Thalab An Nushrah

"Thalabun Nushrah merupakan satu-satunya metode yang sahih dan syar'i dalam upaya menegakkan Khilafah. Metode ini bersifat tetap tidak dapat diubah-ubah dan wajib dilaksanakan dalam upaya menegakkan Khilafah."

Oleh. Aya Ummu Najwa

NarasiPost.Com-Thalabun nushrah merupakan aktivitas mendakwahi serta meminta pertolongan, dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan, kepada pemilik kekuasaan. Tujuannya untuk menyerahkan kekuasaan dan penegakan Khilafah. Serta tujuan lain yang berkaitan dengan dukungan terhadap dakwah, seperti: melindungi para pengemban dakwah, sehingga mereka dapat menyampaikan maksud dan tujuan dakwah mereka kepada masyarakat, juga untuk menghilangkan berbagai keburukan bagi pengemban dakwah.

Thalabun nushrah hanyalah aktivitas dakwah dalam suatu tahapan dakwah, namun sejatinya ia bukanlah suatu tahapan dakwah. Aktivitas ini dilakukan manakala para pemimpin dan juga masyarakat menolak dan menentang diterapkannya Islam dalam kehidupan bernegara, menyeru mereka agar mau menjadi penolong agama Allah, serta mencegah terjadinya penganiayaan terhadap para pengemban dakwah Islam politik untuk menegakkan Khilafah. Metode ini merupakan aktivitas politik, berbeda dengan kudeta yang merupakan aktivitas militer.

Thalabun nushrah merupakan bagian dari metode dakwah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Al-‘Alim al-Syaikh ‘Atha’ bin Khalil, ulama mujtahid dalam kitab Taysir al-Wushul ila al-Ushul, menjelaskan indikasi tegas yang menunjukkan akan kewajiban: "Konsistensi Rasulullah terhadap metode tertentu untuk menegakkan daulah atau negara, yakni thalabun nushrah (meminta bantuan pemilik kekuasaan untuk dakwah), serta keteguhan Rasulullah terhadap kesulitan aktivitas ini tanpa mengubahnya, adalah dalil bahwa aktivitas thalabun nushrah demi tegaknya negara Islam merupakan kewajiban dari sekian banyak kewajiban.”

Thalab an nushrah dilakukan pada akhir tahapan at-tafa'ul atau tahapan dakwah terbuka kepada umat, setelah tahapan pertama dakwah yaitu tatsqif atau pembinaan dan sebelum istilam al-hukm atau tahapan penerimaan kekuasaan. Jika pemilik kekuasaan merespon dengan melakukan perubahan, maka tahapan ketiga pun telah tiba biidznillah.

Selama masa berinteraksi dengan umat dalam tahapan dakwah terbuka, Rasulullah mulai mencari nushrah. Saat Abu Thalib dan istri beliau, ibunda Khadijah meninggal dunia, penduduk Makkah semakin berani menampakkan permusuhan kepada Rasulullah. Kaum Quraisy semakin gencar menyerang Rasul, hingga pada tahap yang belum pernah mereka lakukan. Maka perlindungan kepada Rasul pun semakin lemah dibanding pada masa Abu Thalib. Maka Allah memerintahkan beliau untuk mencari pertolongan dan menawarkan diri beliau kepada para kabilah Arab. Dengan demikian beliau dapat menyampaikan kerasulan beliau dalam kondisi aman dan terlindungi.

Imam Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitabnya, Sirah an-Nabawwiyah li Ibni Katsir dari Ali bin Abi Thalib: Tatkala Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk menawarkan diri beliau kepada kabilah Arab, beliau, saya serta Abu Bakar keluar bersama, beliau menuju Mina dan kami datangi majelis-majelis bangsa Arab.

Imam Ibnu Katsir juga meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas dari ‘Abbas Radhiyallahu Anhuma: RasulullahShalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada saya: “Saya tidak melihat perlindungan pada dirimu ataupun saudaramu. Bersediakah besok bersama keluar ke pasar, sampai kita berdiam di tempat-tempat singgah kabilah-kabilah orang-orang Arab.” Berkata Abbas: Aku menjawab, “Ini adalah Kindah beserta kemahnya. Mereka adalah orang orang Yaman terbaik yang menunaikan haji. Ini adalah kemah Bakar bin Wail. Ini kemah Bani Amir bin Sha’sha’ah. Pilihlah bagimu.” Abbas sekali lagi berkata: Maka beliau pun memulai dari Bani Kindah dengan mendatangi mereka.

Kemudian Rasulullah berjalan kaki, menuju Thaif. Thaif merupakan sebuah kota di Provinsi Makkah, Arab Saudi, berada pada ketinggian 1.700 m di lereng Pegunungan Sarawat. Thaif merupakan kota kedua terbesar di kawasan Hijaz. Selama 10 hari, beliau tinggal di Thaif tinggal bersama Zaid bin Haritsah. Beliau merasa optimis masyarakat Thaif akan menerima dakwah Islam ini.

Rasulullah pun bertemu dengan pemuka Bani Tsaqif, yaitu suku terbesar di Thaif. Suku ini merupakan suku paling dekat dengan penduduk Makkah. Serta masih memiliki hubungan saudara dengan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Yaitu dari nenek beliau, ibu dari Hasyim bin Abdi Manaf.

Nabi bertemu dengan pembesarnya yaitu Abdu Yalil, Khubaib dan Mas'ud, mereka merupakan anak dari ‘Amr bin Umair Ats-Tsaqafy. Rasulullah mengenalkan tauhid kepada mereka, dan meminta pertolongan untuk melindungi agama Allah. Namun mereka menolaknya. Bahkan ketika beliau meminta agar tidak menyebarkan berita perihal kedatangan Rasulullah kepada penduduk Makkah, mereka pun menolaknya, dan malah menyiarkannya, sehingga beliau mendapatkan perlakuan buruk, berupa pelecehan, perundungan, umpatan, dan penghinaan.

Selain itu, mereka juga menyuruh anak-anak, agar melempari Rasulullah dan Zaid bin Haritsah dengan batu hingga beliau berdarah. Lalu beliau beristirahat di dalam kebun anggur milik sahabat karib Abu Jahal, yaitu kakak beradik Uthbah dan Syaibah. Kemudian beliau pun mengadukan semuanya kepada Allah dalam doa yang masyhur:

"Duhai Rabb-ku, hanya kepada-Mu aku mengadukan kelemahan dan kurangnya upayaku pada manusia. Ya Rabb yang Maha Penyayang, Engkaulah Rabb dari orang-orang lemah dan Engkau adalah Rabb-ku. Kepada siapa Engkau akan menyerahkanku? Kepada musuh yang akan mencengkeram, atau kepada mereka yang Engkau berikan urusanku padanya, tidak apa bagiku asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Dan sungguh afiat-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya kemuliaan wajah-Mu, yang menerangi segala kegelapan. Yang akan membawa kebahagian dunia dan akhirat. Dari kemarahan-Mu padaku juga dari Engkau turunkan azab-Mu atasku. Hanya kepada Engkaulah aku adukan perkaraku sampai Engkau rida. Tiada daya serta upaya kecuali dengan izin-Mu"

Mereka kemudian beristirahat dan mengobati luka. Rasulullah pun bermunajat kepada Allah agar Allah kuatkan beliau dalam menghadapi cobaan dakwah yang begitu berat. Allah Subhanahu Wata'ala pun menjawab doa beliau. Malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung pun mendatanginya. Berkata Jibril 'Alaihissalam kepada baginda, "Apakah kau ingin aku jatuhkan dua gunung kepada mereka (masyarakat Thaif)? Jika itu yang kau mau, pasti aku lakukan." Akan tetapi Rasulullah menolaknya. Sebaliknya, beliau mengharapkan Allah berkenan menciptakan generasi bertakwa dari tulang rusuk masyarakat di sana. (HR. Bukhari: 3.231, Muslim: 1.795).

Tujuan Thalabun Nushrah

Pertama, untuk mendapatkan perlindungan bagi para pengemban dakwah Islam kaffah berikut aktivitas dakwahnya. Contoh, kondisi Rasulullah yang memperoleh perlindungan dari pamannya (Abu Thalib) atau jaminan keamanan dari Muth’im bin Adi sepulang beliau dari Thaif.

Kedua, untuk meraih kekuasaan, dalam rangka menegakkan hukum Allah dengan menegakkan negara Khilafah. Sebagaimana ketika Rasulullah menerima kekuasaan dari para pemuka suku Aus dan Khazraj Madinah, yang kemudian dikenal dengan kaum Anshar karena menolong agama Allah. Hingga Rasulullah dapat menegakkan negara Islam di Madinah.

Thalabun Nushrah merupakan satu-satunya metode yang sahih dan syar'i dalam upaya menegakkan Khilafah. Metode ini bersifat tetap tidak dapat diubah-ubah dan wajib dilaksanakan dalam upaya menegakkan Khilafah. Bukan dengan metode lainnya, misal membangun masjid, sekolah Islam, menguasai ekonomi, maupun dengan membantu fakir miskin, serta perbaikan akhlak. Walaupun semua adalah amal saleh, tetapi bukan metode sahih untuk menegakkan Daulah Khilafah.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Kapitalisme Membajak Potensi Santri
Next
Permendikbudristek Mengancam Generasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram