Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Saw sungguh merupakan ajaran yang sempurna. Ajaran ini meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yang berlaku hingga ke akhir zaman kelak. Rasulullah Saw ternyata telah mempraktikkan begitu amalan yang ternyata sangat relevan dengan konteks kekinian.
Oleh: Erni Misran
(Dosen Teknik Kimia USU)
NarasiPost.com - Setiap tahun, penduduk dunia memperingati beberapa momen penting yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Pada tahun ini, semua momen tersebut dilakukan secara virtual, mengingat pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia saat ini. Ada dua program global, yakni World Water Day (Hari Air Sedunia) dan Earth Hour (Jam Bumi) yang secara berturutan jatuh pada tanggal 22 dan 28 Maret 2020. Hari Air Sedunia merupakan kampanye yang dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat internasional akan pentingnya air bagi sumber kehidupan serta untuk melindungi pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan. Pada peringatan tahun ini, UN Water sebagai pelaksana mengangkat tema Water and Climate Change.
Earth Hour tahun ini merupakan kegiatan global ke-14 yang diadakan sejak tahun 2007. Indonesia telah mengikuti program ini sejak tahun 2009. Program yang diprakarsai oleh WWF (World Widelife Fund) ini bertujuan untuk mengajak masyarakat melakukan aksi penyelamatan lingkungan dengan cara mematikan lampu dan alat-alat elektronik yang tidak terpakai selama satu jam secara serentak di rumah dan ikon-ikon kota. Tema yang diusung tahun ini adalah “Earth Hour di Rumah”.
Ada pula peringatan Hari Bumi (Earth Day) pada 22 April 2020. Tema tahun ini adalah The Face of Climate Change. Peringatan Hari Bumi (Earth Day) pertama kali diselenggarakan di Amerika Serikat pada 22 April 1970. Selain itu, ada pula Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) yang diperingati pada 5 Juni 2020. Hari Lingkungan Hidup Sedunia didasarkan pada Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm. Peringatan tahun ini mengusung tema “Time For Nature” yang mengajak seluruh penduduk dunia untuk menyadari bahwa makanan yang dimakan, air yang diminum, dan ruang hidup di planet yang ditinggali adalah sebaik-baiknya manfaat dari alam (nature) sehingga harus kita jaga kelestariannya.
Namun, jauh sebelum keempat program ini diperkenalkan, Rasulullah Saw telah memberikan teladan sempurna bagi kita umat Islam berkenaan dengan hal tersebut. Beliau yang mulia telah menerapkan amalan hijau itu dalam kesehariannya. Kesemuanya dalam menyahuti seruan Allah untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
Menghargai Air
Salah satu aksi nyata dalam menghargai air adalah menjaga kelestarian sumbernya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw menyeru para sahabatnya untuk tidak buang air besar di sumber air. Dalam hadits lain riwayat Abu Dawud, Rasulpun melarang buang air kecil di air kolam ataupun air danau yang tidak mengalir. Sementara, lokasi itu dipergunakan sehari-hari oleh warga sekitar.
Dalam konteks kekinian, hadits-hadits tersebut dapat dikembangkan lebih luas. Kita dituntut untuk menjaga sumber-sumber air (mata air pegunungan, sungai, waduk, danau, juga laut) dari segala jenis bahan pencemar. Bukan saja sekadar dari kotoran manusia, namun juga limbah rumah tangga dan industri.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun lalu mengungkap bahwa 98% badan air sungai di Indonesia dalam keadaan tercemar (republika.co.id, 24/12/2019). Dari 64 ribu desa/kelurahan yang dilalui sungai, seperempatnya (25,1%) mempunyai kualitas yang buruk (lokadata.id, 05/12/2019). Indeks Kualitas Air (IKA) Indonesia di 34 provinsi tercatat sebesar 52,62 (Kompas.com, 06/11/2020). Selama masa pandemi ini, masih banyak ditemukan berita tentang pencemaran yang terjadi di sungai-sungai di Indonesia. Bahkan uji kualitas di Sungai Surabaya menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah bahan pencemar berupa klorin, logam berat, dan mikroplastik. Sementara itu, kandungan oksigen terlarut di dalam air mengalami penurunan sehingga mengganggu kehidupan ikan (mongabay.co.id, 28/07/2020).
Sumber pencemar utama adalah limbah rumah tangga, dan sisanya dari aktivitas industri serta efek dari pengurangan lahan hijau akibat pembangunan. Sungguh memprihatinkan, mengingat air dari sungai-sungai tersebut dipergunakan sebagai sumber air baku untuk air minum sementara pemulihan kualitas air memerlukan biaya yang sangat mahal.
Umat Islam dituntut untuk berperan dalam program 3R (reduce, reuse, recycle) terutama untuk sampah plastik, sampah organik, dan sampah lainnya yang dihasilkan di rumah. Jenis sampah ini hendaknya dikurangi pemakaiannya, digunakan kembali, atau diolah menjadi produk lain. Belakangan ini, program 3R ini berkembang menjadi 4R atau 5R. Tambahannya adalah refuse atau menolak penggunaannya dan menggantinya dengan bahan lain, misalnya mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu atau sedotan logam. R yang lainnya adalah rot atau replant yaitu menanam kembali. Langkah ini identik dengan penghijauan yang juga bertujuan menjaga sumber air.
Bentuk lain dalam upaya menghargai air adalah anjuran untuk menggunakan air secukupnya. Hal ini dicontohkan Rasulullah pada saat berwudhu. Berdasarkan hadits yang diriwiyatkan oleh Muttafaq ’alaih, penggunaan air untuk berwudhu cukuplah sebanyak satu mud, yaitu 1,5 liter menurut takaran Hijaz dan dua liter menurut ukuran orang Irak. Sedangkan untuk mandi, hendaknya tidak melebihi dari lima mud. Dalam riwayat lain disampaikan bahkan Rasulpun mengingatkan akan munculnya fenomena terlalu berlebihan dalam menggunakan air ketika bersuci. Pendayagunaan air hendaknya diutamakan untuk minum dan memasak, sementara untuk keperluan lainnya hendaknya digunakan secara proporsional.
Penghijauan
Perintah untuk melakukan penghijauanpun ternyata telah diserukan oleh Rasulullah Saw. Menaman pohon sangat berguna sebagai resapan air yang pada gilirannya dapat mengurangi risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Penanaman kembali tanaman di lahan kosong juga berguna untuk kelangsungan ekosistem. Bahkan jika dikelola secara baik dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi.
Di dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan tanah mati, maka dengannya ia mendapatkan pahala. Dan apa yang dimakan oleh binatang liar, maka dengannya ia mendapatkan pahala.”
Selain itu, Rasulullah Saw juga bersabda, “Tak ada seorang Muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)].
Banyak pula hadits lain yang berhubungan dengan keutamaan menanam dan pahala bagi yang menanam, keutamaan mengolah tanah kurang produktif, serta anjuran menanam walaupun hendak kiamat. Selain itu, terdapat pula larangan merusak tumbuhan di tanah haram yakni Makkah dan Madinah serta larangan untuk menebang pohon bidara. Pohon bidara adalah sejenis pohon yang besar dan rindang. Pohon ini sangat berguna sebagai penyerap air dan untuk berteduh.
Jika dikaitkan dengan konteks kekinian, maka kita dilarang untuk menebang kawasan hutan tanpa melakukan penanaman kembali. Juga tidak dianjurkan untuk membangun vila atau kawasan perumahan dengan mengonversi kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air.
Hemat Energi
Rasulullah Saw ternyata terbiasa melakukan penghematan energi yakni melalui kebiasaan beliau untuk tidur di malam hari dalam suasana gelap. Hal ini tertuang dalam sebuah hadits dari Jabir Ra. Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda, "Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman" (HR.Muttafaq'alaih).
Kini, setelah lebih dari 14 abad berlalu, penelitian para ahli membuktikan bahwa saat malam tubuh kita akan menghasilkan hormon melatonin dalam kondisi gelap. Dalam sistem kekebalan, hormon melatonin mampu memerangi dan mencegah berbagai risiko berbagai penyakit seperti kanker payudara dan prostat.
Selain itu, tidur dalam keadaan gelap akan membantu kita untuk lebih cepat terlelap. Karena kondisi sekeliling yang gelap, maka mau tidak mau mata kita akan terpejam. Inilah yang mempercepat proses tidur kita. Lalu yang tidak kalah penting adalah penghematan energi listrik yang dapat dilakukan.
Penghematan listik selama 1 jam yang berlangsung pada program Earth Hour tahun lalu di Jakarta adalah 91,62 MW. Tak hanya itu, terjadi pula penekanan konsumsi BBM sebesar 27 kL dan penurunan emisi CO2 sebesar 65,88 ton (liputan6.com, 31/03/2019). Bayangkan jika kita bisa melakukannya setiap hari.
Jadi, sudah sepantasnyalah kita menerapkan seruan Rasul ini. Selain untuk mengikuti sunahnya, ternyata tidur dalam keadaan gelap juga memberikan pengaruh bagi kesehatan dan penyelamatan lingkungan.
Pola Makan
Gaya hidup manusia masa kini telah menyebabkan sedikitnya 1,3 miliar ton makanan terbuang percuma setiap tahunnya (beritasatu.com 17/10/2019; economy.okezone.com, 10/04/2020). Sementara pada sisi lain, Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan sebanyak 135 juta orang di dunia menderita kelaparan parah, sebelum wabah pandemi ini. Setiap hari, dalam keadaan normal, sekitar 21.000 orang meninggal karena kelaparan (nasional.okezone.com, 24/04/2020). Sungguh merupakan sebuah ironi!
Adanya pandemi corona telah memicu bertambahnya jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan. Saat ini, jumlahnya mencapai sekitar 10 persen dari penduduk dunia. Jumlah ini diperkirakan WFP akan meningkat menjadi 265 juta orang dalam beberapa tahun ke depan (dw.com, 09/10/2020).
Limbah makanan bukan hanya berdampak terhadap kerugian secara finansial, namun juga berdampak buruk bagi lingkungan. Banyaknya jumlah sisa makanan yang terbuang identik dengan besarnya pemborosan terhadap penggunaan bahan kimia (pupuk dan pestisida), sumber daya alam (semisal air), serta jumlah bahan bakar yang dihabiskan untuk transportasi. Lebih jauh, makanan yang membusuk akan menghasilkan gas metana yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang paling berbahaya. Kontribusi metana terhadap efek gas rumah kaca adalah 23 kali lebih besar dibandingkan CO2 (alamendah.org, 26/03/2013). Semakin besar jumlah makanan yang dibuang ke tempat sampah berarti semakin besar pula akibatnya terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.
Allah Swt telah mengingatkan kita untuk tidak melakukan sesuatu yang melampaui batas (Q.S. Ali Imran ayat 147). Secara lebih tegas Allah melarang kita untuk berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum (Q.S. Al-A’raf ayat 31). Juga dikatakan bahwa orang-orang yang mubazir adalah saudara setan (Q.S. Al-Isra’ ayat 27).
Rasulullah Saw telah memberikan tuntunan yang sempurna dalam hal pola makan. Kita diminta untuk menghindari sikap rakus yakni menahan diri dari memakan segala sesuatu yang kita inginkan. Sabda Rasul, “Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan bila kamu memakan segala sesuatu yang kamu inginkan” (H.R. Ibnu Majah).
Kita juga diminta untuk menakar makanan kita agar kita diberkahi (Shahih Bukhari III/22). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dikatakan bahwa, ”Tidak ada suatu wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih jelek melebihi perutnya. Cukuplah baginya beberapa suapan kecil untuk menegakkan tulang belakangnya. Jika tidak mungkin, sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” Sesungguhnya, banyak pengaruh buruk yang akan ditimbulkan bila kita makan secara berlebihan. Makan dan minum secara berlebihan dapat merusak tubuh dan dapat menyebabkan malas mengerjakan salat.
Rasul juga memerintahkan kita untuk memulai makan dari bagian pinggir makanan baru menuju bagian tengah. Yang demikian itu adalah lebih diberkahi.
Bukankah ketika makanan itu bersisa letaknya selalu di pinggir? Di dalam Shahih Muslim (III/1607) dikatakan bahwa, “Karena kalian tidak mengetahui di bagian makanan kalian yang manakah keberkahan itu berada.” Hal ini secara tidak langsung memerintahkan kita untuk tidak menyisakan makanan.
Penutup
Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Saw sungguh merupakan ajaran yang sempurna. Ajaran ini meliputi berbagai aspek kehidupan manusia yang berlaku hingga ke akhir zaman kelak. Rasulullah Saw ternyata telah mempraktikkan begitu amalan yang ternyata sangat relevan dengan konteks kekinian. Amalan-amalan tersebut sangat mendukung upaya kelestarian lingkungan yang kini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan.
Marilah bersama kita terapkan amalan hijau yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Niscaya kita akan turut berperan dalam menyelamatkan bumi dari berbagai permasalahan yang tengah dihadapi. Let’s Go Green!