“Tidak ada satu orang muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, sedang ia tidak mengerjakan maksiat atau dosa, juga tidak memutus silaturahmi, melainkan Allah memberinya satu dari tiga perkara. Yaitu, Dia mengabulkan doanya, menyimpannya di akhirat, maupun memalingkannya dari kejahatan yang serupa.” (HR. At-Tirmidzi)
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.com)
NarasiPost.com-Mendekatkan diri kepada Allah merupakan tujuan utama seorang muslim yang mengaku bahwa dirinya beriman. Keyakinan ini harus menghunjam kuat dalam diri kita. Mendekatkan diri kepada Allah tidak ada artinya tanpa adanya ketaatan. Di antara tanda ketaatan adalah adanya kemauan untuk meminta dan berdoa, yang di dalamnya terkandung sikap merendah dan berlindung hanya kepada-Nya. Siapa pun yang sombong dan tidak mau berdoa, maka tempatnya adalah neraka jahanam.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman, sebagaimana yang disebutkan dalam surah Al-Mu’min ayat 60 bahwa, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sejatinya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina.”
Doa merupakan ibadah. Ibadah sendiri adalah ketaatan dan merendahkan diri kepada Allah, serta berlindung hanya kepada-Nya. Makna ini adalah makna sederhana dari doa, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kalimat singkat, tetapi penuh manfaat dalam sabda mulia beliau yang diriwayatkan Abu Dawud dan At-Atirmidzi bahwa, "Doa adalah ibadah." Juga dalam riwayat yang lain Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Doa adalah inti ibadah."
Tidak sedikit di antara kita yang berdoa, tetapi di waktu yang sama tetap mengerjakan perbuatan yang menyebabkan doa kita ditolak dan tidak dikabulkan. Ini karena faktor kebodohan kita tentang syarat-syarat berdoa. Padahal, seharusnya kita tahu jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka doa kita tidak akan dikabulkan.
Agar doa kita dikabulkan, kita harus memenuhi etika atau adab, serta waktu yang disunahkan hingga Allah mengabulkan doa kita. Salah satunya adalah menghadap kepada Allah dengan penuh keyakinan. Sungguh, Dialah yang menghilangkan setiap bala yang terjadi dan Yang Maha Malu untuk menolak hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Dalam sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam riwayat Imam Abu Dawud dinyatakan bahwa, “Sesungguhnya Tuhan kalian Allah Subhanahu Wa Taala, Yang Maha Hidup dan Maha Mulia. Dia malu untuk mengembalikan kepada hamba-Nya, apabila mengangkat kedua tangannya kepada-Nya dengan tangan kosong (tak dikabulkan)."
Dalam hadis lain, riwayat Imam At-Tirmidzi, beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak ada satu orang muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, sedang ia tidak mengerjakan maksiat atau dosa, juga tidak memutus silaturahmi, melainkan Allah memberinya satu dari tiga perkara. Yaitu, Dia mengabulkan doanya, menyimpannya di akhirat, maupun memalingkannya dari kejahatan yang serupa.” Para sahabat bertanya, “Artinya kita harus memperbanyak doa?” Beliau menjawab, “Allah akan memberi lebih banyak lagi.” Sungguh Allah akan mengganti bentuk pengabulan doa dengan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita. Bisa juga dengan ditundanya pengabulan doa kita sebagai simpanan pahala hingga hari akhirat.
Mungkin banyak dari kita merasa setiap hari telah berdoa, menengadahkan tangan ke langit meminta kepada-Nya, Sang Maha Pemberi. Namun, mengapa seakan permohonan kita belum ada yang terkabul? Kita mengharapkan ketenangan jiwa, tetapi mengapa semakin pelik masalah dirasa? Kita menginginkan kehidupan yang bahagia, tetapi mengapa seakan ujian tak pernah berhenti bertandang?
Maka, bisa jadi ada yang salah dengan diri kita, baik dalam berdoa maupun dalam menjalani aktivitas kita dalam kehidupan. Sesungguhnya ada dua faktor mengapa doa kita tertolak atau belum dikabulkan:
Pertama, bisa jadi kita kurang atau tidak memperhatikan adab dalam berdoa, baik yang berhubungan dengan adab lahir maupun adab batin. Kedua, perilaku kita yang buruk.
Agar doa kita dikabulkan, mari sejenak kita mengingat Imam An-Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasha’ih Al-‘Ibad, hlm. 74-75 yang menuturkan kisah Syaqiq Al-Balkhi, seorang ulama dari Khurasan. Beliau, Imam Syaqiq menuturkan bahwa Ibrahim bin Adham pernah berjalan-jalan di pasar kota Bashrah (Irak). Kemudian orang-orang mendatangi dan berkumpul di sekitar beliau. Mereka bertanya kepada beliau tentang firman Allah surat Ghafir ayat 60: “Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya.” Mereka (penduduk Bashrah) berkata “Sejak lama kami berdoa kepada Allah, tetapi Dia tidak juga mengabulkan doa kami.” Mendengar hal itu Ibrahim bin Adham lantas berkata, “Wahai kalian penduduk Bashrah, hal itu terjadi karena kalbu/hati kalian sejatinya telah mati disebabkan sepuluh perkara. Lalu, bagaimanakah mungkin Allah mengabulkan permohonan doa kalian?”
Ibrahim bin Adham kemudian menyebutkan sepuluh perkara tersebut:
Pertama, sejatinya kalian mengaku mengenal Allah, yaitu dengan memahami bahwa Dialah Sang Pencipta dan Pemberi rezeki kepada kalian. Namun, kalian tidak mau menunaikan hak-hak Allah dengan senantiasa hanya beribadah kepada-Nya sebagaimana yang diperintahkan kepada kalian.
Kedua, sejatinya kalian membaca Kitab Allah, tetapi kalian tidak mau mengamalkan apa yang ada di dalamnya.
Ketiga, sejatinya kalian mengakui setan sebagai musuh, tetapi kalian malah berteman dengannya dengan sering mengikuti berbagai ajakan dan tipu dayanya.
Keempat, sejatinya kalian mengaku mencintai Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Namun, kalian meninggalkan ajarannya dan mengabaikan sunah-sunah atau jalan kehidupan beliau tanpa berupaya untuk mengikutinya.
Kelima, sejatinya kalian mengaku mencintai surga, tetapi kalian tidak beraktivitas untuk meraih surga itu dengan melakukan amalan-amalan yang dapat memasukkan kalian ke dalam surga.
Keenam, sungguh kalian mengeklaim takut akan azab neraka, tetapi kalian malah terus-menerus melakukan banyak dosa dan maksiat yang dapat menggelincirkan kalian ke dalam neraka.
Ketujuh, sejatinya kalian meyakini bahwa kematian itu benar-benar akan datang, tetapi kalian tidak berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan berusaha memperbanyak amal saleh.
Kedelapan, sungguh kalian begitu sibuk mengurusi aib orang lain dengan banyak menggunjing, tetapi kalian lupa dan lalai terhadap aib sendiri dan tidak berupaya untuk memperbaiki diri.
Kesembilan, sejatinya kalian memakan rezeki Allah, tetapi kalian enggan dan lupa bersyukur kepada-Nya. Kalian lupa bahwa syukur seorang hamba kepada Allah adalah dengan biasa memuji-Nya dan sering menyebut kebaikan-Nya, juga senantiasa berusaha tunduk dan taat hanya kepada-Nya.
Kesepuluh, sejatinya kalian sering menguburkan orang yang meninggal di antara kalian. Namun, kalian tidak mengambil pelajaran dari kematian mereka. Kalian tidak mau menyadari itu. Padahal, apabila kalian menyadari, kalian akan mendambakan apa yang diperoleh pelaku kebajikan dan membenci apa yang diraih pelaku kemungkaran.
Itulah sepuluh perkara yang membuat hati kita mati, sehingga doa-doa yang kita panjatkan terasa hambar dan tentunya tertolak dari dikabulkan. Semoga kita bisa menjauhkan diri dari sepuluh perkara tersebut supaya hati kita senantiasa hidup. Karena hati yang hidup akan selalu ringan dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah dan mudah dalam meninggalkan dosa dan kemaksiatan kepada-Nya, sehingga doa-doa kita pun akan dikabulkan oleh Allah.
Wallahu a'lam[]