Ummu Umarah, Sang Perisai Rasulullah

"Ummu Umarah adalah teladan bagi para Muslimah dalam pengorbanannya yang ikhlas dalam perjuangan Islam. Ummu Umarah adalah sahabiyah yang terkenal pemberani, ia sering mengikuti peperangan untuk ikut berjihad fisabilillah."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ummu Umarah adalah julukan bagi Nusaibah binti Ka'ab bin Amr bin 'Auf bin Mabdzul. Sahabiyah dari kalangan Anshar, tepatnya dari suku Al-Kahzrajiyyah Al-Madaniyyah. Ia merupakan saudari dari Abdullah bin Ka'ab salah satu syuhada Perang Badar. Dari pernikahannya yang pertama dengan Zaid bin 'Ashim Al-Mazini An-Najjari ia dikaruniai dua putra yaitu Abdullah dan Hubaib. Kelak sepeninggal Zaid bin 'Ashim, Nusaibah menikah dengan Ghaziyyah bin 'Amr Al-Mazini An-Najjari, dan dikaruniai seorang putra bernama Tamim, dan seorang putri bernama Haulah.

Nusaibah masuk Islam pada masa dakwah Islam dimulai di Madinah oleh Mush'ab bin Umair, yang diutus oleh Rasulullah untuk menyeru penduduk Yatsrib agar menyembah Allah semata. Nusaibah adalah wanita Anshar pertama yang berislam dan menjadikannya sebagai salah seorang dari dua wanita yang ikut pergi ke Makkah bersama Mush'ab bin Umair serta 73 pria Madinah untuk bertemu Rasulullah dalam peristiwa Baiat Aqabah kedua.

Berawal ketika Zaid suaminya pulang dengan gembira dan bercerita, bahwa ia bertemu dengan Mush'ab bin Umair seorang utusan Muhammad bin Abdullah sebagai seorang Rasul dari kaum Quraisy Makkah, bahwa Muhammad dalam mendakwahkan Islam telah dimusuhi oleh kaumnya, namun beliau tetap tegar dan tabah, bahkan beliau tidak tergoda dengan iming-iming harta maupun jabatan yang ditawarkan kaumnya kepadanya.

Tersentuh dengan kisah Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, Zaid pun berkata: Demi Allah, saya tidak hanya kagum dengan hal itu, namun saya pun menyatakan keislaman saya dengan bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Seandainya engkau mendengar langsung dari mulut Mush'ab sendiri kisah ini, tentunya kau tidak akan dapat membantahnya. Hati Nusaibah pun tergerak setelah mendengar hal itu dari sang suami. Dengan penuh haru, kemudian ia menyatakan kesaksiannya dan beriman, serta bertekad untuk ikut berbaiat pada musim haji berikutnya.

Keluarga Nusaibah senantiasa istikamah dalam keimanan serta dalam membantu dakwah Rasulullah. Bahkan setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah dan menjadikannya sebagai pusat dakwah juga pusat pemerintahan negara yang baru saja beliau dirikan. Bahkan saat Perang Badar, salah satu putranya, yaitu Abdullah dengan gagah berani ikut berjuang dan menegakkan panji-panji Islam hingga kemenangan dapat diraih oleh pasukan kaum muslimin. Tak berselang lama dari Perang Badar, Zaid sang suami meninggal dunia. Nusaibah kemudian menerima pinangan Ghaziyah bin Amr.

Nusaibah terus ikut andil dalam dakwah dan perjuangan Islam, meskipun di tengah-tengah kesibukannya sebagai istri dan seorang ibu. Salah satunya adalah ia ikut berpartisipasi dalam Perang Uhud yang terjadi pada 7 Syawal tahun ke 3 Hijriah atau 22 Maret 625 Masehi, pasukan kaum muslim yang dipimpin Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berjumlah sekitar 700 orang, yang berperang melawan 3.000 tentara kafir Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb.

Ummu Umarah pada awalnya hanya bertugas sebagai perawat serta penyedia minuman bagi para tentara. Namun saat keadaan berbalik, yang tadinya kaum muslim menguasai peperangan berbalik mulai berlarian dikejar pasukan Khalid bin Walid, di tengah-tengah peristiwa itu berlangsung, Ibnu Qumai’ah melintas, mencari dan ingin membunuh Rasulullah, maka Ummu Umarah dengan berani serta tanpa gentar menghadangnya. Dalam duel inilah, ia mendapatkan luka pada bagian pundaknya.

Ummu Umarah menuturkan: Aku menyaksikan banyak kaum muslim yang lari dan meninggalkan Rasulullah dan hanya tersisa beberapa orang saja untuk melindungi beliau termasuk aku dan kedua anakku, sedang suamiku ada tepat di depan Rasulullah untuk menjaganya. Saat itu Rasulullah melihatku tak bersenjata, maka beliau berkata kepada tentara muslim yang lari, "Berikan pedangmu pada orang yang berperang.” Kemudian, Ummu Umarah pun mengambil pedang tersebut dan segera ikut melindungi Nabi dari serangan musuh.

Ummu Umarah melindungi Rasulullah dengan kegigihan yang luar biasa, Rasulullah pun berkata, “Aku tidak melihat ke kanan dan ke kiri, melainkan menyaksikan Ummu Umarah bertempur di hadapanku.”
Saat itu, Abdullah putranya sedang luka parah oleh tikaman musuh. Kemudian Ummu Umarah membalut luka anaknya dan berkata, “Bangkit wahai anakku.” Dan anaknya terus bangkit untuk melawan musuh.

Akan tetapi, musuh tetap mengetahui posisi Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam. Mereka terus mencoba mendekat untuk menyerang dengan kebencian dan kemarahan mereka kepada beliau. Pada saat itulah beliau bersabda kepada sembilan sahabat, yang terdiri dari tujuh sahabat Anshar dan dua dari kalangan Muhajirin yang berada tidak jauh dari beliau:"Siapa saja yang mau menghadang mereka dari kita, maka baginya surga atau menjadi sahabatku di surga"

Seketika itu setelah mendengar sabda beliau ini, tujuh dari sahabat Anshar segera berusaha menghalau musuh yang berusaha menyerang Baginda Nabi, tetapi mereka tidak berhasil. Satu demi satu mereka syahid hingga akhirnya habis. Kemudian beliau kembali bersabda pada dua sahabat yang tersisa:"Kita tidak menegakkan keadilan pada sahabat- sahabat kita"

Maksudnya adalah dua sahabat Muhajirin ini tidak berbuat adil, karena tidak ikut berjuang bersama sahabat Anshar dalam membela Rasulullah dan hanya membiarkan ketujuh sahabat Anshar tadi berperang sendiri hingga habis.

Tatkala seorang musuh menikam anak Ummu Umarah merangsek mendekat, Rasulullah pun berkata kepada Ummu Umarah: “Inilah orang yang telah menikam anakmu.
Nusaibah pun serta merta mendekati orang tersebut dan menikam betisnya dengan pedangnya. Kemudian Rasulullah berkata lagi sembari tersenyum: “Bagus, Ummu Umarah! Engkau telah berhasil membalasnya".
Setelah itu, Nusaibah dibantu oleh beberapa tentara muslim dan membunuh orang tersebut. Menyaksikan ini, Rasulullah kembali bersabda: “Segala puji hanya milik Allah yang telah menenteramkan dan menyenangkan hatimu dari musuhmu serta menunjukkan balas dendammu di hadapanmu."

Nusaibah mendapat 13 luka dalam peristiwa Uhud, terutama pada bagian pundaknya, yang memerlukan penyembuhan sekitar satu tahun. Rasulullah pun memeriksa lukanya dan meminta Abdullah, anak Nusaibah untuk membalut luka tersebut sembari bersabda: “Semoga Allah senantiasa memberkati dan merahmati kamu sekalian.” Mendengar itu Nusaibah pun berkata kepada Rasulullah. “Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah supaya kami bisa menemanimu di surga kelak", kemudian Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah! Izinkanlah mereka semua menjadi temanku kelak di surga". Nusaibah pun membalas: “Aku tak akan pernah mengeluh kesah dalam setiap musibah yang menimpaku selama di dunia ini”. Ummu Umarah adalah teladan bagi para Muslimah dalam pengorbanannya yang ikhlas dalam perjuangan Islam.

Ummu Umarah adalah sahabiyah yang terkenal pemberani, ia sering mengikuti peperangan untuk ikut berjihad fisabilillah. Rasulullah pernah memujinya karena itu: ”Wahai Ummu Umarah, siapakah yang mampu melakukan layaknya yang engkau lakukan?” Selain sifat berani, Nusaibah pun mempunyai kecerdasan yang luar biasa, segala aktivitasnya ia tujukan dan ia siapkan dengan matang demi meraih keridaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Selain perang Uhud, Nusaibah beserta suami dan anak-anaknya pun mengikuti berbagai perang yang dilakukan oleh kaum muslim, baik selama Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat, seperti peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain, juga Perang Yamamah, yang menjadikan anaknya, Hubaib, syahid setelah dimutilasi oleh Musailamah Al-Kadzab, yang kemudian dibalas oleh putranya yang lain yaitu Abdullah, walaupun kemudian ia juga menemui kesyahidan, sedang Nusaibah sendiri mendapatkan 11 luka dan satu lengannya putus.

Dalam perang-perang tersebut Ummu Umarah tak hanya sebagai penyedia logistik ataupun perawat semata, namun tak jarang ia ikut terjun ke medan laga melindungi Rasulullah dan membantu pasukan kaum muslim menggempur pertahanan musuh-musuh Islam. Karena itulah ia mendapat julukan dari Rasulullah sebagai Perisai Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam. Nusaibah pun menutup kisah hidup heroiknya sebagai muslimah pejuang Islam beberapa waktu setelah pulang dari Perang Yamamah.

Banyak sekali pelajaran yang seharusnya dapat diambil oleh para muslimah masa kini dari sosok luar biasa Nusaibah binti Ka'ab ini. Ia tak hanya sebagai seorang muslimah biasa, ia begitu mencintai surga. Untuk itulah ia bersegera menyambut dan tidak menyia-nyiakan seruan untuk Islam. Ia terus istikamah berjuang dan membela Rasulullah dan perjuangan Islam demi kemenangan Islam dengan seluruh jiwa raganya. Sebagai seorang istri dan seorang ibu, ia telah berhasil menunaikan tanggung jawabnya sebagai pendukung dan pendorong semangat jihad suami-suami dan anak-anaknya, sehingga mereka semua mampu menjemput kemuliaan tertinggi sebagai syuhada dalam perjuangan meninggikan Panji Islam.

Wallahu a'lam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Hei, Kapitalis, Jangan Bajak Santri Kami!
Next
BUMN dalam Tata Kelola Kapitalistik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ummu Najwa
Ummu Najwa
2 years ago

Ummu Umarah seharusnya menjadi teladan bagi muslimah zaman now..dalam kecintaannya terhadap Allah, Rasulallah, juga Islam..mampukah kita mengikutinya tanpa embel2 berat karena urusan dunia?

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram