"Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung."
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia."
Demikianlah ucapan Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a. yang masyhur. Ucapan itu mengingatkan kepada kita agar tidak menaruh harapan kepada manusia. Sebab, manusia hanyalah makhluk Allah Swt.
Kita, Makhluk yang Sering Lupa
Saat hidup di dunia, kita tidak pernah luput dari ujian dan cobaan. Baik berupa kesenangan maupun kesulitan hidup. Semua itu untuk mengetahui apakah manusia masih tetap berpegang teguh kepada tali agama Allah Swt. ataukah melepaskannya.
Namun, kita sering lupa. Tak terkecuali saat ujian menerpa. Terlebih, jika ujian itu berupa kesenangan. Maka, kita pun tak lagi ingat Tuhan. Kita merasa bahagia dan tidak membutuhkan yang lain. Semua yang kita inginkan, mampu kita sediakan. Kita lupa bahwa semua itu karunia dari Sang Maha Pencipta.
Namun, ketika kesulitan datang menghampiri, kita merasa sebagai manusia yang paling menderita. Tak ada teman atau saudara yang datang untuk mengulurkan tangan. Maka, kita pun hampir berputus asa.
Saat itulah, kita baru ingat kepada-Nya. Kita pun mendekat untuk menumpahkan segala rasa. Kita berharap, Allah Swt. yang Maha Pengasih memberikan pertolongan-Nya
Hanya Allah Swt. Tempat Menaruh Harapan
Memang, hanya kepada Allah Swt. seharusnya kita menaruh harapan. Sebab, hanya Dia satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan. Allah Swt. telah menyampaikan hal itu melalui firman-Nya. Misalnya dalam Surah Al-Insyirah [94]: 8,
وإلى ربك فارغب
"Dan hanya kepada Tuhanmu engkau berharap."
Kemudian, dalam Surah Al-Ikhlas [112]: , Allah Swt. berfirman,
الله الصمد
"Allah tempat bergantung."
Al-Baghawi menjelaskan bahwa Ash-Shamad mencakup beberapa sifat seperti yang diungkapkan oleh para ulama. Yaitu, Yang Maha Sempurna kekuasaannya, Maha Suci, dan Maha Tinggi. Karena itu, tidak ada yang berhak untuk memiliki sifat yang agung ini, kecuali Allah Swt. Dengan berbagai sifat ini, maka hanya Allah Swt. satu-satunya zat yang layak menjadi tempat menyandarkan segala kesulitan dan kebutuhan.
Keyakinan terhadap sifat ini mengharuskan kita untuk hanya memohon pertolongan kepada Allah Swt., tidak kepada yang lain. Baik saat kita memohon perlindungan dari sesuatu yang sangat kita khawatirkan, memohon kecukupan atas berbagai kebutuhan, atau memohon pertolongan atas kezaliman yang dilakukan oleh orang lain.
Keyakinan ini pula yang mengharuskan kita untuk hanya menyembah dan beribadah kepada Allah Swt. Hal ini merupakan bentuk pengakuan kita terhadap kekuasaan-Nya. Sebab, tidak ada satu pun di dunia dan seisinya ini yang mampu menandingi kekuasaan-Nya.
Para nabi, ulama, dan orang-orang saleh pada masa dahulu telah membuktikan hal ini. Keyakinan yang besar terhadap pertolongan Allah Swt. telah membantu mereka dalam mengatasi berbagai persoalan. Salah satunya adalah kisah Sayidina Hasan r.a. di bawah ini.
Kepasrahan Sayidina Hasan r.a.
Ada satu kisah dari Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. tentang keharusan untuk menjadikan Allah Swt. sebagai sandaran. Kisah ini ditulis oleh Imam Suyuthi dalam kitabnya Tarikh Khulafa, berdasarkan riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir melalui jalur Abi Al-Mundzir Hisyam bin Muhammad. Setelah menyerahkan kursi kekuasaan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, Sayidina Hasan r.a. mendapat dana sebesar 100.000 dirham tiap tahun.
Pernah dalam salah satu tahun, Muawiyah bin Abi Sufyan tidak memberikan dana tersebut. Hal itu membuat Sayidina Hasan r.a. mengalami kesulitan. Maka, Sayidina Hasan r.a. pun berniat untuk menulis surat kepada Muawiyah bin Abi Sufyan untuk menanyakan hal itu. Namun, ia merasa malu dan menahan diri dari melakukan hal itu.
Setelah itu, ia bermimpi bertemu Rasulullah saw. Dalam mimpinya, Rasulullah saw. menanyakan kabarnya. Sayidina Hasan r.a. pun menceritakan apa yang dialaminya. Maka, Rasulullah saw. pun bertanya apakah ia hendak menulis kepada makhluk yang sama seperti dirinya? Mendapat pertanyaan seperti itu, Sayidina Hasan r.a. menanyakan kepada Rasulullah saw. apa yang seharusnya ia lakukan. Rasulullah saw. kemudian mengajarkan sebuah doa,
اللهم اقذف في قلبي رجاءك واقطع رجاىٔي عن من سواك حتى لا أرجوا أحدا غيرك.
اللهم وما ضعفت عنه قوتي وقصر عنه عملي ولم انتهت إليه رغبتي ولم تبلغه مسألتي ولم يجر على لساني مما أعطيت أحدا من الأولين والآخرين من اليقين فخصني به يا رب العالمين
"Ya Allah, tanamkanlah dalam hatiku harapan kepada-Mu. Putuskanlah harapanku kepada selain Engkau, sehingga aku tidak akan mengharap kepada selain Engkau. Ya Allah, apa yang kekuatanku lemah darinya, terbatas upayaku, anganku tidak menggapainya, tidak tersampaikan masalahku, dan tidak terucapkan oleh lisanku, apa yang telah Engkau berikan kepada seseorang di masa lalu atau akan datang, berupa keyakinan, maka khususkanlah untukku, wahai Tuhan Semesta Alam."
Belum genap seminggu setelah ia membaca doa, datanglah kiriman uang dari Muawiyah bin Abi Sufyan dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Yaitu sebesar 1.500.000 dirham. Sayidina Hasan r.a. merasa takjub. Ia pun mengucapkan syukur, "Segala puji bagi Allah yang tidak akan melupakan orang yang mengingat-Nya serta tidak mengecewakan orang yang meminta kepada-Nya."
Kisah ini mengajarkan kepada kita untuk hanya berharap kepada Allah Swt., tidak kepada yang lain. Sebab, orang lain pun sama seperti kita, manusia yang hanya makhluk ciptaan Allah Swt. Maka, saat kita tengah membutuhkan pertolongan dalam bentuk apa pun, kita serahkan hal itu kepada Allah Swt. semata.
Kita pasrahkan diri, kita yakinkan hati, bahwa Allah Swt. akan memberikan yang terbaik bagi kita. Itulah bentuk keimanan kita terhadap sifat Allah Swt., Ash-Shamad.
Penutup
Demikianlah, Allah Swt. adalah satu-satunya Zat yang dapat kita mintai pertolongan. Karena itu, tidak selayaknya jika kita masih berharap kepada manusia. Berharaplah hanya kepada-Nya. Maka Allah Swt. akan mencukupi segala yang kita membutuhkan, serta memberikan jalan keluar bagi setiap persoalan dengan cara yang tidak kita sangka.
حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير
"Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung."
Wallaahu a'lam bishshawaab.[]
Photo : Pinterest