“Anas bin Malik sangat mencintai Rasulullah. Itu dibuktikannya dengan sungguh-sungguh mengikuti perkataan dan perbuatan Rasulullah, mencintai dan membenci sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Tiada hari ia menyebut nama Rasulullah dan berharap kelak mendapat syafaat darinya di Hari Akhir.”
Oleh. Deena Noor
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pada suatu hari, Ummu Sulaim dari Bani Najjar menghadap Rasulullah yang baru saja hijrah ke Madinah. Hari itu adalah hari yang cerah dan terang karena kedatangan sang Uswatun Hasanah. Ummu Sulaim membawa sang putra semata wayang yang berusia 10 tahun kepada Rasulullah untuk menjadi pelayan beliau.
Putra tersebut adalah Anas bin Malik. Ia merupakan anak dari Malik bin An-Nadhr dan Ummu Sulaim dari kalangan Ansar. Anas dikenal juga dengan nama Abu Hamzah.
Selama 10 tahun, Anas bin Malik membersamai Rasulullah dan melayani beliau dengan setia. Sungguh sebuah keistimewaan bagi Anas yang bisa mengikuti manusia paling mulia di jagad raya. Anas bin Malik melihat langsung bagaimana kehidupan Rasulullah. Anas menyaksikan betapa mulianya akhlak sang Nabi Allah.
Anas bin Malik memiliki tempat yang istimewa di sisi Rasulullah. Beliau menyayangi Anas seperti anak sendiri. Tidak pernah sekali pun Rasulullah berlaku buruk padanya. Bermuka masam pun tidak pernah beliau lakukan terhadap Anas. Rasulullah pernah mendoakan Anas: “Ya, Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, panjangkanlah usianya, dan masukkanlah ia ke surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mendapat penjagaan, pengasuhan dan pendidikan langsung dari Rasulullah menjadikan Anas bin Malik mampu menghafal banyak hadis. Sebanyak 2.286 hadis telah Anas riwayatkan. Karena itulah, Anas bin Malik menjadi salah satu sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Anas mendengar hadis-hadis tersebut langsung dari Rasulullah maupun dari para sahabat lainnya seperti Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Muadz bin Jabal, Abu Thalhah, dan yang lainnya.
Menemani Rasulullah hingga akhir hayatnya, menjadikan Anas bin Malik mengetahui keseharian beliau. Anas yang paling tahu bagaimana keadaan Rasulullah, bahkan rahasia yang tidak diketahui oleh sahabat lainnya. Pernah suatu kali Rasulullah tiba-tiba memanggil Anas untuk suatu urusan. Sang ibu yang melihatnya pun bertanya terkait urusan tersebut. Anas mengatakan: “Ini adalah rahasia Nabi.” Mendengar itu, sang ibu mengatakan pada Anas untuk benar-benar menjaga rahasia tersebut. Maka, Anas menepatinya dan tidak bercerita mengenai hal itu kepada siapa pun.
Anas bin Malik yang mendampingi Rasulullah selama 10 tahun memperoleh banyak kebaikan dari sang Nabi terakhir. Anas mendapat keteladanan sejati dalam kehidupan, baik dalam perkara akhlak maupun ibadah. Anas tak hanya setia melayani Rasulullah, tetapi ia juga berkesempatan untuk belajar langsung dari beliau. Anas melihat seperti apa salatnya Rasulullah dan itu menjadi contoh yang amat melekat dalam dirinya. Tak heran bila Anas dikatakan sebagai sahabat Nabi yang paling mirip salatnya dengan Rasulullah. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hurairah: “Saya tidak pernah melihat seorang pun yang mirip dengan salatnya Rasulullah selain daripada Ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik).”
Kualitas ibadah Anas bin Malik, khususnya salat, juga diakui oleh Ibnu Sirin dengan berkata: “Anas adalah sahabat yang salatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar.”
Sejarah juga mencatat bahwa Anas bin Malik merupakan salah satu sahabat yang salat menghadap dua kiblat, yakni Baitul Maqdis dan Ka’bah.
Anas bin Malik sangat mencintai Rasulullah. Itu dibuktikannya dengan sungguh-sungguh mengikuti perkataan dan perbuatan Rasulullah, mencintai dan membenci sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Tiada hari ia menyebut nama Rasulullah dan berharap kelak mendapat syafaat darinya di Hari Akhir.
Sungguh, sama sekali tak mengejutkan jika Anas sangat mencintai Nabi-Nya. Sosok yang Anas bin Malik temani sehari-harinya adalah manusia yang paling mulia akhlaknya, paling lapang dadanya, dan paling besar kasih sayangnya. Begitu dalamnya cinta Anas kepada Rasulullah yang telah melimpahinya kasih sayang sejati. Maka, hari meninggalnya Rasulullah menjadi salah satu di antara dua hari yang paling Anas ingat dalam hidupnya. Hari pertama adalah hari perjumpaan dengan Rasulullah yang membawa kegembiraan tiada tara. Sedangkan hari kedua adalah hari di mana Rasulullah yang mulia pergi meninggalkan dunia untuk selamanya. Hari perpisahan itu menjadi hari yang membawa kesedihan mendalam bagi Anas hingga air mata menetes setiap kali mengingatnya.
Setelah wafatnya Rasulullah, Anas terus mengabdi pada Islam. Ia sampaikan petunjuk dari Nabi-Nya ke tengah-tengah umat manusia. Ia tebarkan dan ajarkan ilmu yang diperolehnya dari Rasulullah hingga akhir hayatnya. Selama hidupnya itulah, Anas bin Malik menjadi rujukan bagi kaum muslimin. Ia seperti perguruan tingginya umat muslim. Banyak ulama hebat yang lahir dari tempaannya, seperti Hasan Al-Bashri, Asy-Sya’bi, Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Sirin, Ibnu Qilabah, Tsabit Al-Bunny, Az-Zuhri, Qatadah, dan masih banyak lainnya.
Selain menyebarkan ajaran Islam, Anas juga pernah ikut dalam peperangan kaum muslimin. Yakni, Perang Tustar yang luar biasa dalam rangka menembus benteng Persia. Anas juga pernah ditunjuk sebagai penarik zakat di Bahrain pada era Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Itulah kisah Anas bin Malik yang merupakan pelayan Rasulullah. Anas bin Malik hidup hingga usia 103 tahun. Ia meninggal di Bashrah dalam usia yang panjang, memiliki keturunan yang banyak dan harta yang melimpah. Lebih dari itu semua, Allah berkahi hidupnya dengan senantiasa menjadi pelayan agama-Nya hingga tutup usia.
Semoga kita bisa meneladani hidup Anas bin Malik yang begitu setia dan amanah dalam mendampingi Rasulullah. Kecintaannya yang begitu mendalam pada Rasulullah terwujud dalam aktivitasnya dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Ia terus menyampaikan ajaran Rasulullah di tengah-tengah umat dan mengabdikan dirinya untuk Islam. Kesetiaan pada jalan yang diridai-Nya merupakan keistimewaan Anas bin Malik, sang pelayan Rasulullah.
Wallahu a'lam bishshawwab[]