Benarkah Sistem Khilafah Tidak Dicontohkan Oleh Rasulullah?

"Jika nabi shallallahu alaihi wasallam tidak mendirikan negara dan tidak mempunyai kekuasaan lalu apa artinya kesepakatan mereka ketika mengangkat Abu Bakar, lalu diikuti dengan pengangkatan Umar, Usman, dan Ali setelah peninggalan Rasulullah kalau bukan kesepakatan untuk menjaga kekuasaan dan negara?"

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tatanan dunia kian hari kian karut-marut. Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini telah membawa manusia pada keterpurukan paling parah dalam sejarah manusia. Berbagai krisis ekonomi, sosial, hingga krisis kemanusiaan terjadi di mana-mana. Ketika kerusakan dan kehancuran membayangi pelupuk mata, manusia tentu menginginkan sebuah solusi. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk hidup lebih baik, gonta-ganti pemimpin pun ribuan kali dilakukan, namun karena solusi yang digunakan tidak mendasar dan setengah hati, maka hanya menambah kesengsaraan dan penderitaan semata.

Padahal manusia diciptakan oleh Allah di dunia ini tak hanya dibiarkan begitu saja tanpa aturan. Manusia, dijadikan pemimpin di dunia telah dilengkapi dengan petunjuk yang akan memudahkan manusia menjalani kehidupan ini. Diutusnya para rasul yang membawa risalah adalah bukti bahwa Allah tidak membiarkan manusia menjalani kehidupan ini sekehendak hatinya sendiri. Rasulullah pun diutus ke dunia ini untuk menjadi contoh terbaik bagi manusia dalam mengelola eksistensi mereka dan keberlangsungan kehidupan.

Tentu sudah dimaklumi bahwa nabi tidak hanya berdakwah dan mengemban risalah, tetapi juga mendirikan negara, bahkan beliau dinobatkan menjadi kepala negara Islam pertama. Jika ada pertanyaan, lantas apa buktinya?

Pertama, nas Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 48, yang memerintahkan nabi shallallahu alaihi wasallam untuk memerintah berdasarkan hukum yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Allah telah memerintahkan nabi shallallahu alaihi wasallam dengan tegas dalam Al-Qur'an dengan "Hendaknya kamu memutuskan atau memerintah". Ini merupakan perintah Allah kepada rasul agar beliau memerintah serta menjalankan pemerintahan dengan apa yang Allah turunkan. Perintah ini juga sebagai bukti bahwa tugas beliau bukan hanya berdakwah dan mengemban risalah, tetapi juga memerintah atau menjalankan pemerintahan. Dengan kata lain nabi bukan hanya ditugaskan menjadi nabi dan rasul, tetapi juga diperintahkan oleh Allah subhanahu untuk menjadi penguasa atau hakim.

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ

"Dan telah Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Jikalau Allah menghendaki, pastinya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah ingin mengujimu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam mengerjakan kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua dikembalikan, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan."

Kedua, nabi shallallahu alaihi wasallam juga diperintahkan untuk menegakkan sanksi hukum, seperti memotong tangan pencuri, mencambuk pezina menjatuhkan kisas kepada pembunuh dan juga sanksi hukum yang lain. Perintah menjatuhkan sanksi untuk pelanggaran pencurian dan cambuk bagi pezina laki-laki maupun perempuan adalah perintah menegakkan hukum. ini membuktikan bahwa Muhammad shallallahu alaihi wasallam bukan hanya sekadar nabi dan rasul tetapi juga penguasa. Fakta ini, sekaligus membuktikan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mendirikan negara, pasalnya tidak mungkin perintah-perintah di atas bisa dilaksanakan tanpa ada kekuasaan dan negara yang menerapkannya.

Ketiga, adanya perintah kepada nabi shallallahu alaihi wasallam untuk berperang, membagi ganimah, fai, dan sebagainya. Semua perintah ini tidak mungkin dilaksanakan oleh nabi shallallahu alaihi wasallam seorang diri, tetapi membutuhkan pasukan, panglima perang, dan tentu saja keputusan politik. ini membuktikan bahwa perintah-perintah di atas sekaligus perintah untuk mewujudkan institusi yang bisa merealisasikan perintah. Institusi itu tak lain adalah negara. Selain perintah dari Al-Qur'an, ucapan, tindakan, dan diamnya nabi shallallahu alaihi wasallam juga membuktikan bahwa beliau telah mendirikan negara.

Selain nas Al-Qur'an, juga terdapat dalil-dalil di dalam hadis:

Pertama, hadis baiat akabah kedua yang diriwayatkan Imam Ahmad: Kala itu Kaab bin Malik berkata "Kami pun berkata kepada Abbas (paman Rasulullah ) kami telah mendengar apa yang engkau sampaikan karena itu berbicaralah wahai Rasulullah, ambillah apa yang engkau inginkan untuk engkau dan Rabb engkau. Rasulullah pun bersabda dan membacakan Al-Qur'an, menyeru mereka kepada Allah dan memberi mereka motivasi tentang Islam. Beliau lalu bersabda "Aku membaiat kalian supaya kalian melindungiku sebagaimana kalian melindungi istri dan anak-anak kalian", Kaab kembali berkata bahwa Barra' bin Ma'rur mengambil tangan nabi dan berkata "ya". Demi Zat yang telah mengutus engkau sebagai nabi dan berkata "ya", demi Zat yang telah mengutus engkau sebagai nabi dengan membawa kebenaran, kami pasti akan melindungimu sebagaimana kami melindungi istri dan keluarga kami. Karena itu wahai Rasulullah, baiatlah kami. Demi Allah, kami adalah generasi yang terbiasa berperang, kami mewarisi tradisi itu dari generasi ke generasi terdahulu kami. Kaab berkata, lalu ketika kaum tadi dan Al-Barra berbicara dengan Rasulullah tiba-tiba Abu Al-Hatsam bin At-Taihan menyela, wahai Rasulullah antara kami dan orang-orang itu ada ikatan dan kami telah memutuskannya (yaitu kaum Yahudi) apakah jika kami telah melakukan itu lalu Allah memenangkan kepada engkau, lalu apakah engkau akan kembali kepada kaummu dan meninggalkan kami? Kaab berkata, Rasulullah pun tersenyum seraya bersabda "Sebaliknya, darahku adalah darah kalian dan kehormatanku adalah kehormatan kalian. Aku adalah bagian dari kalian dan kalian adalah bagian dari diriku. Aku akan memerangi siapa saja yang kalian perangi dan berdamai dengan siapa saja yang kalian ajak damai". Beliau pun bersabda "Kirimkanlah kepadaku 12 wakil agar menjadi wakil kaumnya". Mereka pun mengirimkan 12 wakil dari kalangan mereka (Khazraj) sembilan orang, dan 3 dari Aus.

Hadis ini menunjukkan bahwa kaum Anshar merupakan kaum yang telah memberikan nusrah atau pertolongannya kepada nabi shallallahu alaihi wasallam, yang sekaligus menandai transisi kekuasaan dari mereka kepada beliau. Baiat ini tak hanya untuk menolong dan melindungi tetapi juga untuk berperang melawan musuh-musuh mereka.

Kedua, hadis-hadis tentang pembentukan pasukan perang, peperangan nabi, perjanjian perdamaian, pengangkatan wali, kadi atau hakim di wilayah-wilayah luar Hijaz, penaklukkan Jazirah Arab pada zamannya, termasuk kabar gembira takhluknya Yaman, Persia, Romawi hingga Konstantinopel. Serta hadis-hadis serupa yang tidak terhitung jumlahnya. Semua itu membuktikan bahwa nabi shallallahu alaihi wasallam membangun kekuasaan atau negara.

Ketiga, hadis-hadis tentang adanya Khilafah dan para khalifah sepeninggal nabi yang melanjutkan kepemimpinan beliau dalam urusan dunia dan agama. Ini juga membuktikan bahwa nabi mendirikan negara. Nabi bersabda dalam hadis Imam Muslim, bahwa dulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi, ketika seorang nabi wafat ia akan digantikan oleh nabi yang lain, sungguh tidak ada nabi sepeninggalku, yang ada adalah para khalifah dengan jumlah yang banyak.

Keempat, hadis-hadis tentang kewajiban adanya baiat di atas pundak kaum muslim dan larangan melepaskan baiat. Baiat itu tentu diberikan kepada khalifah atau kepala negara bukan kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai nabi, alasannya nabi tidak dibaiat dan tidak membutuhkan baiat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ubadah bin Shamit dalam hadis riwayat Imam Muslim berikut: "Kami membaiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar mendengar dan mentaati beliau baik dan kelapangan maupun keterpaksaan kami, dalam kesulitan maupun kelapangan kami, dan agar kami tidak merebut urusan atau kekuasaan ini dari yang berhak".

Selain dari nas Al-Qur'an dan Sunah di atas, juga ada ijmak sahabat. Bahwa para sahabat sepakat untuk mengangkat kepemimpinan di seluruh alam yang akan mengurus urusan agama dan dunia termasuk di dalamnya adalah urusan negara. Jika nabi shallallahu alaihi wasallam tidak mendirikan negara dan tidak mempunyai kekuasaan lalu apa artinya kesepakatan mereka ketika mengangkat Abu Bakar, lalu diikuti dengan pengangkatan Umar, Usman, dan Ali setelah peninggalan Rasulullah kalau bukan kesepakatan untuk menjaga kekuasaan dan negara?

Sungguh, apa yang terjadi sekarang ini, dengan segala kerusakan dan kemerosotan ini, menggambarkan bahwa kita hidup dalam ketiadaan kekuasaan yang menjaga agama dan melindungi umat. Untuk itu perlu ada upaya serius untuk kembali menjadikan Rasulullah sebagai teladan terbaik dan mempelajari sejarah agung peradaban Islam, serta mengembalikan kehidupan Islam dengan tegaknya Khilafah di muka bumi. Khilafah adalah solusi bagi dunia, jangan membencinya.

Wallahu a'lam.[]


Photo : pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
HTI Difitnah Lagi, Islamofobia Detected!
Next
Pariwisata antara Fakta dan Harapan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram