Perceraian antara Alquran dengan Kekuasaan

Tata aturan atau sistem buatan manusia lebih dipilih Pemerintah daripada sistem Islam. Padahal, sistem Islam sendiri merupakan sistem yang lahir dari Alquran. Sistem ini akan menempatkan Alquran sebagai bagian dari kekuasaan. Alquran dijadikan sumber hukum dan tata aturan pertama sebagai rujukan dalam pengelolaan Negara .


Oleh : Khaizuran al-banjari

NarasiPost.com - Perpisahan antara kekuasaan dan Alquran nampak jelas dalam pengelolaan Negara ini. Walaupun di dalam sebuah pidato bapak presiden dalam Pembukaan MTQ ke 28 th 2020 secara virtual di padang sumatera barat, mengatakan bahwa Alquran merupakan sumber petunjuk dan pedoman hidup dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Kenyataannya seperti jauh panggang dari api, praktik di lapangan menunjukkan bahwa hukum Allah yang ada di dalam Alquran semuanya dicampakkan. Tidak ada perundang-undangan yang berlandaskan Alquran. Padahal makna yang terkandung di dalam sambutan tersebut ialah mengharuskan Alquran menjadi sumber pemecahan masalah Negara dan landasan Negara kita. Bukan cuma sekadar diucapkan saja tetapi harusnya hal tersebut diterapkan secara sempurna.

Pemerintahan lebih memilih tata aturan buatan manusia yang jauh dari Alquran. Seperti sistem demokrasi yang diterapkan saat ini. Sistem buatan manusia menghasilkan peraturan yang dituangkan di dalam undang-undang dari hasil pemikiran manusia yang terbatas akalnya dan cenderung tidak adil.

Undang-undang yang dibuat kebanyakan lebih menguntungkan para pembuat aturan dan beberapa pihak saja terutama para pemilik modal dibandingkan rakyat.

Dampak atau hasil dari pemisahan Alquran dengan kekuasaan sudah sangat jelas terlihat. Banyak penyimpangan, kecurangan dan ketidakadilan yang terjadi. Peraturan atau UU hasil pemikiran manusia mudah diubah dan disesuaikan dengan kepentingan Penguasa dan segelintir orang. Sehingga, peraturan yang dikeluarkan akan disesuaikan para pemesan. Peraturan akan berat sebelah dan tidak adil. Terkadang disalah gunakan untuk melanggengkan kekuasaan para Penguasa.


Pada akhirnya banyak hukum yang tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Tajam atau tegas kepada rakyat kecil namun tumpul kepada Pejabat ataupun Penguasa. Tajam kepada lawan politiknya atau para oposisi dan orang-orang yang menghalangi kelanggengan kekuasaannya tetapi tumpul kepada para simpatisan atau para pendukungnya.

Inilah yang diingatkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sebagai dampak dari Alquran yang tidak dijadikan sumber hukum di Dunia.

"Orang-orang sebelum kalian binasa karena jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) mencuri di tengah-tengah mereka, mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika ada orang lemah (rakyat biasa) mencuri di tengah-tengah mereka, mereka tegakkan hukum pada dirinya.” (HR Muttafaq ‘alayh).

Tata aturan atau sistem buatan manusia lebih dipilih Pemerintah daripada sistem Islam. Padahal, sistem Islam sendiri merupakan sistem yang lahir dari Alquran. Sistem ini akan menempatkan Alquran sebagai bagian dari kekuasaan. Alquran dijadikan sumber hukum dan tata aturan pertama sebagai rujukan dalam pengelolaan Negara.

Negara nantinya akan didasari dengan hukum Islam dalam pengambilan seluruh aturan atau Undang-undangnya.

Islam adalah agama yang sempurna sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'aala:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian untuk kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagi kalian dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama kalian". (TQS al-Maidah [5]: 3).

Islam sebagai agama yang sempurna memiliki seperangkat aturan yang sempurna karena aturan ini diciptakan oleh Sang Pemilik kehidupan yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'aala. Tidak mungkin aturan yang Allah Subhanahu Wa Ta'aala ciptakan akan merugikan manusia. Kini saatnya kita beralih ke sistem atau peraturan yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'aala gariskan kepada kita.

Wallahua'lam bishawab

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Mampukah Vaksin Merah Putih Selesaikan Pandemi?
Next
Hati-Hati Menghina Ulama
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram