Sungai Eufrat memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Selain sebagai sungai yang bersumber dari surga, mengeringnya sungai Eufrat disebut sebagai pertanda kiamat.
Oleh. Yani Ummu Qutuz
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pegiat Literasi)
NarasiPost.Com-Siapa yang tidak tahu sungai Eufrat. Sungai terpanjang di Asia barat daya ini melintasi beberapa negara Islam. Rasulullah menyebutkan dalam sebuah hadis sebagai sungai yang berasal dari surga. Dalam hadis lain disebutkan juga bahwa mengeringnya Sungai Eufrat menjadi pertanda kiamat.
Mengutip dari detiknet.com (9-11-2024), mengabarkan bahwa Sungai Eufrat atau Furat sudah mengalami kekeringan kronis beberapa tahun terakhir. Padahal, sungai ini sangat penting bagi sistem pengairan wilayah sekitar. Sungai raksasa ini mengalir melintasi beberapa negara sekaligus, yakni: Turki, Suriah, dan Irak, hingga akhirnya bersatu dengan sungai Tigris.
Sistem Sungai Eufrat-Tigris mengalirkan air ke lahan pertanian di daerah yang subur. Sungai ini menjadi awal mula peradaban manusia dengan bangkitnya bangsa Mesopotamia dan Sumeria.
Sejarah Panjang
Sungai Eufrat merupakan sungai legendaris terbesar di Asia Barat Daya, membentang sepanjang 1.730 mil atau setara dengan 2.781 km. Sungai ini mengalir dari dataran tinggi Turki di Anatolia Tenggara, lalu melintasi Suriah dan Irak, akhirnya bergabung dengan Sungai Tigris di selatan Irak dan bermuara di Teluk Persia.
Eufrat memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban kuno. Kawasan Mesopotamia, yang terletak di antara Eufrat dan Tigris adalah tempat lahirnya peradaban Sumeria, Akkadia, Babilonia, dan Asyur. Inilah empat peradaban besar yang berkembang di zaman kuno sekitar 2500 SM.
Kini Mesopotamia menjadi bagian wilayah Irak. Mesopotamia berasal dari dua kata, yaitu mesos yang artinya tengah dan potamas yang berarti sungai. Jadi, Mesopotamia berarti sebuah daerah yang letaknya di antara dua sungai yaitu Sungai Eufrat dan Tigris.
Bagian hulu Sungai Eufrat terdapat ngarai-ngarai yang curam, bagian tenggaranya melintasi Syiria dan Irak, dahulu lembahnya digunakan untuk irigasi. Sungai Eufrat menjadi penyediaan sumber air yang vital untuk pertanian juga bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Pada perjanjian Lausanne 1923, seiring dengan runtuhnya kekuasaan Utsmaniyah, mengubah tapal-tapal batas antarnegara di kawasan barat daya Asia. Dalam perjanjian tersebut, mewajibkan tiga negara yang berada di tepi Sungai Eufrat saat itu, yaitu Turki, Suriah, dan Irak untuk menghapus kesepakatan bersama dalam pemanfaatan Sungai Eufrat dan semua pembangunan instalasi tenaga air.
Pada tahun 1946, Turki dan Irak menandatangani kesepakatan bahwa wajib bagi Turki untuk melapor pada Irak ketika melakukan perubahan apa pun dalam memanfaatkan tenaga air Sungai Tigris dan Eufrat. Turki juga harus memberikan kesempatan pada Irak untuk membangun tanggul-tanggul di wilayah Turki untuk mengalirkan air ke wilayahnya.
Urgensi Sungai Eufrat
Sungai Eufrat menjadi tumpuan dalam sistem irigasi kuno untuk menopang pertanian skala besar di Mesopotamia. Pendirian kanal-kanal dan bendungan dilakukan untuk mengendalikan aliran air dan mengairi ladang pertanian. Sistem irigasi ini mendukung produksi pangan yang cukup untuk memenuhi populasi besar dan kota-kota besar seperti Uruk, Eridu, Nippur, Sippar, dan Babilonia.
Sejak ribuan tahun silam hingga saat ini, sungai ini dibutuhkan oleh banyak orang. Lembah sungai ini merupakan lokasi strategis untuk tinggal dan mengembangkan masyarakat dengan mata pencaharian pedagang dan petani.
Mengeringnya Sungai Eufrat akibat perubahan iklim akan menyebabkan ‘kiamat’. Pasalnya, sekitar 60 juta orang terutama di Turki dan Irak mengandalkan air dari sistem Sungai Eufrat dan Tigris untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, dan lain-lain.
Hal ini juga akan memperburuk keadaan bagi sekitar 7,2 juta pengungsi yang datang akibat perang saudara. Mereka sangat bergantung pada sungai-sungai untuk kebutuhan dasarnya.
Sebab dan Dampak
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab menyusutnya Sungai Eufrat, salah satunya pembangunan Bendungan Ataturk di Turki. Hal ini menyebabkan jumlah air sungai yang mengalir ke hilir berkurang.
Laporan NASA, mengutip Okezone melalui kanal liputan6.com, mengabarkan bahwa debit air sungai tersebut telah berkurang 144 juta kilometer kubik sejak 2003 hingga 2010. Diketahui ternyata proyek pengembangan Anatolia wilayah selatan (GAP) yang menjadi penyebabnya. Proyek ini dibangun untuk mengairi 1,7 juta hektare tanah dengan membangun 22 buah dam dan 19 PLTA.
Pemanasan global juga disinyalir menjadi penyebab perubahan iklim sehingga terjadi kekeringan di wilayah tersebut. Hal ini berdampak pada menurunnya curah hujan. Akhirnya ketersediaan air jadi berkurang, pola pertanian dan kehidupan sehari-hari penduduk pun terganggu.
Penduduk yang bergantung pada Sungai Eufrat untuk irigasi, air minum, dan sumber daya lainnya dalam kondisi kritis. Ekosistem yang bergantung pada sungai juga terancam, seperti spesies kura-kura lunak Eufrat dan berbagai jenis burung terancam punah akibat berkurangnya habitat mereka.
Dampak lainnya, terjadi ketegangan antara Turki dan Suriah yang semakin bergejolak. Pasalnya, kendali air secara penuh ada pada Turki. Sebanyak 90 persen air mengalir ke wilayah Suriah dan Irak. Seringkali Turki mengurangi aliran air ke Suriah karena meningkatnya permintaan air seiring bertambahnya penduduk. Realitas Inilah yang memicu banyak konflik di wilayah subur sepanjang sungai, terutama konflik geopolitik dan sosial.
https://narasipost.com/world-news/02/2023/mengulik-hikmah-di-balik-gempa-turki-dan-suriah/
Berkurangnya pasokan air ini menjadi beban berat bagi Suriah di tengah perang yang berkecamuk. Suriah menuduh Turki telah memanfaatkan aliran sungai sebagai alat politik, karena pengetatan aliran air dari bendungan hulu menyebabkan kekurangan air di wilayah Kurdi, Suriah.
Dari beberapa fakta di atas menunjukkan, bahwa Turki lebih memprioritaskan kebutuhan dalam negerinya tanpa memperhitungkan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat di hilir sungai, dalam hal ini negara Suriah dan Irak. Tampak jelas bahwa negara yang menerapkan sistem kapitalisme menjadi individualistis, tidak memiliki kepedulian terhadap yang lain. Masa bodoh dengan kesengsaraan orang lain, yang penting dirinya senang, aman, dan sejahtera.
Hadis Nabi tentang Mengeringnya Sungai Eufrat
Sungai Eufrat memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Selain sebagai sungai yang bersumber dari surga, mengeringnya sungai Eufrat disebut sebagai pertanda kiamat. Hal ini seperti apa yang dikabarkan Nabi saw. lewat sabda beliau yang artinya:
“Kiamat tidak akan terjadi sampai Al-Furat mengering, sehingga muncullah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk merebutkannya. Dan setiap seratus orang (yang memperebutkannya) terbunuhlah sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari mereka mengatakan, “mudah-mudahan akulah yang selamat.” (HR. Muslim)
Para ulama berpendapat, penyebab kiamat bukan karena mengeringnya sungai Eufrat, melainkan akan adanya perang memperebutkan emas yang muncul setelah Sungai Eufrat mengering. Diceritakan bahwa orang-orang akan saling melukai dan
memutus tali silaturahmi demi mendapatkan emas tersebut. Oleh karena itu, pada hadis yang lain, Nabi saw. melarang untuk mengambil emas tersebut
Kalau kita cermati, sungai itu mengering karena ada campur tangan manusia. Ada keserakahan dalam pengelolaan air sehingga menimbulkan konflik horisontal di tengah masyarakat. Terlepas dari mengeringnya sungai Eufrat sebagai pertanda kiamat.
Perihal kepastian datangnya kiamat, tidak ada seorang pun yang tahu, bahkan Rasulullah saw. sekalipun, jadi hanya Allah saja yang mengetahuinya. Wallahu a'lam bissawab.[]
Masya Allah pembahasannya sangat detil. Barakallah Umm Qutuz
Maasyaa Allah, jadi mengerti penyebab kering sungai Eufrat. Lagi-lagi biang keladinya adalah sistem kapitalis dan nasionalisme. Perebutan air gara-gara beda negara padahal sesama muslim. Jika dalam satu kepemimpinan Islam, tidak akan terjadi seperti ini