Akhirat atau Dunia yang Paling Baik?

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An'am: 32)”

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Narasi Post.Com)

NarasiPost.Com-Kita hidup di dunia yang fana, namun tidak sedikit yang terkesima. Kita hidup di dunia yang akan sirna, namun banyak yang terpesona. Dunia membuat manusia lupa bahwa dia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, sehingga dia tidak sadar bahwa dunia ini bukan tempat tinggal untuknya. Sejatinya dunia ini akan hancur. Semua yang dibanggakan manusia, gedung-gedung, menara, rumah, semua yang ada di sekitar kita akan rata dengan tanah. Sungguh banyak manusia yang tertipu dengan dunia.

Dunia kita kejar siang malam, jungkir balik tanpa jeda. Semua potensi dan konsentrasi kita curahkan untuk menggapai dunia. Padahal jika kita tahu perbandingan dunia dan akhirat hanyalah bagaikan salah seorang di antara manusia mencelupkan satu jarinya ke dalam air laut, dan akan kita lihat berapa yang bisa dibawa oleh satu jarinya dari air laut tersebut, hanyalah setetes, dan itulah hakikat dunia. Sungguh Allah menjadikan apa saja yang ada di muka bumi sebagai perhiasan atasmu untuk menguji siapa yang paling baik amalannya, bukan yang paling kaya, atau yang paling tinggi kedudukan dan jabatannya.

Kehidupan dunia ini hanya setetes air di ujung jari yang kita celupkan di lautan. Maka seharusnya untuk kehidupan dunia ini kita berikan perhatian yang secukupnya saja. Allah berfirman dalam surah Al-An’am ayat 32:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُالْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”

Bagaimana dengan akhirat? Kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Dalam surah Al-A'la: 17 Allah berfirman:

{ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ }

"…Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal…"

Kalau untuk mendapatkan yang fana saja kita harus bekerja keras, bagaimana untuk mendapatkan hal yang kekal? Mungkinkah hanya mengandalkan khotbah Jumat, kajian seminggu sekali, atau satu bulan sekali yang mungkin hanya 20% kita dapat fokus, sisanya kita tertidur atau kita melamun? Enggan untuk lebih mengorbankan waktu dalam menuntut ilmu agama, apalagi berdakwah dan jihad. Dan anehnya kita mendambakan masuk surga firdaus, apakah mungkin?

Jika untuk urusan dunia kita harus terus mencoba, ketika gagal kita harus coba lagi, dan lagi, bahkan orang yang paling kaya di dunia saja mengalami kegagalan usahanya sebanyak 36 kali. Ketika ia gagal sekali, ia bangkit lagi, gagal dua kali bangkit lagi, hingga dia sukses. Dunia segampang itu bukan? Namun akankah akhirat juga segampang itu?

Perlu dipahami, bahwa keberhasilan atau kesuksesan yang dikejar secara serius oleh seorang yang beriman ialah keberhasilan di kehidupan akhirat. Baginya keberhasilan di dunia hanyalah sesuatu yang bersifat pelengkap saja. Sementara kesuksesan di akhirat adalah hal yang tidak boleh ditawar dan diganggu gugat, karena ia merupakan tujuan utama. Ia tidak akan rela mempertaruhkan kesuksesannya di akhirat demi secuil keberhasilan di dunia. Akan tetapi sebaliknya, dia rela kehilangan apa pun demi meraih kesuksesan di akhirat.

Dia akan rela menukar apa pun dan membeli dengan harga berapa pun jika hal itu dapat menjamin kesuksesannya di akhirat. Karena ia meyakini bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Sedangkan kehidupan dunia hanyalah senda gurau dan permainan semata. Keberhasilan yang dicapai hanyalah kesuksesan sekejap mata nan semu. Sementara keberhasilan di akhirat adalah keberhasilan yang hakiki, sehingga ia tak akan rela menukarnya dengan apa pun.

