Rumah dan barang-barang mewah yang dimiliki akhirnya satu persatu hilang, dalam arti terjual atau tergadai hanya untuk membayar utang. Penghasilan terasa tidak cukup karena hanya habis buat membayar utang, akhirnya untuk menutupinya terpaksa gali lubang tutup lubang dan itu akan terus berlangsung .
Oleh: Asri Mulya
NarasiPost.com - Hampir semua lini kehidupan di dunia pasti berhubungan dengan transaksi utang riba atau tunai. Termasuk juga dalam kehidupan dalam rumah tangga, suami istri akan selalu bermusyawarah mengambil suatu keputusan. Apapun itu misal: mau membeli rumah, kendaraan, barang-barang yang dibutuhkan, menyekolahkan anak dan lain-lain.
Dari semua keputusan, tidak jarang baik suami atau istri memberikan pemikiran bagaimana cara membelinya, apa dengan cara utang atau tunai. Tidak munafik pastinya, yang namanya manusia ada hasrat ingin memiliki suatu barang yang bagus atau mewah ibaratnya, bisa sama dengan temannya. Karena hasrat itu timbulah pemikiran untuk segera memiliki barang yang dituju dan diimpikan.
Dalam rumah tangga masing-masing orang punya prinsip di antaranya:
A. Dengan cara utang atau kredit. Ada yang memiliki prinsip kalau tanpa utang jadi tidak hidup, nanti tidak mempunyai apa-apa. Akhirnya, karena prinsip dengan pemikiran itulah, selalu berutang setiap membeli sesuatu. Padahal, mengetahui bahwa utang itu akan memberatkan apalagi jika berbunga.
B. Tetap membeli secara tunai. Ada juga yang mempunyai prinsip tidak mau sama sekali berutang, karena takut tidak bisa bayar dan berpikir kehidupannya di dunia tidak pernah tahu. Karena ajal sewaktu-waktu bisa menjemput. Tetap berpikir yakin bahwa nanti dia bisa membeli barang tersebut dengan cara tunai, meskipun lama mendapatkannya asal tidak berutang. Memilih untuk bersabar, dengan menabung terlebih dahulu.
Prinsip itu memang suatu pilihan dalam kehidupan seseorang. Tidak masalah bagi rumah tangga yang memiliki kekayaan atau mempunyai uang berlebih, pasti akan membeli dengan mudah secara tunai. Sedangkan bagi yang pas-pasan bagaimana membelinya? Pasti berutang. Eits, jangan salah menduga dulu. Apakah itu menjamin rumah tangga yang memiliki uang lebih tidak pernah berutang atau kredit? Karena jangan menilai orang dari tampilan luarnya. Belum tentu ya!
Ada juga orang yang pas-pasan ekonominya, dalam rumah tangga tidak selalu terlilit utang. Semua bisa saja terbalik dan bisa sama tergantung kembali kepada prinsip mau berutang atau tetap membeli secara tunai.
Ini bukan hendak menjelekkan atau mencela pihak yang berutang, tetapi hanya ingin bercerita dari kisah-kisah orang terlilit utang apalagi dengan sistem riba. Ternyata, banyak kisah yang dapat didengar dan dilihat langsung dari rumah tangga yang sering mengambil keputusan dengan berutang riba, akhirnya berakhir menyedihkan. Tadinya rumah tangga itu baik-baik saja, karena terlilit utang di mana-mana, akhirnya kehidupan rumah tangganya hancur. Kalaupun tetap bersama seperti tidak menemukan keberkahan di dalam rumah tangga. Sering cekcok dan merasa kurang penerimaan terhadap penghasilan suami atau dari keduanya, meskipun sama-sama bekerja.
Kehidupan rumah tangganya ada saja yang mengalami musibah. Suami atau istri kecelakaan, anak-anak sering sakit keluar masuk rumah sakit, keluarga ada yang meninggal dan sebagainya. Hal tersebut sebenarnya bentuk teguran dari Allah Subhanahu Wa Ta'aala bagi orang yang mau berpikir. Bahwa sesungguhnya utang dengan sistem riba itu bisa menghancurkan.
Sesuai dengan Firman Allah Subhanahu Wa Ta'aala dalam surah Al-Baqarah ayat 276:
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa." (Qs. Al-Baqarah: 276)
Rumah dan barang-barang mewah yang dimiliki akhirnya satu persatu hilang, dalam arti terjual atau tergadai hanya untuk membayar utang. Penghasilan terasa tidak cukup karena hanya habis buat membayar utang, akhirnya untuk menutupinya terpaksa gali lubang tutup lubang dan itu akan terus berlangsung. Berharap sampai bisa lunas utang-utangnya. Tapi ternyata ada yang tidak bisa melunasinya. Hingga barang yang diutangnya tersita.
Memang cerita tersebut tidak semuanya sama, bagi setiap orang yang mempunyai utang. Ada juga yang dapat melunasinya dan tidak kembali berutang riba, khususnya. Sudah menyadari kesalahannya, bahwa riba itu tidak baik. Karena membuat pusing pikiran dan hati jiwanya gelisah, tidak tenang dan tidak tenteram. Benar adanya seperti firman Allah bahwa pemakan riba akan menjadi gila, seperti kemasukan setan.
Surat Al-Baqarah ayat: 275
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang gila yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapatkan peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. "
Tips agar terhindar dari utang khususnya bagi suami istri:
- Suami istri harus bisa menahan hasrat untuk tidak sering membeli barang-barang, tidak iri dengan teman-temannya karena ingin memiliki barang.
- Buang rasa iri, dengki, ria, ujub dalam hati dengan tetap menjaga hati.
- Perkaya diri dengan amal salih, sering menghadiri majelis ilmu, karena bisa membersihkan hati
- Selalu bersyukur dengan yang diperoleh, baik dari suami, dengan menafkahkan 2,5% penghasilan untuk berzakat
- Rajin bersedekah meski sedikit, karena sedekah mampu melancarkan rezeki
- Tetap berusaha membahagiakan orang tua dengan cara memberikan perhatian, memberikan sedikit penghasilan kita kepadanya
- Bisa mengatur keuangan dalam rumah tangganya, bisa melihat kemampuan ekonomi dalam rumah tangga. Lebih memprioritaskan hal yang penting dibandingkan sekedar keinginan.
- Senantiasa berdoa kepada Allah agar memberikan keberkahan dan petunjuk dalam setiap mengambil keputusan
Oleh karena itu, sebaiknya suami istri berperan dalam mengambil keputusan. Suami sebagai kepala keluarga, sebagai penentu keputusan. Istri yang salihah mengetahui tentang bahaya utang apalagi riba itu dapat menyengsarakan baik dunia maupun akhirat. Istri tidak akan setuju mengambil keputusan untuk berutang dengan riba. Menyadari betul bahwa kehidupan berumah tangga adalah termasuk jalan ibadah, harus tunduk patuh dengan perintah serta larangan Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Suami istri senantiasa berusaha menjadi penjaga cahaya Allah dengan menerapkan dan menegakkan amar makruf nahi mungkar, untuk menghindari keluarga dari api neraka.
Wallahua'lam
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]