Sydney Rasa Kota Santri

"Lakemba, salah satu kawasan di Sydney yang merupakan basisnya kaum muslimim.Lokasinya hanya sekitar 12 km dari daerah pusat bisnis kota Sydney (Central Business District) dan masuk wilayah pemerintahan lokal City of Canterbury-Bankstown."

Oleh : Hazimah Wangi

NarasiPost.Com-Teringat ucapan Buya Hamka, "kita hanya dipertemukan dengan apa yang kita cari." (perkarahati.com). Maknanya, meskipun kita berada di kota sereligius apapun, jika yang ingin dicari adalah hal-hal yang buruk, seperti tempat perjudian, rumah bordir, kafe penjual minuman keras, dan yang sejenisnya, tentu itulah yang akan ditemukan. Begitu pula sebaliknya, sebejat-bejatnya sebuah kota, jika yang dicari adalah hal-hal yang baik, misalnya masjid, saudara-saudara seiman, muslimah yang tertutup rapi, makanan dan minuman halal, dan sebagainya, inshaAllah itu jua yang akan didapatkan. Maka, hati-hati pasang niat ketika akan mengunjungi suatu tempat.

Demikian jugalah kiranya yang saya dapatkan. Dulu, pertama kali menginjakkan kaki di benua kangguru ini tentunya ada kekhawatiran yang sangat beralasan. Sebab negara ini jumlah penduduk muslimnya minoritas, tak lebih dari 3% dari total jumlah penduduknya, atau berkisar 604.200 dari 25 juta orang, tersebar di seluruh penjuru daratan Australia (sbs.com.au). Tentu saja hal ini cukup membuat hati merasa kurang aman dan tentram. Bayangan islamophobia, rasisme, perlakuan buruk terhadap identitas muslimah, seringkali menggelayut dalam imajinasi. Begitu pula hal-hal mengenai makanan, minuman, shopping dan halal haramnya makanan, turut menambah beban pikiran. Namun ternyata di luar dugaan, tinggal di kota Sydney berasa hidup di kota santri!

Lakemba, Jantung Kehidupan Muslim di Metropolitan Sydney

Urusan tempat tinggal, hal paling utama yang menjadi pertimbangan adalah tempat komunitas muslim terbesar yang ada di kota metropolitan Sydney ini bermukin. Lakemba! Hampir semua orang, muslim ataupun non muslim mengenal atau pernah mendengar daerah ini.
Lakemba merupakan sebuah daerah (Suburb) yang terletak di Barat Daya (South West) Sydney, Negara bagian (State) New South Wales, Australia. Lokasinya hanya sekitar 12 km dari daerah pusat bisnis kota Sydney (Central Business District) dan masuk wilayah pemerintahan lokal City of Canterbury-Bankstown.
Pada pertengahan abad 20, wilayah ini didominasi oleh pendatang dari Yunani dan Italia. Namun di tahun 1970-an, Lakemba lebih dikenal sebagai pusat imigran dari Libanon. Kemudian sejak tahun 1990-an, daerah ini diakui sebagai pusat kehidupan Muslim Libanon, apalagi setelah berdirinya Masjid Lakemba (Masjid Ali bin Abi Thalib) yang merupakan masjid terbesar di Sydney, yang mulai dibangun pasa tahun 1970-an. Kemudian bermunculan pusat perbelanjaan, pertokoan dan restoran yang awalnya didominasi oleh Muslim Arab. Pada perkembangan berikutnya, wilayah ini dibanjiri oleh muslim Bangladesh, Pakistan dan India. (Wikipedia.org)

Berdasarkan sensus tahun 2016, jumlah penduduk Suburb Lakemba ini adalah 17.023 orang. Angka ini paling tinggi ditempati oleh orang Bangladesh (12,9%), Libanon (7,7%), Australia (6,7%), India (6,6%0), dan Pakistan (6,0%). Sisanya adalah orang Asia, seperti Cina, Taiwan, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Dari sisi agama, maka Islam adalah agama yang paling banyak dianut (59,2%), kemudian Katolik (10,3%), tidak menyatakan agama apapun (8,5%), tidak beragama (6,5%) dan Orthodox Timur (5,1%) (quickstats.censusdata.abs.gov.au).

Maka tidak disangsikan lagi, Lakemba bisa dikatakan serambi Mekahnya Australia. Menetap di sini serasa hidup di kota santri. Wilayah yang diapit oleh dua jalan utama, Punchbowl Road dan Canterbury Road, serta dibelah oleh dua jalan lokal, Lakemba street dan Haldon street, ini merupakan surganya muslim di kota Sydney. Selain masjid utama (Masjid Lakemba) berdiri pula enam masjid lainnya, termasuk masjid orang Indonesia. Ditambah dengan puluhan restoran halal dengan aneka ragam masakan dari berbagai negara, halal butchery, toko-toko groceries yang menyediakan semua jenis barang dan makanan import (dari Asia, India dan Arab), toko-toko pakaian muslim, peralatan ibadah, dan buku-buku Islam. Demikian juga, banyak berdiri lembaga kursus Al-Qur'an, bahasa Arab, Islamic studies, dan childcare berbasis Islam.

