“Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka menginginkan kamu bersikap lunak sehingga mereka pun bersikap lunak kepadamu.”
Oleh. Deena Noor
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dakwah adalah aktivitas menyampaikan risalah Islam. Melakukan amar makruf nahi mungkar dilakukan sesuai tuntunan syariat. Dakwah itu tegas dan tidak bermanis mulut demi menyenangkan manusia. Dakwah tidak melakukan kompromi dengan sesuatu apa pun agar hukum syariat bisa disesuaikan menurut kepentingan manusia. Menurunkan ketetapan syariat hingga berada di bawah yang lainnya. Tidak seperti itu.
Rasulullah telah mencontohkan bagaimana melaksanakan dakwah di tengah masyarakat dalam berbagai situasi dan keadaan. Sebelum hijrah ke Madinah, Rasulullah berdakwah di Kota Makkah. Dari sirah, kita mengetahui bahwa dakwah di kota suci ini penuh dengan dinamika dan tak mudah.
Dakwah Rasulullah di Kota Makkah menyulut berbagai reaksi para pembesar kafir Quraisy. Bermacam strategi untuk membungkam dakwah beliau dan para sahabat dirancang oleh kaum kafir. Mereka juga melakukan lobi politik melalui Abu Thalib, paman Nabi, tetapi tak menemui keberhasilan. Rasulullah secara tegas menolak permintaan untuk menghentikan dakwah.
Namun, hal itu tak membuat kaum kafir Quraisy menyerah. Mereka pun menyusun strategi lain. Salah satunya dengan mengajukan tawaran kompromi politik pada Rasulullah.
Sesuai dengan kesepakatan para pembesar Quraisy, maka diutuslah ‘Utbah bin Rabi’ah yang biasa dipanggil Abu Al-Walid untuk menjumpai Rasulullah. ‘Utbah bin Rabi’ah ini juga merupakan salah seorang tokoh kaum Quraisy. Tatkala berada di hadapan Rasulullah, ‘Utbah pun berkata, “Wahai, anak saudaraku, engkau di mata kami-sebagaimana engkau ketahui-laksana pendobrak. Engkau telah membawa perkara besar di tengah-tengah kaum kami. Engkau telah mencerai-beraikan kesatuan mereka. Engkau telah merendahkan pernyataan-pernyataan mereka. Engkau telah menodai sembahan dan agama mereka. Engkau pun telah mengingkari kebiasaan-kebiasaan yang telah diwariskan dari bapak-bapak mereka. Karena itu, dengar dan perhatikanlah beberapa perkara yang kutawarkan ini. Mungkin engkau mau menerimanya.”
Dengan tenang Rasulullah lalu menjawab, “Katakanlah saja, wahai, Abu Al-Walid, aku akan mendengarkannya.”
‘Utbah kemudian melanjutkan perkataannya, “Wahai, anak saudaraku, jika dengan datangnya perkara ini (risalah Islam) engkau mengharap harta, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu hingga berlimpah-limpah. Jika engkau menghendaki kedudukan yang terhormat, maka kami akan memberikannya kepadamu hingga kami tidak akan memutuskan perkara tanpa kesertaanmu. Jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan memberikan kekuasaan kami kepadamu. Jika perkaramu itu (risalah Islam) merupakan sesuatu yang terus-menerus mengikutimu dan engkau tidak mampu meninggalkannya, maka kami akan mencari tabib untuk menyembuhkannya. Kami juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk itu dengan harta yang kami miliki hingga engkau terbebas dari perkara tersebut.”
Inilah kompromi yang ditawarkan oleh kaum kafir Quraisy melalui ‘Utbah bin Rabi’ah. Apakah Rasulullah menerimanya? Kita telah mengetahui bagaimana respons beliau terhadap tawaran tersebut. Beliau kemudian berkata pada ‘Utbah, “Apakah sudah selesai yang kau katakan, wahai, Abu Al-Walid?”
Abu Al-Walid pun menjawab, “Ya.”
Rasulullah lalu mengatakan, “Jika demikian, maka dengarlah kata-kata dariku.” Beliau pun membacakan surah Fushshilat ayat 1-4 yang artinya: “Haa Miim, diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang; kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling darinya serta tidak mau mendengarkannya.”
Mendengar itu, ‘Utbah terdiam. Ayat selanjutnya menyatakan dengan jelas bagaimana sikap kaum kafir terhadap risalah yang dibawa Rasulullah. Disebutkan dalam surah Fushshilat ayat 5: “Mereka berkata, “Di hati kami ada tutupan yang menutupi dari apa yang engkau serukan kepada kami, di telinga kami ada sumbatan (telah tersumbat), dan antara kami dan engkau ada dinding. Maka, bekerjalah engkau dan sesungguhnya kami juga bekerja.”
Kaum kafir Quraisy telah mengajukan berbagai macam tawaran kepada Rasulullah dengan harapan beliau mau menghentikan dakwah Islam. Mereka mencoba berkompromi dengan Rasulullah dengan maksud Islam tidak lagi disebarkan di tengah manusia. Harta, wanita, kedudukan, kekuasaan, dan segala fasilitas yang mempermudah kehidupan ditawarkan kepada beliau yang mulia, Rasulullah Muhammad shallahu 'alaihi wasallam. Namun, beliau bergeming. Rasulullah tidak goyah sedikit pun. Tawaran itu sama sekali tidak beliau pandang dan terus melanjutkan dakwah.
Bukan sekali atau dua kali tawaran untuk berkompromi diajukan oleh orang-orang kafir kepada Rasulullah, tetapi berkali-kali dan hasilnya nihil. Mereka tak berhasil membujuk Rasulullah untuk meninggalkan dakwah ataupun menyesuaikan dakwah seperti keinginan kaum kafir. Rasulullah tegas dan jelas dalam menunaikan perintah Allah Swt. untuk menyeru manusia kepada jalan yang diridai-Nya. Beliau sampaikan perintah Allah secara terbuka sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya di surah Al-Hijr ayat 94: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Inilah dakwah Rasulullah yang tegas dan tanpa kompromi. Sebagai umatnya, tentu kita harus meneladani beliau dalam kehidupan, termasuk dalam berdakwah. Mendakwahkan Islam di tengah masyarakat tanpa memberi peluang dan kesempatan bagi kompromi untuk masuk.
Masalah akidah adalah perkara yang mendasar. Sebagai sebuah prinsip atau asas yang mendasar, ia harus dijaga kemurniannya agar tak berubah sedikit pun. Berbahaya jika asas itu bergeser dan goyah. Ia tak akan mampu menopang bangunan di atasnya. Akibatnya, runtuhlah semua yang ada di atas asas tersebut. Karenanya, masalah akidah tidak boleh dan tidak bisa dikompromikan.
Sudah lumrah dalam dakwah akan datang berbagai tawaran yang menggoda supaya tujuan duniawi tercapai. Dakwah juga pasti menemui halangan, ancaman, rintangan, dan hambatan dari orang-orang yang tidak suka dengan dakwah. Mereka yang terganggu kepentingannya oleh dakwah akan selalu mencari cara untuk menghentikan laju dakwah. Entah dengan kekuasaan, kekerasan atau cara yang lembut, dakwah akan berusaha dicegah.
Menghadapi mereka yang gerah dengan dakwah atau yang berusaha melemahkan dakwah, maka harus kembali melihat kepada teladan kita, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana beliau tetap teguh berdakwah dalam kondisi apa pun. Beliau tak gentar ketika diancam dengan kekerasan, boikot, fitnahan hingga upaya pembunuhan. Beliau tak luluh di hadapan berbagai rayuan, bujukan, dan kelembutan yang hendak melunakkan prinsip beliau dalam menyebarkan risalah Islam. Beliau memegang kuat perintah Allah untuk tidak berkompromi pada kekufuran, seperti yang dinyatakan dalam surah Al-Qolam ayat 8-9: “Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka menginginkan kamu bersikap lunak sehingga mereka pun bersikap lunak kepadamu.”
Begitulah seharusnya kita dalam berdakwah. Mengikuti contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah menjadi jaminan keberhasilan dakwah Islam di muka bumi. Jalan keselamatan yang beliau rintis merupakan jalan terbaik yang akan membawa para pengikutnya kepada kebahagiaan yang hakiki. Yakni, mendapatkan rida Ilahi.
Wallahu a’lam bishshawwab[]
Photo : Canva