"Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu. (HR. Muslim)"
Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tepat pada 12 Rabiul Awal, kaum muslim berbondong-bondong melakukan peringatan atas kelahiran manusia berpengaruh sepanjang zaman. Rasul dan teladan bagi umat Islam seluruhnya. Saat kelahiran Muhammad kecil, seluruh keluarga bersuka cita. Bahkan, Abu Jahal yang terkenal kebengisannya kepada dakwah Nabi Muhammad pun, bersuka cita atas kelahiran nabi.
Ke mana pun Muhammad kecil berada, tak ada seorang pun yang membencinya. Ia selalu mendapat perhatian dan curahan kasih sayang. Ketika ia dititipkan di perkampungan badui dalam asuhan Halimatus Sakdiyah, ia juga mendapat kasih sayang tak hanya dari ibu susunya, namun juga dari saudara sepersusuannya.
Pun, saat berusia belia, beliau senantiasa menjadi pusat perhatian sebab eloknya akhlak beliau. Bahkan saat ia beranjak dewasa, penduduk Makkah tak ada yang meragukan kejujuran Muhammad. Hingga ia dijuluki dengan "Al-Amin" atau yang tepercaya. Para penduduk Makkah berbondong-bondong menitipkan hartanya kepada Nabi Muhammad. Saat Ka'bah mengalami kehancuran yang disebabkan oleh bencana alam, hingga nyaris terjadi pertikaian antara penduduk Makkah. Sebab, mereka berebut untuk meletakkan kembali hajar Aswad ke tempatnya.
Saat itu, datanglah Nabi Muhammad menjadi penengah dan mencegah pertikaian terjadi. Beliau meminta sebuah kain, kemudian meletakkan hajar Aswad di tengah kain tersebut. Setiap ujung kain di angkat oleh tokoh/perwakilan dari tiap bani/keluarga. Hingga penduduk Makkah pun berlapang dada menerima keputusan tersebut, dan mereka dijauhkan dari pertikaian.
Tibanya Sang Risalah
Kehidupan di Makkah tak ubahnya dengan tempat atau negeri lain yang dilanda dekadensi moral. Kemaksiatan merajalela, judi, zina, minum khamar, berbuat curang, menjadi pemandangan biasa. Kondisi ini membuat Muhammad bersedih.
Pada usia genap 40 tahun, beliau uzlah (pengasingan diri) di Gua Hira. Di gua tersebut, Muhammad bermunajat kepada Allah, meminta petunjuk terkait kondisi masyarakat Arab yang jauh dari kebenaran. Pada suatu malam, Muhammad pun mendapat jawaban yang tak disangka-sangkanya. Dengan tubuh gemetar oleh rasa takut, ia diminta untuk mengulangi suatu kata.
"Iqra!" (bacalah!)
"Maa Ana bi qoori'in" (Aku tidak bisa membaca)
Hingga beberapa kali Jibril meminta Muhammad membaca, dan akhirnya turunlah wahyu pertama dalam surah Al-Alaq 1-5.
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan"
خَلَقَ ٱلْإِنسَـٰنَ مِنْ عَلَقٍ
"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia"
ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
"Yang mengajar (manusia) dengan pena."
عَلَّمَ ٱلْإِنسَـٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Inilah ayat pertama dari Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad. Dengan ayat ini manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, agar manusia dapat mengetahui siapa Tuhan mereka. Turunnya ayat ini juga menjadi pertanda dimulainya fase kenabian Muhammad saw.
Fase Perjuangan
Dari Makkah hingga Madinah, Nabi Muhammad dan para sahabat mendakwahkan Islam. Selama kurang lebih 23 tahun, Al-Qur'an berangsur-angsur turun. Mulai ayat tentang akidah hingga pemerintahan telah dipelajari oleh kaum muslim. Setiap ayat ditadabburi dan dilaksanakan. Hingga Daulah Madinah berdiri. Dari negeri kaum yang bermusuhan sampai menjadi negara besar yang makmur aman sentosa.
Namun, dakwah kepada manusia tak semudah membalik telapak tangan, tak instan. Ancaman, hinaan, permusuhan, penganiayaan, pemboikotan, bahkan pembunuhan kerap menyapa kaum muslim. Dari seorang paman yang bersuka cita terhadap kelahiran keponakannya, hingga ia dengan tega menjadi musuh utama perjuangan. Pun, dari orang tua yang menyayangi anaknya, hingga mereka berkeras hati mengusirnya dari tanah kelahiran.
Keyakinan atas Risalah
Aral melintang yang mewarnai perjuangan Nabi dan para sahabat terus mewarnai perjuangan penegakkan agama ini. Pun saat ini, ketika Islam sudah menjadi agama nomor 2 di dunia, dengan pengikut lebih dari 1,3 miliar, perjuangan masih tetap dilakukan.
Bedanya, bukan hanya perjuangan melawan kafir saja, namun juga perjuangan memurnikan ajaran Islam pada pemeluknya, selain itu butuh perjuangan mengembalikan esensi dari risalah itu sendiri. Sebab, pemeluknya kini, telah lupa dan alpa tentang tujuan perjuangan rasul dan para sahabat yang dilanjutkan oleh para ulama.
Seorang rasul (utusan) tentu memiliki tujuan kenapa ia diutus. Dalam hal ini, Rasulullah saw. diutus Allah ke muka bumi tak lain adalah sebagaimana surah di bawah ini:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku',"(Al-Anbiya: 25).
Pun dalam surah An-Nahl ayat 36:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
Yakni untuk mengembalikan manusia kepada pemurnian tauhid. Menyadarkan manusia siapa yang berhak disembah dan ditaati.
Tentu, dalam Islam pengakuan terhadap Allah Swt. sebagai pencipta dan pengatur adalah mutlak. Tak hanya itu, konsekuensi keimanan seorang muslim akan dilihat dari betapa taat seseorang terhadap hukum-hukum Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya. Sebab, keimanan tak hanya menuntut seorang muslim mempunyai akidah yang sempurna. Namun, juga ketaatan totalitas terhadap hukum syarak yang telah Allah turunkan untuk menjadi penerang manusia di dunia.
Keyakinan atas risalah Nabi Muhammad saw. inilah yang nantinya akan menuntun kaum muslim untuk taat dan berjuang menegakkan kalimah Laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah, yang saat ini telah dibelenggu oleh pemikiran dan budaya asing. Hingga menggerus akidah dan keimanan kaum muslim. Yang pada akhirnya, kaum muslim pun latah memperjuangkan pemikiran-pemikiran Barat, sekaligus mengerdilkan ajaran Islam itu sendiri.
Miris memang, namun itulah fakta yang terjadi hari ini. Benarlah sabda Nabi saw.:
"Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu." (HR. Muslim)
Seruan Kepada Kaum Muslim
Maka, perjuangan hari ini sungguh berat, namun imbalannya (pahala) juga tak kalah berat. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslim berbondong-bondong kembali menjadi khairu ummah dengan menyeru manusia terhadap kebaikan (Islam).
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S. Luqman [31]: 17).
Allahu a'lam bis-showwab[]