Akan tetapi, fakta yang kita lihat sungguh banyak manusia yang memandang sebaliknya, bahkan kaum muslimin. Jika berkaitan dengan urusan duniawi mereka akan begitu serius mengerahkan semua kemampuan dan energi, ia tak segan berkompetisi, yang bahkan tak segan menggunakan cara-cara kotor, zalim kepada sesama, hingga tak peduli jika harus menabrak aturan agama. Sedangkan urusan akhirat, ia meluangkan waktunya, tenaganya, hartanya hanya sekadarnya. Seolah akhirat baginya hanya dongeng pengantar tidur, yang tak perlu diperhatikan apalagi diperjuangkan.

Ia begitu mudah menyerah dan tak punya ambisi untuk akhiratnya. Ia tak ingin tahu apa yang bisa membuatnya sukses di akhirat. Tak ada jiwa kompetitif pada dirinya, ia akan suka rela berada di barisan belakang para pejuang Islam, bahkan ia dengan senang hati berada di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam, menjadikannya sahabat dan teman dekat, asal dia aman dan dapat menikmati sekelumit kenikmatan dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut:

"Sungguh, kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun, maka kalian pasti akan mengikuti mereka. Kami bertanya; 'Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?' Beliau menjawab: 'Siapa lagi kalau bukan mereka?'"

Inilah yang terjadi hari ini, umat Islam terpuruk ke dalam lembah kehinaan. Mereka begitu loyo dalam memperjuangkan agamanya dan sibuk mengumpulkan dunia yang hanya sekejap saja. Mereka rela menjadi corong kaum kafir menjejalkan pemikiran materialistisnya kepada umat Islam. Mereka tak segan menghancurkan saudaranya sendiri asal mereka mendapat kedudukan. Mereka begitu all out untuk urusan dunia. Padahal Allah berfirman dalam surah Al-Qashash ayat 77: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi.”

Pada ayat di atas, Allah telah dengan jelas memerintahkan kita mengejar negeri akhirat sebagai tujuan utama. Sementara terhadap dunia Allah hanya memerintahkan untuk tidak melupakan bagian kita saja. Maknanya adalah Allah menyuruh kita all out untuk mengejar kebahagiaan akhirat bukan sebaliknya, apalagi sampai menggadaikan agama dan mengorbankan saudara seiman.

Sungguh Allah tidak pernah menyuruh kita untuk berkompetisi mengejar dunia. Baik harta, tahta, kedudukan, jabatan, popularitas, juga kekuasaan. Allah hanya memerintahkan kita untuk bersegera dan berlomba dalam hal kebaikan yang yang mendatangkan pahala untuk akhirat kita seperti dalam ayat 133 surah Ali Imran berikut: “Dan bersegeralah kalian kepada ampunan Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan bagi mereka yang bertakwa,” 

Juga dalam ayat 24-28 surah Al-Muthaffifiin berikut: “Kamu dapat melihat dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang seperti itu hendaknya manusia berlomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yakni) mata air yang hanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah lah yang meminumnya.”

Dari sini bisa dipahami bahwa keberhasilan akhiratlah yang Allah tekankan agar kita mengerahkan segala daya upaya kita. Sedang untuk urusan dunia maka hanya secukupnya saja. Dan seharusnya setiap apa yang kita peroleh dari sedikit kenikmatan dunia ini kita jadikan bekal untuk mendapatkan kenikmatan akhirat, bukan malah membuat kita lupa dan kufur akan nikmat Allah. Bahkan Allah melarang Nabi shalallahu alaihi wasallam juga umat beliau dalam hal bergaul dan bermesra dengan manusia yang hidupnya hanya berfokus pada dunia. Larangan itu tertuang dalam surah An-Najm ayat 29-30 berikut:

فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا, ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ

”Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang-orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan hanya menginginkan kehidupan duniawi. Itulah batas pengetahuan mereka.”

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun telah mengajarkan kepada kita satu doa agar kita tidak menjadikan dunia sebagai fokus utama kita. Doa ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi:

اللهم لَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia menjadi perhatian utama kami serta batas pengetahuan kami.”

Sifat dunia itu menipu, maka jangan dimasukkan ke dalam kalbu, karena jika kalbu sudah berselimut kenikmatan dunia nan semu, maka akan mendatangkan murka Rabb-mu.

Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Bukan Salah Pernikahan Dini
Next
Bukan Gelar Biasa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram