"Ditawannya seorang gadis tanpa kesalahan yang jelas selama tiga bulan pun fakta adanya. Termasuk ketika dia tertembak di dada di hari pertamanya bekerja. Ghufran Harun Warasneh. Sosok ini yang menginspirasi tokoh Jeneen."
Oleh.Haifa Eimaan
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Jeneen adalah tulisan pertama saya di NP. Masyaallah Laa haula walaa quwwata illa billah. Qadarullah Jeneen terpilih menjadi cerpen terbaik.
Bermula dari salah seorang teman yang membagikan pengumuman Challenge Milad NP ke-2, saat itu saya sudah memutuskan untuk ambil bagian. Meskipun belum tahu akan memilih rubrik apa karena yang ditawarkan bermacam-macam dan menarik semua. Banyaknya pilihan rubrik itu sungguh sebuah kemudahan tersendiri. Tiap peserta bisa menulis sesuai passion-nya. Pastinya naskah yang dihasilkan akan lebih kaya dan bagus-bagus.
Setelah menimbang-nimbang dengan masa persiapannya yang sempit dan sebagainya, pilihan saya jatuh pada cerpen. Mengapa? Jawabannya tentu saja karena challenge cerpen tidak dibatasi tema dan isu-isu pembahasannya tidak mengenal kedaluwarsa. Jadi, saya punya waktu bernapas lebih panjang.
Tiadanya tema besar yang ditentukan panitia membuat peserta bebas menuangkan ide-idenya dalam bentuk naratif. Akan tetapi, hal ini pun tetap sebuah challenge. Sebagai calon peserta, saya harus selektif memilih tema yang jarang diangkat di cerpen-cerpen NP, menciptakan tokoh unik, penokohannya kuat agar emosi pembaca menyatu dengan si tokoh, dan deskripsi latarnya pun harus meyakinkan supaya yang membaca bisa tepat meletakkan imajinasinya dalam sebuah ruang.
Nah, dari pertimbangan-pertimbangan itu, saya mengambil latar di Hebron, Palestina. Keberadaan Pasar Al Hasrieh, Masjid Ibrahimi, Rumah Sakit Al Ahli, Kamp Pengungsi Al Arraoub, dan Kamp Pengungsi Jenin adalah nyata. Ditawannya seorang gadis tanpa kesalahan yang jelas selama tiga bulan pun fakta adanya. Termasuk ketika dia tertembak di dada di hari pertamanya bekerja. Ghufran Harun Warasneh. Sosok ini yang menginspirasi tokoh Jeneen. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya fiktif belaka. Apalagi tokoh Yasir. Tokoh ini muncul di detik-detik terakhir karena panjang naskah belum memenuhi syarat dan ketentuan.
Ah iya, sosok Shireen Abu Akleh yang disebut-sebut Madam Ahmed itu bukan imajinasi. Dia jurnalis perempuan ternama di Timur Tengah yang berkebangsaan Amerika. Shireen Abu Akleh telah bekerja untuk Kantor Berita Al Jazeera selama 25 tahun. Dia tewas tertembak di Kamp Jenin di Bulan Mei 2022 lalu. Sebulan kemudian Ghufran Warasneh mengalami nasib yang sama di Kamp Al Arroub. Kamp Jenin dan Al Arroub memang dikenal sebagai kamp pengungsi dengan intensitas penyerangan tertinggi oleh Israel.
Tentang pemilihan nama Jeneen. Nama ini pasti asing di lidah orang awam, tapi tidak bagi warga Palestina. Masyarakat Palestina biasa memberi nama anak mereka dengan nama-nama kota dan tempat sebagai tanda cinta. Nama Jenin dan Haifa dipersembahkan agar ingatan anak-anak tidak lekang bahwa dua kota itu adalah milik mereka yang dirampas Israel. Sabra dan Shatila dianugerahkan agar mereka tidak pernah menghapus kenangan peristiwa kelam tahun 1982. Nama Gaza untuk wilayah Gaza di mana berdiri masjid yang menjadi kiblat pertama kaum muslimin. Demikian juga dengan nama Aqsha dan masih banyak lagi lainnya. Nama Jeneen dipilih karena mewakili unsur ketegasan dan kegetiran pada saat yang sama.
Nah, itu saja proses kreatif lahirnya naskah ini. Terimakasih sudah berkenan membaca. Jeneen masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran bisa ditulis di kolom komentar.
Setelah Jeneen dimuat, saya sempat dihubungi dua kali oleh Pimred NP, Bu Andrea. Pertama, ketika diminta menuliskan alamat dan mengirimkan foto untuk melengkapi data antologi. Kedua, beberapa hari kemudian. Isinya permintaan tolong untuk membelikan satu gram emas bagi pemenang challenge. Konon tempat tinggal pemenangnya masih satu lokasi. Benak saya langsung tertuju pada teman-teman penulis di kota sebelah yang memang piawai-piawai. Mungkin salah satu dari mereka. Saya turut bahagia menjadi orang yang dipercaya. Bahagia bisa berkontribusi dalam kemeriahan acara Milad NP.
Ada terlintas prasangka, jangan-jangan ini sebenarnya untuk saya. Tetapi bukankah sebagian besar prasangka itu dusta, maka saya pun menepisnya. Pada faktanya saya sebatas dimintai tolong. Saya membangun keyakinan emas itu memang untuk yang lain. Sampai-sampai ketika diminta membelikan cincin untuk pemenang, saya menolak. Iya kalau ukuran jari-jarinya sama, kalau beda kan kasihan pemenangnya. Cincin itu tidak bisa menghiasi jarinya. Supaya aman, saya minta izin membelikannya emas 24 karat dari EOA gold. Pun, ketika diminta berfoto bersama emas yang dibeli, di pikiran saya hanya sekadar bukti kalau barangnya ada.
Untuk urusan emas ini, amanah saya tinggal satu lagi, yakni mengirimkannya pada pemenang. Nah, alamatnya tidak segera diberikan. Saya maklum, sih, kalau alamatnya dirahasiakan sampai hari H. Semua demi kredibilitas panitia. Jadi, saya simpan emas itu baik-baik.
Sampai saat malam pengumuman, masyaallah. Laa haula walaa quwwata illa billah. Ternyata logam mulia itu memang untuk saya. Alhamdulillah. Hanya kalimat thoyibah yang terlisankan. Saya tidak bisa mendeskripsikan kebahagiaan malam itu, kecuali rasa syukur. Terimakasih sebesar-besarnya untuk Ibu Andrea selaku Pemimpin Redaksi NarasiPost atas penghargaan, apresiasi, dan hadiah istimewanya. Demikian pula bagi seluruh jajaran redaksi NP. Untuk semua yang dibilang ‘prank’, saya memaknainya sebagai cara agar momen Milad NP ke-2 lebih menancap di benak, bukan sekadar ingatan yang bisa terhapus kapan saja, dan tentu saja saya tidak akan pernah mampu melupakannya.
Teruntuk Ibu Andrea, semoga Allah senantiasa memberkahi keluarga Ibu, melingkupinya dengan kesehatan yang sempurna, memberikan sebaik-baik perlindungan, dan sebaik-baik penjagaan. Doa yang sama saya panjatkan untuk seluruh tim redaksi NP.
Sebagai rasa terimakasih, bila Allah izinkan, Insyaallah saya siap berkontribusi demi kemajuan dan keberlangsungan NP.
Takro, 5 November 2022[]
Photo : Koleksi