“Memanfaatkan family time dengan mengunjungi destinasi wisata lokal akan mendekatkan kita kepada kehidupan riil masyarakat di sekitar lokasi tersebut, sehingga bisa menjadi salah satu cara membangun kepekaan sosial pada anggota keluarga.”
Oleh. Putri Achmad
NarasiPost.Com-Belajar dari pengalaman sebelum kami hijrah ke Banten, kami ingin memanfaatkan momen berharga melalui family time untuk mengunjungi destinasi wisata lokal. Baik berupa lokasi-lokasi bersejarah ataupun tempat-tempat indah yang bisa mengajarkan sesuatu berharga dalam kehidupan.
Qadarullah, kami diberikan jalan oleh Allah Swt. saat ini bermukim di Banten. Alhamdulillah bisa lebih dekat dengan orang tua kami. Bersamaan dengan datangnya masa pandemi, akhirnya kami mencoba merancang family time. Salah satunya jalan-jalan mengunjungai destinasi wisata terdekat. Ya, situasi pandemi dengan PPKM membuat masyarakat benar-benar dibatasi dalam aktivitas keseharian. Namun, kami coba tetap memanfaatkan kondisi ini untuk merancang family time yang berkesan dan berkualitas, terutama bagi anak-anak. Ya, si sulung dan adik-adiknya.
Mengambil waktu jalan-jalan bukan di akhir pekan atau saat hari libur sudah menjadi kebiasaan keluarga kami. Hal ini pastinya menjadi ‘sesuatu’ banget bagi keluarga kami. Waktu untuk menikmati kebersamaan di luar rumah lebih terasa karena tidak banyak keramaian yang kami dapati sebagaimana di hari libur. Serasa tempat yang kami kunjungi adalah milik sendiri, he he.
Menjelang akhir bulan lalu, kami sekeluarga diberi kesempatan oleh Allah Swt. untuk mengunjungi sebuah keluarga yang cukup istimewa bagi kami. Letak tempat tinggal keluarga ini ada di salah satu kabupaten di Banten. Berhubung keluarga kami didominasi para krucil, setelah selesai berkunjung ke rumah mereka, ya lazimnya harus ada jalan-jalan, walaupun, judulnya hanya mampir sambil bergerak pulang menuju ke kediaman kami. Alhamdulillah, kami bisa menyempatkan bermain air di sebuah destinasi wisata kolam mata air yang cukup terkenal di wilayah Banten. Sebuah wisata mata air yang kami kunjungi merupakan salah satu situs purbakala yang konon katanya berusia ribuan tahun.
Masya Allah, walau umurnya sangat tua, namun kualitas airnya sangat jernih. Jalan setapak menuju kolam ini pun terdapat aliran air kanan dan kiri yang sangat jernih. Wajar, jika masyarakat sekitar menjadikan mata air tersebut sebagai salah satu sumber air yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Semoga tidak ada perusahaan air minum kemasan yang mengambil alih mata air ini menjadi sumber cuan bagi mereka. Huff…
Sambil menemani si sulung menikmati alam sekitar lokasi mata air, kujelaskan padanya tentang apa yang tampak di sekitar lokasi wisata tersebut. Sedari tadi anak-anakku yang balita dan kakaknya yang masih SD sibuk bolak-balik membeli makanan ringan di saung (pengganti warung untuk berjualan makanan dan minuman ringan) yang banyak terdapat di area kolam mata air tersebut. Ya, inilah yang kusampaikan pada anakku yang mulai beranjak dewasa. Kuminta ia mengamati saung-saung yang ada, begitu juga kuminta ia perhatikan para bapak yang menyewakan pelampung. Inilah realita masyarakat di sekitar tempat wisata, tetap belum sejahtera. Kusampaikan kepada si sulung dengan kalimat-kalimat yang mudah ia pahami. Semoga kelak, ia akan bermanfaat bagi umat dengan ilmu dan pengetahuan yang ia miliki.
