Senarai rasa adalah pelengkap dalam mendawamkan pemikiran yang cemerlang dalam meniti kehidupan yang gemilang.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Perkara rasa, kala bermuara bahagia, kerap berujung binasa. Rasa yang dimiliki manusia, adalah potensi yang disematkan oleh Sang Maha Pencipta. Tak dimungkiri, senarai rasa berjejer di sudut hati. Ada yang menempatkannya sesuai porsi, ada kala datang tanpa permisi dan membuat tinggi hati.
Senarai rasa selalu ada pada diri manusia, tak perlu etalase khusus untuk memamerkannya. Ada manusia yang lembut perasaannya sehingga ia begitu peka. Ada pula manusia yang biasa saja bahkan tidak peka. Senarai rasa akan terus ada selama nyawa masih dikandung raga.
Senarai rasa akan muncul seiring rangsangan yang mengudara. Segenap naluri akan mewujudkan ekspresi rasa bila bersandar pada nas yang telah ditetapkan Allah Azza wa Jalla. Cinta dan benci adalah rasa. Malu, sedih, senang, takut, rindu, cemburu, bahagia, dan marah juga bagian dari rasa. Masih banyak deretan rasa semisal yang sering tumbuh subur dalam diri. Senarai rasa yang ada adalah fitrah. Hanya saja, bagaimana kemunculannya dan bagaimana menempatkannya akan membawa seseorang pada muara surga atau neraka.
Senarai rasa yang bersandar pada dalil syariat tentu akan membawa nikmat. Keberadaan rasa tersebut adalah urusan hati dan Allah, Zat Yang Maha Pemberi rahmat. Naluri baqo akan muncul rasa saat eksistensi diri terancam. Naluri nau’ juga akan mengintip mesra saat kasih sayang di antara dua lawan jenis, atau orang tua dan anak, bahkan antarsaudara berkelindan dalam romantika kehidupan keluarga ataupun asmara. Pun dengan naluri tadayyun, segenap rasa akan hadir kala seorang hamba terus mendekat pada Rabb-nya.
Mengikat senarai rasa bukan pada perasaan, tetapi pada hukum syariat yang diberlakukan. Segala rasa yang muncul harus diiringi karena Allah semata. Rasa marah yang mendera harus karena Allah. Rasa cinta yang bertabur indah juga harus karena Allah. Rasa benci yang bersembunyi pun harus karena Allah. Rasa malu juga dirawat dan disebutkan karena Allah. Senarai rasa yang lain pun harus ada karena Allah.
Allah telah menurunkan Islam kepada Baginda Rasulullah saw. dengan sempurna. Islam tak sebatas agama, tetapi juga seperangkat aturan kehidupan untuk meraih dunia dan akhirat. Rasa cinta dan benci yang berkelindan adalah yang lazim memeriahkan kehidupan seorang muslim. Maka dari itu, cinta dan bencinya harus karena Allah agar terhindar dari dosa dan memperoleh pahala. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي لنَّارِ(رواه البخاري)
”Dari Anas bin Malik (90 H) dari Nabi saw., beliau bersabda, ‘Tiga perkara yang apabila ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman; menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, jika ia mencintai seseorang maka dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka." (HR. Bukhari)
Rasa marah, takut, dan khawatir juga harus dikelola sebagaimana Islam menempatkan senarai rasa itu. Banyak sekali manusia, wabil khusus kaum muslim, yang suka bermain perasaan. Istilah baper alias bawa perasaan begitu viral saat ini. Sedikit-sedikit, perasaan, bagaimana baper itu? Biasanya orang yang baper ada status di platform media sosial, tersinggung, melihat status WA juga tersinggung, scroll sana sini pun tersinggung. Parahnya lagi, orang yang mendahulukan perasaan akan sering terjebak dalam senarai rasa yang telah terhimpun dalam benaknya.
Perasaan yang dipastikan sebagai pintu gerbang akan membekap pemikiran seseorang. Jernihnya pemikiran akan hilang saat perasaan terlalu diberi ruang. Bermain perasaan sangat riskan jika dijadikan sebagai jalan keluar sebuah persoalan. Seorang muslim akan salah kaprah dalam mendudukkan permasalahan jika sering berdansa dengan senarai rasa.
Ada sebuah kisah masa kini, sebutlah Fulan yang terlalu bawa perasaan. Dia selalu memandang negatif apa pun dan siapa pun yang tak disukainya. Meski sesuatu itu perkara halal dan orang yang tak disukai menyampaikan kebenaran akan terus dipandang negatif. Sebaliknya, saat si Fulan menyukai sesuatu atau seseorang, ia akan terus membela mati-matian meski orang tersebut sedang tergelincir pada kemaksiatan dan sesuatu itu perkara yang syubhat bahkan haram. Naudzubilah.
Celakanya, orang yang terlanjur bawa perasaan, dia akan cenderung over thinking dan akan berani menuduh siapa pun suuzan atau berpikir buruk tentang apa yang dia bela. Bahkan tak berhenti sampai di situ, senarai rasa benci dan cinta yang tak bersandar pada Allah akan mengantarnya untuk bercerita tentang apa yang menjadi masalahnya itu, mungkin juga dia akan mengajak orang lain untuk merasakan hal yang sama dengannya.
Begitu pun rasa malu, jika tidak bersandar pada Allah maka seseorang akan melakukan apa saja karena telah hilang rasa malunya atau malah dia akan malu untuk menyampaikan kebenaran. Rasa takut juga sama, jika tidak bersandar pada Allah maka seseorang akan takut untuk menyuarakan kebenaran dan tidak takut menentang Allah. Begitu pun dengan rasa-rasa yang lain, jika mendominasi dalam jiwa niscaya akal menjadi nomor sekian saja. Jika akal untuk berpikir terdistorsi oleh senarai rasa, bagaimana seseorang akan berubah lebih baik?
Sementara sebuah perubahan mendasar dan revolusioner ataupun kebangkitan pada seseorang dan suatu kaum akan bermula dari pemahaman. Sementara pemahaman tidak akan diperoleh dari perasaan, melainkan dari proses berpikir yang melibatkan potensi akal. Senarai rasa adalah pelengkap dalam mendawamkan pemikiran yang cemerlang dalam meniti kehidupan yang gemilang. Senarai rasa akan berkhidmat pada amal atau perbuatan yang sepenuhnya bersandar pada syariat Islam. Wallahu a'lam. []
mirip-mirip dengan pengertian bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang punya perasaan, pemikiran dan aturan.
menjadi muslim meniscayakan mampu mengendalikan beragam rasa yang muncul, bagaimana pun situasinya, agar tidak jatuh pada kemaksiatan saat meresponnya
Masyaallah.. menjadi pengingat bahwa rasa harus disandarkan pada-Nya
Barakallah mbak Afi..
Senarai rasa harus karena Allah..apapun itu. Semoga kita dan kaum muslim seluruhnya dapat menempatkan rasa sesuai syariat-Nya
Senarai rasa mesti sejalan dengan pemikiran dan pemahaman yang berasal dari Allah Swt agar tak salah dalam bersikap.
Semoga banyak yang tersadari dengan paparan naskah ini
Masyaallah, baper bisa jadi masalah ya. Semoga keimanan kami tidak semata terbentuk oleh perasaan, tapi oleh pemahaman. Barakallah ...
MasyaAllah tabarakallah mb keren..ya Allah jadikanlah perasaan kami ada dan teruju hanya karena-Mu.. aamiin