“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)
Oleh. Rochma Ummu Arifah
NarasiPost.Com-Sebagai seorang muslim, kita tentu sangat familiar dengan kisah dari pemuda Al-Kahfi. Kisahnya diabadikan di dalam kalamullah dan menjadi kisah legendaris yang dikenang sepanjang masa serta mengandung pelajaran berharga bagi seluruh umat manusia.
Ashabul Kahfi
Dikisahkan dalam surat Al-Kahfi, ada sekelompok pemuda yang melarikan diri dari negerinya karena raja yang berkuasa tidak sejalan dengan akidah yang mereka imani. Sang raja tidak menyukai mereka yang beriman kepada Allah Swt. Tak hanya itu, sang raja memerintahkan untuk menangkap semua orang yang masih teguh dalam keimanan kepada Allah Swt.
Para pemuda tersebut tak gentar oleh ancaman dari sang raja. Mereka berusaha melarikan diri untuk menyelamatkan akidahnya. Al-Qur'an menyebut jumlah mereka sebanyak tiga, lima, atau tujuh orang ditambah dengan seekor anjing.
Semua pemuda tersebut lari dari negeri dan bersembunyi di dalam sebuah gua dan tertidur selama beberapa saat. Kemudian terbangun dan merasakan lapar, lalu keluar dari gua untuk mencari makanan. Mereka mengira hanya tertidur selama beberapa waktu saja di siang hari. Ternyata, Al-Qur'an menyebutkan bahwa mereka telah tertidur selama 309 tahun.
Kisah ini memberi pelajaran bagaimana sosok pemuda yang berjuang untuk mempertahankan keyakinan dan keimanannya kepada Allah azza wa jalla sebagai Pencipta alam semesta. Walaupun mendapatkan pertentangan dari penguasa, tak ada rasa gentar untuk tetap berada dalam keimanan yang kuat. Sampai Allah Swt. pada akhirnya memberikan pertolongan bagi mereka yaitu terjaganya hal yang paling berharga dalam hidup mereka, keimanan kepada Allah Sang Pencipta kehidupan.
Inilah yang dikabarkan Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 13 yang berbunyi, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Generasi Al-Kahfi Masa Kini
Al-Qur’an adalah satu kitab yang masih saja tetap relevan di zaman mana pun, bahkan sampai akhir zaman. Manusia saat ini juga masih tetap bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Salah satunya mengenai kisah Al-Kahfi ini.
Kata yang disebutkan adalah kata ‘fatah’ yang bermakna pemuda. Sehingga yang dimaksudkan dari kata ini adalah pemuda atau remaja dalam istilah sekarang. Digambarkan di sana bahwa pemuda memiliki keimanan yang kuat, tak goyah oleh cobaan bahkan pertentangan dari penguasa.
Tentu, jika merujuk pada kondisi pemuda saat ini, kita bisa jadi akan kesulitan untuk menemukan kualitas pemuda seperti yang digambarkan. Pemuda saat ini sering kali dikaitkan dengan aneka ragam persoalan. Pemuda dianggap sebagai sosok yang masih labil sehingga dimaklumi untuk melakukan segala bentuk kesalahan dan kemaksiatan. Persoalan tersebut antara lain, pemuda dengan keimanan yang masih tipis, tak taat syariat, tak peduli saat agama dan simbol-simbolnya dihina atau dilecehkan dan hanya berkutat dalam persoalan remeh-temeh, seperti percintaan, kehidupan hedonisme, eksistensi diri serta tetap menjadi pribadi yang jauh dari pemahaman agama yang benar dan menyeluruh.
Membentuk Generasi Al-Kahfi
Sayang sekali, inilah gambaran pemuda masa kini yang sangat jauh dari kualitas pemuda Al-Kahfi. Lantas, untuk mewujudkan kualitas Al-Kahfi untuk generasi masa kini, apa yang bisa dilakukan?
Pertama adalah membangun akidah. Pemuda Al-Kahfi sampai rela berkorban demi agamanya disebabkan pembentukan akidah yang kuat. Demikian pula dengan pemuda saat ini. Setiap pihak memiliki kontribusi yang sama besar untuk mampu menghadirkan keimanan yang kokoh dalam diri setiap pemuda.
Keluarga memiliki tanggung jawab sebagai sekolah pertama bagi pemuda. Masyarakat ikut menjaga keimanan pemuda dengan menghilangkan aneka ragam gangguan dan godaan. Terlebih negara, inilah institusi terkuat yang memiliki kemampuan lebih dalam menggiring pemuda menuju pada pemahaman agama yang benar.
Negara menyediakan pendidikan berbasis akidah yang benar dan tepat serta accessible. Negara melindungi pemuda dari serangan perusak akidah seperti gempuran budaya asing yang tak sejalan dengan akidah, paparan pornografi serta kecanduan gadget yang saat ini sangat menggejala.
Kedua, pemuda disiapkan untuk membangun peradaban. Masa muda adalah masa kekuatan di antara dua kelemahan. Sehingga di masa inilah, pemuda bisa berdikari dan memberdayakan dirinya untuk agamanya. Sebagaimana hadis Nabi saw., “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Bukhari)
Dua hal ini sangat berkaitan erat. Dengan kuatnya akidah yang dimiliki oleh pemuda muslim akan mendorongnya untuk memberikan sumbangsih dan kontribusi terbaik untuk Islam dan peradaban Islam itu sendiri. Dengan ini, harapan mewujudkan generasi Al-Kahfi bagi pemuda masa kini akan lebih mudah untuk terealisasi. Insya Allah. []
MasyaAllah sangat menginspirasi Mbak Rochma, Terima kasih NP sudah menayangkannya.
Berat sekali ya mendidik generasi saat ini dengan dambaan tercipta generasi khoiru ummah yang kuat akidahnya seperti para pemuda al-kahfi. Namun, berat bukan berarti tidak mungkin. Dengan kekuatan ikhtiar dan doa, kembalinya generasi para pemuda muslim menjadi generasi khoiru ummah semoga tidak lama lagi.
Semangat para orang tua untuk membentuk generasi terbaik abad ini