Pemandangan muslimah dengan pakaian syar’i bercadar bukan lagi hal yang baru. Para lelaki dengan gamis dan pecinya, celana cingkrang ataupun jenggot yang lebat, sudah biasa dan terasa menyejukkan mata. Bahkan ketika datang waktu salat Jumat, sayup-sayup terdengar suara azan dan khatib menyampaikan khutbahnya dalam bahasa Arab. Menjelang Magrib terlihat anak-anak berpakaian Muslim berjalan dan berlari hendak pergi mengaji di masjid-masjid. Sungguh suasana yang sangat mengharukan hidup di negara minoritas.

Komunitas Muslim di Sydney

Ada banyak komunitas muslim di Sydney, khususnya di Lakemba. Biasanya komunitas ini dibentuk berdasarkan kebangsaan atau organisasi dari negara asal. Di kalangan orang Arab ada Lebanese Muslim Association (LMA) yang merupakan organisasi sekaligus komunitas muslim terbesar di Australia, yang membangun masjid Lakemba. Ada juga United Muslims of Australia (UMA), yang juga didominasi orang Arab dan fokus pada kegiatan pendidikan non formal bagi muslim. Selain itu juga ada komunitas Muslim Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Somalia, Cina, Mesir, Syria, dan lain-lain. Semua komunitas ini tersebar di wilayah Lakemba dan sekitarnya yang juga dihuni oleh banyak muslim, seperti Suburb Belmore, Punchbowl, Greenacre, Bankstown bahkan Auburn yang terletak agak jauh dari Lakemba.

Sebagai muslim Indonesia, tentu saya mempunyai keterikatan hati dengan orang-orang Indonesia. Maka langkah selanjutnya setelah menemukan tempat tinggal yang cocok adalah mencari dan bergabung dengan komunitas muslim yang ada. Di kalangan orang Indonesia Lakemba, terdapat beberapa komunitas Muslim, di antaranya yang tergabung dalam Majelis Taklim Raudhatul Ilmi (MTRI). Majelis ilmu ini aktif melakukan kegiatan kajian Islam khusus Muslimah setiap pekannya. Ada juga Kajian Islam Sabtu (KIS), komunitas Sahabat Hijrah dengan agenda kajiannya setiap Sabtu sore, dan komunitas Iqro’ yang juga memiliki sebuah masjid Indonesia di Lakemba.
Di samping itu juga ada komunitas orang Aceh, orang Sunda, Minang Saiyo, orang Makasar, Al Irsyad, dan lain-lain yang tersebar di kota Sydney. Setiap komunitas yang berbasis Muslim ini juga mempunyai kegiatan-kegiatan kajian Islam dan bahkan berhasil membangun masjid sendiri. Salah satu masjid Indonesia yang terkenal di Sydney adalah Masjid Al-Hijrah Tempe, yang merupakan pusat kegiatan muslim Indonesia dengan berbagai agenda dan kegiatan keislaman dan pendidikan nonformal untuk anak-anak dan remaja.

Dengan demografi yang demikian, bagaimana mungkin saya merasa asing berada di negeri multikultural ini? Justru oleh sebagian orang kota ini menjadi titik awal hijrah mereka, dari kehidupan yang sangat jahil di kota asal mereka di Indonesia, menjadi kehidupan yang sangat Islami. Tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa Sydney adalah kota santri, pesantrennya Australia. Datang ke Sydney pakai rok mini, pulang ke Indonesia pakai gamis sampai ujung kaki. MaashaAllah …

Sydney Kota Hidayah

Namun tidak bisa dipungkiri, banyak juga terdapat kisah-kisah sebaliknya. Datang ke Sydney dengan penampilan syar’i dan rapi, dalam hitungan bulan atau beberapa tahun berubah menjadi glamour dan seksi. Fenomena ini sudah biasa dan dimaklumi terjadi. Subhanallah …

Apapun alasan orang bermigrasi ke negara sekuler ini, jika ia seorang Muslim, biasanya ada dua kemungkinan ekstrem yang akan dialami: berubah sangat sekuler atau menerima hijrah secara totalitas. Semua bergantung dari apa yang dicarinya ketika pertama kali menginjakkan kakinya di bumi empat musim ini.
Ada yang ingin merasakan dan mendapatkan kebebasan tanpa batas, sehingga merasa enjoy dengan kehidupan ala Barat. Lebih menyedihkan lagi jika ada yang sampai melepaskan identitas kemuslimannya dan bahkan berpindah akidah karena terpikat tipu daya dunia. Sungguh miris dan memprihatinkan.

Di sinilah peran komunitas muslim. Bersama-sama saling merangkul, membantu, menasihati, mengingatkan dan menjaga dari ketergelinciran. Tidak sedikit dari mereka yang awalnya terjebak lubang biawak, namun akhirnya bisa keluar dari kesesatan dan kembali kepada jalan yang diridai Allah Swt. Demikian juga, banyak yang dari awal sudah gerah dengan sistem kehidupan jahiliyah yang ada di sekelilingnya dan merasa khawatir akan terpengaruh, cepat-cepat menjauh dan berusaha mendekat kepada komunitas muslim demi menyelamatkan agamanya.
Maka, jika benar-benar ingin mencari hidayah, ia akan datang meskipun di kota Sydney. Sungguh, di mana pun bumi Allah, di sana akan tetap ada yang berdlzikir kepada-Nya dan menjaga agama-Nya.

Wallahu a’lam bish showwab.[]

Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hazimah Wangi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Who Am I?
Next
Kasih Sayangmu Untuk Siapa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram