Menyelami 'Surga' Bawah Laut Wakatobi

"Awalnya, Wakatobi merupakan kawasan konservasi laut berdasarkan survei yang dilakukan Dirjen Kehutanan dan Konservasi Alam. Melalui survei tersebut, akhirnya terungkap bahwa Wakatobi mempunyai kekayaan laut yang melimpah. Kemudian pada Juli 1996, Kepulauan Wakatobi diubah namanya menjadi Taman Nasional Wakatobi."

Oleh. Tina el Haq
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Siapa yang tak suka mengagumi dan menjelajahi indahnya ciptaan Sang Pencipta di bumi ini? Jawabnya, pasti semua orang menyukainya. Bahkan, sebagian orang rela menempuh jarak hingga ribuan mil demi mendatangi tempat wisata impiannya. Untukmu yang hobi menjelajahi tempat-tempat wisata, sanggraloka yang satu ini layak untuk dipertimbangkan sebagai tempat tujuan. Namanya Wakatobi.

Wakatobi merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Nama Wakatobi sendiri merupakan akronim dari empat pulau utama di kabupaten tersebut, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Selain empat pulau utama, terdapat pula pulau-pulau kecil di sekitarnya. Ada Pulau Hoga, Kapota, Anano, dan Rundumana. So, jika kamu mengaku hobi traveling, fotografi, ataupun menyelam, maka tidak salah jika menjadikan Wakatobi sebagai salah satu tujuan terbaik.

Keindahan Dasar Lautnya

Wakatobi dijuluki sebagai 'surga bawah laut' karena keindahan dasar lautnya yang memesona. Kabupaten di Sulawesi Tenggara ini memiliki luas 1,38 juta hektare yang 90 persennya merupakan laut yang kaya. Soal keindahannya, tak perlu ditanya. Pantai-pantai di sekelilingnya sangat cantik, pasirnya halus, warna air lautnya jernih dan biru kehijauan, serta keindahan bawah lautnya pun paling juara.

Tak hanya cantik, kekayaan bawah lautnya pun dijamin membuat kamu terpana. Di bawah lautnya ada 750 spesies karang dari 850 spesies yang ada di dunia. Ini merupakan jumlah terbesar, mengingat spesies karang yang ada di Laut Merah hanya ada 200 spesies saja. Bahkan, Karibia hanya memiliki 70 spesies karang di bawah lautnya. Maka tak heran jika gelar taman laut terbaik di dunia menjadi milik Wakatobi.

Kawasan ini pun berada di pusat segitiga karang dunia (The Heart of Coral Triangle Centre), yakni wilayah yang memiliki beraneka ragam terumbu karang dan keanekaragaman hayati lainnya termasuk ikan terbanyak di dunia. Wilayah tersebut meliputi Filipina, Indonesia, hingga Kepulauan Solomon. Dengan keindahan yang luar biasa tersebut, kamu dijamin tak akan menyesal berkunjung ke Wakatobi.

Bagi pecinta diving, ada banyak titik penyelaman yang mudah diakses. Pertama, House Reef yang bisa dinikmati dengan peralatan snorkeling standar. Letaknya pun tidak jauh dari resort menyelam. Kedua, Cornucopia yang terletak di sekitar Pulau Tomia. Di titik ini kamu bisa menyaksikan terumbu karang yang menyerupai dinding vertikal. Kedalamannya sekitar 20 sampai 55 meter. Ketiga, Coral Garden yang merupakan tempat menampung bermacam terumbu karang dan kehidupan bawah laut yang menawan. Keempat, Roma yang akan membuat kamu menyaksikan keindahan surga bawah laut dengan warna-warni terumbu karangnya.

Sedangkan bagi kamu pecinta snorkeling, maka titik favorit yang mudah diakses berada di Pantai Waha dan Sombu. Dari kedua lokasi tersebut, pengunjung bisa menikmati hamparan terumbu karang yang hanya beberapa meter saja dari bibir pantai. Cukup berenang di kedalaman dua sampai lima meter, kamu sudah bisa menikmati warna-warni terumbu karang. Pemandangan bawah laut pun semakin indah karena dihiasi dengan ikan nemo (clown fish) yang lincah berenang ke sana kemari. Di titik yang lebih dalam, bila beruntung kamu bisa mengamati hiu.

Jika tak bisa diving maupun snorkeling, maka jangan khawatir karena kamu bisa sekadar bercanda ria dengan lumba-lumba yang sesekali mencuat di permukaan. Salah satu tempat terbaik untuk melihat lumba-lumba terletak di Pelabuhan Mola Raya. Dengan perahu sewaan, kamu dapat menempuhnya selama dua puluh menit dari Kota Wanci, Wangi-Wangi.

Wisata Sejarah

Tidak hanya keindahan bawah lautnya yang eksotis, Wakatobi juga memiliki berbagai situs peninggalan sejarah yang bisa kamu kunjungi. Tahukah kamu, wilayah ini merupakan satu dari empat basis pertahanan terluar Kesultanan Buton yang pernah berjaya di abad ke-16 dan 17 Masehi. Kamu dapat menyaksikan jejak dari 35 benteng pertahanan yang tersusun dari batuan yang menyerupai karang.

Salah satu situs yang wajib dikunjungi adalah Benteng Keraton Liya di Pulau Wangi-Wangi, yang sampai saat ini masih berdiri kokoh. Benteng tersebut terbuat dari susunan batu kapur yang kokoh dan sangat rapi, terbentang sepanjang tiga puluh hektare. Benteng ini pun ditengarai berbeda dengan benteng buatan kolonial (Vredeburg) yang berada di Yogyakarta ataupun Benteng Marlborough yang ada di Bengkulu.

Benteng Liya terdiri dari empat lapis dengan dua belas lawa (pintu). Pintu-pintu tersebut berfungsi sebagai interaksi antara masyarakat kerajaan dengan lingkungan sekitarnya. Keberadaan Benteng Liya tidak lepas dari sejarah kemasyhuran Kesultanan Buton. Jika kamu masuk ke dalam benteng, maka akan didapati sebuah masjid tua yang dibangun pada 1546 Masehi atau sekitar delapan tahun setelah pengangkatan Sultan Buton yang pertama, yakni Sultan Murhum pada tahun 1538 Masehi.

Nah, bagi yang ingin menapaki jejak sejarah Kesultanan Buton, kamu bisa mengunjungi Pulau Wangi-Wangi, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Benteng Keraton Liya dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar sepuluh kilometer dari pusat kota. Sembari naik kendaraan, kamu bisa menyaksikan aktivitas keseharian masyarakat Wangi-Wangi yang sebagiannya berprofesi sebagai nelayan.

Sejarah Taman Nasional Wakatobi

Tak lengkap rasanya berselancar di 'surga' bawah laut Wakatobi tanpa mengetahui sejarahnya. Jadi, pembentukan Taman Nasional Wakatobi sebenarnya sudah dimulai sejak 1989 silam. Awalnya, Wakatobi merupakan kawasan konservasi laut berdasarkan survei yang dilakukan Dirjen Kehutanan dan Konservasi Alam. Melalui survei tersebut, akhirnya terungkap bahwa Wakatobi mempunyai kekayaan laut yang melimpah. Kemudian pada Juli 1996, Kepulauan Wakatobi diubah namanya menjadi Taman Nasional Wakatobi dan secara resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional Wakatobi pada tahun 2002 lalu.

Kepulauan ini terletak di pertemuan antara Laut Banda dan Laut Flores. Nama Wakatobi yang merupakan gabungan dari empat pulau besar juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi. Sebab, sejak dahulu masyarakat di kepulauan ini sudah dikenal sebagai pandai besi yang menyuplai berbagai kebutuhan rumah tangga dan alat-alat perang bagi Kerajaan Buton dan sekitarnya.

Fasilitas

Buat kamu yang berniat menghabiskan beberapa hari untuk berwisata, maka tak perlu khawatir. Wakatobi telah dikenal sebagai objek wisata internasional. Oleh karena itu, berbagai fasilitas akan memudahkan para wisatawan. Mulai dari fasilitas jalan yang layak, kendaraan angkutan (taksi) yang lumayan banyak, tempat makan, hingga harga penginapan yang cukup terjangkau.

Jika kantongmu cekak, maka tak perlu risau. Kamu bisa memilih penginapan sesuai isi kantongmu. Harga penginapannya pun bervariasi, mulai dari Rp300 ribu sampai Rp500 ribu per malamnya. Kemudian kamu bisa menapaki keindahan bawah dan atas laut Wakatobi.

Ibrah

Sejatinya, alam dan seluruh keindahannya adalah anugerah sekaligus titipan Allah Swt. yang harus dirawat dan dilestarikan, baik di darat maupun lautan. Allah telah menciptakan itu semua agar bisa dimanfaatkan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bukan justru dirusak dan dieksploitasi demi memenuhi syahwat dan kerakusan pihak-pihak tertentu.

Selain itu, kecintaan dan kesenangan manusia kepada sesuatu tidak boleh melalaikan tugas manusia di bumi, yakni sebagai hamba Allah. Lihatlah betapa banyak manusia yang lalai dari perintah Allah Swt. hanya demi mengejar hobi dan kesenangannya. Banyak pula yang rela menghabiskan dana hingga jutaan rupiah demi menjelajahi tempat-tempat wisata yang menarik hati, tetapi meninggalkan Allah dalam aktivitasnya.

Mengunjungi tempat wisata yang indah sampai merogoh kocek lebih banyak memang memiliki kepuasan tersendiri. Namun, hal ini bukanlah keharusan apalagi sampai memaksakan diri. Bagi seorang muslim, mengagumi keagungan ciptaan Allah Swt. bahkan bisa dilakukan tanpa pergi ke mana pun.

Misalnya saja dengan memikirkan apa yang ada pada dirinya, mengamati bulan, matahari, bergantinya siang dan malam, dan sebagainya. Allah Swt. pun berfirman dalam surah Ali Imran ayat 190, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal."

So, berwisatalah jika memang butuh, namun tetap membawa Allah dalam setiap langkah kita. Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Paradoks di Balik Penghargaan IRRI
Next
Kleptomania, Berbahayakah Ia?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram