadi buah yang dicari banyak orang karena rasanya yang khas, kecut tapi ada manis-manisnya. Di Desa Payung terdapat perpaduan harmonis antara keindahan alam yang masih utuh, mata air yang mengalir jernih, kehidupan ternak, dan masyarakat yang kental dengan nilai-nilai religius.
Pesona Hutan yang Natural
Ketika pertama kali tiba di Desa Payung, saya segera terpesona oleh rimbunnya pohon di pinggiran jalan beraspal yang seolah membelah hutan. Hutannya yang masih alami menjadi latar belakang sempurna untuk desa ini. Desa Payung memiliki ekosistem yang seimbang, dengan berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang hidup secara harmoni.
Salah satu daya tarik utama adalah hutan bambu yang cukup luas. Namun, sayang di musim kemarau kadang terjadi kebakaran hutan karena kelalaian orang membuang puntung rokok atau percikan api lainnya. Sebagaimana diketahui, desa ini kini telah menjadi desa wisata sebagai tujuan wisatawan lokal atau domestik. Setidaknya ada dua destinasi wisata di sana, yaitu Situ Janawi dan wisata arung jeram sungai Cikadongdong.
Akses jalan ke tempat wisata tersebut telah beraspal mulus, meskipun harus hati-hati karena berkelok-kelok. Namun, rasa lelah itu akan terobati karena sepanjang jalan dapat disaksikan panorama terasering sawah dan rimbunnya pohon, angin lembut yang berembus memberikan rasa tenang dan damai. Kadang juga dijumpai hewan jenis kucing hutan melintas jalan.
Mata Air yang Mengalir Jernih
Desa Payung juga diberkahi dengan mata air yang mengalir jernih dan sungai kecil yang membelah desa. Mata air ini menjadi sumber kehidupan bagi penduduk desa, memberikan air bersih untuk minum dan irigasi pertanian mereka. Masyarakat setempat sangat menjaga kebersihan mata air ini, tidak mengherankan desa tersebut mulai banyak dilirik investor untuk dijadikan primadona desa wisata.
Salah satu sungai kecil di desa ini yang menjadi tempat rekreasi populer bagi penduduk setempat adalah Sungai Cikadongdong. Di sini cukup banyak pengunjungnya terutama pada akhir pekan, anak-anak atau remaja bisa bermain arung jeram di sungai yang bening, sementara orang dewasa duduk di bangku-bangku pinggir sungai menikmati keindahan alam sambil berbincang-bincang.
Kehidupan Masyarakat yang Religius
Selain pesona alamnya, kehidupan masyarakat di Desa Payung juga terbilang masih mencirikan kehidupan beragama yang kuat. Mayoritas penduduk desa ini adalah muslim yang taat. Saya berkesempatan menghadiri salah satu kegiatan keagamaan mereka di masjid desa, di mana mereka berkumpul untuk berdoa dan mengaji bersama. Kehadiran dalam kegiatan ini memberikan wawasan yang dalam tentang betapa pentingnya agama dalam kehidupan mereka.
Penduduk Desa Payung juga dikenal dengan keramahtamahannya. Selama melakukan perjalanan di sana banyak masyarakat yang menyapa, menurut tokoh masyarakat setempat, H. Jeje Jaelani, menyebutkan bahwa masyarakat di sana masih "guyub" (antusias) jika ada acara kajian agama. Tokoh ulama di sana terbilang sangat dihormati. Mereka senang berbagi cerita tentang kehidupan mereka, tradisi mereka, dan keindahan alam di sekitar mereka.
Hikmah Perjalanan
Sungguh sebuah perjalanan yang banyak hikmah tentang pesona ekosistem alam yang berpadu dengan pesona keramahtamahan penduduk setempat. Teringat sebuah ayat Allah Swt. dalam QS. Al-Mulk ayat 15. “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya …"
Pun dalam QS. Al-Hajj:46, Allah Swt. memerintahkan kita untuk berjalan di muka bumi untuk memahami kehidupan, telinga untuk mendengar, dan mata kita untuk melihat, terutama mata hati kita agar mampu melihat betapa Maha Besarnya kekuasaan Allah Swt.
Saya terpesona oleh keindahan ekosistem alamnya, mata air yang mengalir jernih dan kehidupan masyarakatnya yang religius. Desa ini adalah contoh nyata bahwa manusia dan alam bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Semoga pesona Desa Payung tetap terjaga untuk generasi mendatang, dan menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjaga dan merawat alam serta nilai-nilai kultural yang kental dengan nilai ketakwaan sebagai insan yang beriman kepada Allah Swt.
Wallahu'alam bish Shawaab.[]
Desa yang adem dan asri kayaknya. Indonesia memang kaya dengan desa-desa wisatanya, di tempatku juga ada.
Ya nanti main ke desamu hehe
Pagi2 sudah diajak jalan-jalan penulis, Alhamdulillah.
Baraakallah Pak Maman.
Membaca tulisan Pak Maman, terbayang betapa elok dan mempesonnya Desa Payung. Tapi sayang jaraknya yang jauh dari tempat tinggalku, mungkin untuk sampai ke sana hanya bisa aku bayangkan.
40 menit berkendara motor dari rumahku...ayo main sini
Jika akses bagus, biasanya tempat-tempat seperti ini disasar jadi obyek wisata yang ujungnya merusak ekosistem dan membawa racun budaya. Semoga desa ini tetap terjaga sebagaimana namanya, memayungi warganya terutama dari ancaman sekuler dan pemburu cuan.
Ya benar sekarang tiap akhir pekan banyak dikunjungi orang orang kota bahkan mulai banyak dibangun homestay