Sebagaimana kebiasaan yang ada, perbaikan ekonomi menjadi hal utama yang sering dijanjikan kepada masyarakat sekitar destinasi wisata. Mungkin, ini pula yang diharapkan oleh warga sekitar kolam mata air ini. Mereka ingin mengubah nasib. Berharap bisa menambah penghasilan dari adanya destinasi wisata sekitar tempat tinggal mereka. Tak jarang, para pejabat daerahlah yang mengiming-imingi mereka dengan sesumbar bahwa perekonomian warga akan berangsur-angsur membaik bersamaan dengan semakin ramainya pengunjung lokasi tersebut.
Pun demikian saat kami meneruskan perjalanan menuju rumah. Kami sengaja melewati jalur pantai. Sepanjang kawasan pantai Carita, Anyer ada banyak destinasi wisata pantai dengan berbagai pilihan. Jika suka bermain di pantai yang landai, ada. Mau puas bermain di kelilingi bebatuan karang sambil mengamati biota yang ada di sekitarnya atau hanya ingin memandang luasnya lautan disertai deburan ombak di pantai. Ya, sekadar melepas kepenatan setelah lelah terpenjara PPKM yang tak jelas kapan berakhir. Hehe…
Kami pilih salah satu pantai di daerah desa Sukarame. Suasananya sepi, serasa pantai milik sendiri. Hanya ada dua orang yang tampak saat kami memasuki wilayah pantai tersebut. Seorang pria penjaga kafe dan seorang ibu yang bertugas membersihkan tempat tersebut.
Puas bermain air dan berendam di kolam mata air, kami lanjutkan perjalanan melewati daerah pantai Carita. Sepanjang jalan tak lepas mata ini memandang indahnya lautan di sisi kiri. Kami pun berhenti sejejnak di salah satu kawasan wisata pantai Carita di mana di pantainya terhampar bebatuan karang yang indah. Bermain-main di atas hamparan batu karang tentu memberikan sensasi tersendiri bagi para bocil, tak terkecuali yang dewasa. Apalagi, di sekitar lokasi sudah disediakan juga ayunan yang dipasang di antara batu-batu karang. Kita bisa sekaligus mengajak anak-anak untuk mengamati biota-biota laut di antara batu-batu karang.
Sayang, keindahan pantai dan hamparan batu karangnya sedikit terganggu dengan adanya sampah-sampah plastik dan botol. Tak sedikit sampah yang tersangkut di antara bebatuan karang. Ya, sudah bisa dipastikan ini ulah para pengunjung pantai. Bagaimana bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar, jika adab yang paling ringan saja, yaitu membuang sampah pada tempatnya enggan dilakukan, belum menjadi sebuah kebiasaan. Padahal, pengelola lokasi tersebut sudah banyak menyediakan tempat sampah di area itu. Apa susahnya bagi kita untuk membuang sampah di tempat sampah terdekat? Toh, tidak harus berjalan ratusan meter untuk menjangkaunya. Hmm, bicara mental memang tidak bisa singkat dibahas. Baiknya, saya bahas di tulisan berikutnya saja.
Sebelum menuju rumah, kami sempatkan berpamitan kepada bapak si penjaga kafe dan ibu yang merawat kebersihan pantai tersebut. Pesan singkat, namun dalam maknanya disampaikan sang penjaga kafe kepada kami, “ajak teman-temannya kesini, ya!”, kira-kira seperti itulah pesannya. Sambil melambaikan tangan kepada kami, ia tersenyum penuh harap. Bukan pandemi yang menyebabkan orang-orang seperti kami, rakyat kecil bertambah berat memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari. Namun, itu semua terjadi akibat para penguasa negeri-negeri muslim saat ini enggan untuk mengurus kami. Ya, mengurus rakyatnya sesuai dengan kehendak Allah Swt, Zat yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk manusia, meskipun manusia adalah ciptaan-Nya yang paling sempurna.[]
Photo : Koleksi Pribadi